Sampel n = { [Z
1- α2
x √2P1-P] + [Z
1- β
x √P
1
1-P
1
] + [P
2
1-P
2
] }
2
P1-P2
2
Keterangan : n
: Besar sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian Z
1- α2
: Derajat kepercayaan Confident IntervalCI = 95 d
: Derajat kemaknaan yang diinginkan = 5 0,05 Z
1- β
: Kekuatan Uji = 80 P1
: Proporsi pekerja yang bekerja dengan sistem shift dan mengalami kelelahan kerja P1 = 76,6 0,766
P2 : Proporsi pekerja yang bekerja dengan sistem non shift dan
mengalami kelelahan kerja P2 = 28,6 0,286 P
: P1 + P2 2 = 0,526 Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel yang dibutuhkan yaitu sebesar :
n = { [1,96 x √2 x 0,526 1-0,526] + [1,64 x √0,766 1-0,766 + 0,286 1-0,286] }
2
0,766 –0,286
2
Karena rumus besar sampel yang digunakan adalah uji hipotesis beda dua proporsi maka n masing-masing kelompok = 25,04
≈ 25, Sehingga n total = 2 x 25 = 50. Karena jumlah populasi berjumlah 32, maka sampel dalam penelitian ini diambil dari
keseluruhan populasi total populasi.
4.4 Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. 1.
Data Primer Data primer dikumpulkan secara langsung guna mendapatkan data yang
dibutuhkan dengan cara wawancara menggunakan lembaran kuesioner kepada pekerja untuk mendapatkan data mengenai umur, jenis kelamin, masa kerja,
status gizi, shift kerja, dan kelelahan kerja yang diukur dengan Reaction Timer Test yang merupakan alat untuk mengukur tingkat kelelahan berdasarkan
kecepatan waktu reaksi terhadap rangsang cahaya. Prinsip kerja dari alat ini adalah memberikan rangsang tunggal berupa signal cahaya atau lampu
yang kemudian direspon secepatnya oleh tenaga kerja, kemudian dapat dihitung waktu reaksi tenaga kerja yang mencatat waktu yaang
dibutuhkan untuk merespon signal tersebut. Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali, setiap hasil pengukuran dijumlahkan, kemudian diambil nilai
rata-ratanya. Selain itu dilakukan wawancara terhadap kuesioner skala IFRC untuk mengetahui gejala kelelahan kerja yang diukur pada saat sebelum
bekerja dan pada saat setelah bekerja; pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan untuk menghitung IMT yang hasil akhirnya di dapatkan distribusi
pekerja berdasarkan status gizi; pengukuran beban kerja yang di dapat dari aktivitas pekerja dengan melakukan observasi pekerjaan; pengukuran risiko
ergonomi pekerjaan dengan penilaian metode RULA dan REBA dengan melakukan observasi pekerjaan.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperlukan untuk mendapatkan profil Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Pasar Rebo Jakarta, distribusi karyawan
menurut shift kerja, data profil K3 Rumah Sakit, dan profil mengenai instalasi gizi Rumah Sakit serta data terkait yang relevan dengan penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data Notoatmodjo, 2002. Pada penelitian ini pengukuran variabel dilakukan dengan
menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan variabel dependen dan independen yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan
kelelahan kerja dan observasi. Pertanyaan dalam kuesioner sesuai dengan variabel yang diteliti yaitu:
1. Pengukuran variabel Kelelahan Kerja yaitu berdasarkan perhitungan reaction
timer test yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan standar pengukuran kelelahan kerja :
1 Kelelahan kerja berat waktu reaksi ≥ 580,0 mili detik
2 Kelelahan kerja sedang waktu reaksi 410,0 – 580,0 mili detik
3 Kelelahan kerja ringan waktu reaksi 240,0 - 410,0 mili detik
4 Normal waktu reaksi 150,0 – 240,0 mili detik.
Selain itu dilakukan wawancara menggunakan kuesioner skala IFRC untuk mengetahui gambaran gejala kelelahan kerja pada saat sebelum bekerja dan pada
saat setelah bekerja serta mengetahui perbedaan bermakna antara gejala kelelahan kerja karyawan pada saat sebelum bekerja dengan gejala kelelahan kerja pada saat
setelah bekerja. 2.
Variabel umur, jenis kelamin, masa kerja, dan shift kerja yaitu didapat dari jawaban responden pada kuesioner karakteristik responden. Hasil yang di dapat
yaitu variabel umur dalam tahun; variabel jenis kelamin yaitu perempuan dan laki-laki; masa kerja yaitu dikategorikan menjadi masa kerja 10 tahun, 6-10
tahun, 6 tahun; dan shift kerja dengan pembagian kategori shift 3, shift 2 dan Shift 1.
3. Pengukuran variabel status gizi dengan pengukuran Berat Badan dan Tinggi badan
dengan menggunakan timbangan dan meteran. Timbangan yang digunakan dilakukan kalibrasi pada setiap pengukuran pada tiap-tiap responden. Kemudian
tahap selanjutnya adalah menghitung nilai IMT dengan rumus : IMT =
Berat badan kg Tinggi badan m x Tinggi badan m
Sehingga didapatkan hasil kategori status gizi menurut IMT: -
Laki-laki 0.
Obesitas IMT 27 kgm
2
1. Gemuk Indeks Masa Tubuh IMT 25-27 kgm
2
2. Normal Indeks Masa Tubuh IMT 18-25 kgm
2
3. Kurus IMT 18 kgm
2
- Perempuan
0. Obesitas IMT 27 kgm
2
1. Gemuk Indeks Masa Tubuh IMT 23-27 kgm
2
2. Normal Indeks Masa Tubuh IMT 17-23 kgm
2
3. Kurus IMT 17 kgm
2
4. Pengukuran variabel beban kerja :
Pengukuran beban kerja dilakukan dengan metode observasi dan wawancara kepada karyawan tentang proses kerja aktifitas kerja dan posisi saat bekerja.
Hasil tersebut akan dibandingkan dengan standar dari NIOSH. Menurut NIOSH,
beban kerja diklasifikasikan menjadi beban kerja ringan, beban kerja sedang, beban kerja berat. Sedangkan panas metabolik dilihat dari postur kerja yang akan
disesuaikan dengan jumlah kalorijam yang digunakan berdasarkan standar. Alat yang digunakan adalah kuesioner.
Cara penilaian beban kerja : Menurut Palupi 2005, penilaian beban kerja dilakukan dengan pengukuran
berat badan pekerja, pengamatan aktivitas pekerja, dan perhitungan jumlah kalori sesuai tabel perhitungan beban kerja.
1 Amati setiap aktivitas pekerja jenis pekerjaan dan posisi kerja yang diambil
sebagai sampel setiap jamminimal 4 jam kerja 2
Hitung dan catat setiap posisi dan lama gerakan dengan menggunakan stopwatch.
3 Hitung beban kerja yang dikeluarkan sesuai rumus dibawah ini :
- Rerata beban kerja dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Rata-rata BK = BK1 x T1 + BK2 x T2 + ..... + BKn x Tn T1 + T2 + .... + Tn
Keterangan :
BK = Beban Kerja
BK1, BK2, BKn = Beban Kerja sesuai aktivitas kerja 1, 2, n T1, T2, Tn
= Waktu sesuai aktivitas kerja 1, 2, n -
Rumus Metabolisme Basal MB
= Kkal laki-lakiwanita x W T
Keterangan :
MB untuk laki-laki = 1 Kkal per Kg berat badan perjam
MB untuk laki-laki = 0,9 Kkal per Kg berat badan perjam
MB = Metabolisme Basal
Kkal = Kalori yang dikeluarkan per Kg berat badan
W = Berat Badan dalam Kg
T = Waktu dalam menit
- Rumus total beban kerja
Total BK = Rata-rata BK + MB Untuk menilai beban kerja pada karyawan di Instalasi Gizi RSUD Pasar Rebo,
hasil total beban kerja dalam kalori yang digunakan pekerja akan dibandingkan dengan NIOSH sehingga hasil yang didapatkan yaitu berdasarkan kategori Beban
kerja sangat berat = 520 Kkaljam, Beban kerja berat = 300-415 Kkaljam, Beban kerja sedang = 180-300 Kkaljam dan Beban kerja ringan = 180 Kkaljam TLV
and BEIs, 2007. 5.
Pengukuran variabel risiko ergonomi pekerjaan: setelah dilakukan observasi pekerjaan pada pekerja kemudian diukur dengan menggunakan metode RULA dan
REBA dari masing-masing postur tubuh. Sehingga hasil yang di dapatkan dari perhitungan RULA yaitu dikategorikan menjadi Resiko tinggi skor 7, Resiko
sedang skor 5-6, Resiko rendah skor 3-4, dapat di terima skor 1-2 dan hasil perhitungan REBA yaitu di kategorikan menjadi Resiko sangat tinggi
skor 11-15, Resiko tinggi skor 8-10, Resiko sedang skor 4-7, Resiko rendah skor 2-3, dapat di abaikan skor 1.
4.6 Pengolahan data