4. Penolakan
Penolakan dapat dinyatakan dengan mengabaikan kesejahteraan anak atau dengan menuntut terlalu banyak dari anak dan sikap bermusuhan yang
terbuka. 5.
Penerimaan Penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang pada
anak, orang tua yang menerima, memperhatikan perkembangan kemampuan anak dan memperhitungkan minat anak.
6. Dominasi
Anak yang di dominasi salah satu atau kedua orang tua bersifat jujur, sopan dan berhati-hati tetapi cenderung malu, patuh dan mudah dipengaruhi orang
lain, mengalah dan sangat sensitif. 7.
Tunduk pada anak Orang tua yang tunduk pada anaknya membiarkan anak memdominasi
merekadan rumah mereka 8.
Favoritisme Meskipun mereka berkata bahwa mereka mencintai semua anak mereka
samarata, kebanyakan orang tua mempunya favorit. Hal ini membuat mereka lebih menuruti dan mencintai anak favoritnya dari pada anak lain dalam
keluarga. 9.
Ambisi orang tua Hampir semua orang tua mempunyai ambisi untuk anak mereka, dan sering
kali sangat tinggi sehingga tidak realistis.Ambisi ini sering di pengarui oleh
ambisi orang tua yang tidak tercapai dan hasrat orang tua supaya anak mereka naik di tangga status sosial.
Dari kedua jenis pola asuh di atas, peneliti memilih menggunakan jenis pola asuh menurut Baumrind dalam Santrock, 2007, yaitu pola asuh otoriter,
pola asuh otoritatif dan pola asuh permisif. Karena jenis pola asuh menurut Baumrind dalam Santrock, 2007 lebih mudah dipahami dan ketiga jenis pola
asuh tersebut telah mencakup semua jenis pola asuh yang biasa diterapkan oleh orang tua.
2.3.3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Altruisme
Banyak fakta dari hasil penelitian yang dilakukan beberapa para peneliti telah menemukan hubungan antara pola asuh orang tua dengan altruisme. Dikatakan
oleh Staub 1978 bahwa hubungan afeksi antara anak dengan orang tua merupakan dasar bagi perkembangan kecenderungan perilaku prososial.
Penelitian yang juga dilakukan oleh Grusec 1994, menunjukkan bahwa ada bukti kuat jika model memperlihatkan perilaku menolong, berbagi atau
menunjukkan perharhatian kepada orang lain, maka anak akan melakukan hal yang sama, karena ada proses identifikasi mandiri dominasi sosial,
nonkonformitas dan bertujuan termasuk didalamnya penggunaan perilaku menolong yang dilakukan oleh orang tuanya.
Dari penelitian yang ada esensi hubungan antara orang tua dengan anak sangat ditentukan oleh sikap orang tua dalam mengasuh anak, bagaimana
perasaan dan apa yang dilakukan orang tua. Hal ini bercermin pada pola asuh
orang tua, yakni suatu kecenderungan cara-cara yang dipilih dan dilakukan orang tua dalam mengasuh anak. Dayaksini 1988 mengemukakan bahwa pola asuh
adalah perilaku orang tua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Pola asuh orang
tua memiliki memiliki pengaruh yang amat besar dalam membentuk kepribadian anak sehingga anak berkembang menjadi pribadi yang percaya diri, berinisiatif,
bertanggung jawab dan berprilaku prososial.
2.3.4. Pengukuran Pola Asuh
Dari hasil membaca literatur tentang penelitian mengenai pola asuh, peneliti memperoleh beberapa instrumen untuk mengukur pola asuh, diantaranya yaitu:
1. Skala Pola Asuh Anak. Skala ini disusun oleh Yuniarti 1988 untuk
mengungkap jenis pola asuh yang diterima individu dari orang tua. Skala ini terdiri atas 74 item dengan lima alternatif jawaban pilihan ganda a-e.
2. Parenting Style Questionnaire PSQ
Berdasarkan Robinson
,
C.
,
Mandleco
,
B.
,
Olsen
,
SF
,
and Hart
,
CH
1995. PSQ didesain berdasarkan pengukuran tiga pola pengasuhan yaitu pola asuh otoriter, otoritatif dan permisif. PSQ terdiri
atas 30 item, 13 item untuk item pola asuh otoritatif, 13 item untuk pola asuh otoriter dan 4 item untuk pola asuh permisif.
3. Parental Authority Questionnaire PAQ yang dikembangkan oleh Buri
dalam Riberio, 2009. PAQ didesain berdasarkan pengukuran tiga pola pengasuhan Baumrind dalam Riberio, 2009 yaitu pola asuh otoriter,
otoritatif dan permisif. PAQ terdiri atas 30 item, 10 untuk tiap item yang berbeda dalam empat poin format Likert mulai dari “Sangat Setuju” sampai
“Sangat Tidak Setuju”. Pola asuh dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Parental
Authority Questionnaire PAQ yang diadaptasi kedalam bahasa Indonesia dan telah peneliti modifikasi dengan hanya menggunakan satu komponen orang tua
dimana dalam pengukuran asli dan sebelumnya terdapat dua komponen pola asuh ibu dan pola asuh ayah. Parental Authority Questionnaire PAQ ini digunakan
karena merupakan alat ukur pola asuh yang popular, dapat dimodifikasi dan memungkinkan perhitungan skor total dengan mengkombinasikan seluruh item
dan didesain berdasarkan teori pola asuh yang peneliti gunakan. Peneliti tidak menggunakan Skala Pola Asuh Anak karena sample yang digunakan dalam
penelitian ini adalah remaja bukan anak-anak. Peneliti tidak menggunakan Parenting Style Questionnaire PSQ
Berdasarkan Robinson
,
Mandleco
,
Olsen
,
and Hart
1995 karena meskipun sama-sama didesain berdasarkan tiga pola pengasuhan seperti PAQ, PSQ memiliki item yang kurang seimbang antar
dimensinya.
2.4. Kerangka Berfikir
Perilaku altruisme diharapkan ada pada setiap diri remaja yang merupakan generasi penerus bangsa. Pada usia remaja ini diharapkan seseorang mampu
mengembangkan pribadinya sesuai dengan nilai etika dan moral dalam bentuk perilaku altruisme. Baron dan Byrne 2005 menyatakan bahwa perilaku altruisme
adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang menolong dan bahkan
mungkin melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong.
Dalam hal ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi altruisme diantaranya kematangan emosi dan pola asuh orang tua. Faktor pertama yang
mempengaruhi altruisme dalam Sears 1994 adalah faktor perasaan dalam diri seseorang emosi. Penelitian yang berkaitan dengan altruisme antara lain
penelitian dari Hoffman membuktikan bahwa empati meningkatkan perilaku menolong orang lain Sears, 1994.
Kematangan emosi adalah suatu proses dimana kepribadian secara terus menerus berusaha mencapai keadaan emosi yang sehat baik secara intrafisik
maupun secara interpersonal. Kematangan emosi memiliki beberapa karakteristik. karakteristik kematangan emosi menurut Smitson dalam Katkovsky Gorlow,
1976 terbagi menjadi tujuh karakteristik yaitu: kemandirian, mampu menerima kenyataan, mampu beradaptasi, mampu merespon dengan tepat, kapasitas untuk
seimbang, mampu berempati, dan mampu menguasai amarah. Faktor kedua yang mempengaruhi altruisme yaitu pola asuh orang tua.
Pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang amat besar dalam membentuk kepribadian anak yang tangguh sehingga anak berkembang menjadi pribadi yang
percaya diri, berinisiatif, berambisi, beremosi stabil, bertanggung jawab, mampu menjalin hubungan interpersonal yang positif, dan berprilaku altruistik.
Sedangkan pola asuh yang menerapkan disiplin dan sistem hukuman yang berlebihan, yang tidak berusaha berkomunikasi, memberikan penjelasan,
pengertian, dan menerapkan peraturan-peraturan yang konsisten, dan yang secara keterlaluan memarahi anak-anak cenderung menghalangi perkembangan perilaku
prososial anak Hastings, Waxler, Robinson, Usher Bridge, 2000.