pola asuh orang tua otoriter, otoritatif dan permisif dan jenis kelamin dalam penelitian ini memberikan sumbangsih sebanyak 7,2 terhadap bervariasinya
variabel altruisme pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.2 Diskusi
Variabel independen pertama adalah kematangan emosi. Secara keseluruhan kematangan emosi berpengaruh signifikan terhadap perilaku
menolong altruisme, hasil ini sesuai dengan penelitian Gusti dan Margaretha 2010, bahwa kematangan emosi berpengaruh positif terhadap perilaku altruisme.
Selanjutnya terdapat dua aspek kematangan emosi yang terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap altruism, yaitu:
a. aspek kemampuan beradaptasi, memiliki pengaruh yang positif signifikan
terhadap altruisme, hal ini berarti semakin tinggi kemampuan seseorang beradaptasi maka semakin tinggi tingkat altruis seseorang, hal ini selaras
dengan penelitian Gusti dan Margaretha 2010. Menurut Smitson dalam Katskovsky Garlow, 1976, seseorang yang mampu beradaptasi dengan
baik, ia dapat dengan fleksibel berhubungn dengan orang lain atau situasi tertentu secara produktif, sehingga lebih mudah untuk memberi pertolongan
kepada orang lain. b.
Aspek kemampuan menguasai amarah, memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap altruisme, hal ini berarti semakin tinggi kemampuan
seseorang menguasai amarah maka semakin tinggi tingkat altruis seseorang,
hal ini selaras dengan penelitian Gusti dan Margaretha 2010. Seseorang yang mampu menguasai amarah tahu bagaimana mengontrol emosi yang
tidak dapat diterima secara sosial dan mampu bertahan dengan cara yang diteriama sosial Hurlock, 1980. Jadi dapat dikatakan seseorang yang
mampu mengontrol emosinya tahu kapan ia harus menolong orang lain.
Selanjutnya mengenai aspek kematangan emosi yang terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap altruisme.
a. Aspek kemandirian, hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap altruisme. Seseorang yang mandiri adalah seseorang yang mampu mengatur kehidupannya sendiri, mampu
memutuskan apa yang dikehendakinya dan bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut Smitson, dalam Katskovsky Gorlow, 1976. Overstreet
dalam Puspitasari Nuryoto, 2002 mengungkapkan seseorang yang matang tidak menggantungkan hidup sepenuhnya kepada orang lain karena
seseorang yang matang tahu bahwa setiap orang bertanggung jawab atas kehidupannya
sendiri-sendiri. Peneliti
menduga kemandirian
tidak berpengaruh terhadap altruisme karena adanya perasaan bahwa setiap orang
bertanggung jawab terhadap kehidupannya sendiri-sendiri. b.
Aspek kemampuan menerima kenyataan, hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menerima kenyataan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap altruisme. Ini tidak sesuai dengan pendapat Smitson Katskovsky Gorlow, 1976 yang mengatakan seseorang yang mampu menerima