Faktor-faktor Kematangan Emosi Kematangan Emosi 1. Pengertian Kematangan Emosi

menerima keadaan diri sendiridan orang lain secara obyektif, tidak bersifat impulsive, mampu mengontrol emosi,sabar dan penuh pengertian, dan mempunyai tanggung jawab. Dari ketiga skala kematangan emosi yang telah peneliti sampaikan di atas, peneliti tidak menggunakan semua skala kematangan emosi di atas tersebut, Peneliti tidak menggunakan skala kematangan emosi yang pertama yaitu Emotional Maturity Scale yang dikembangkan oleh Singh and Bhargav 1984, karena peneliti tidak dapat menemukan pernyataan dari Emotional Maturity Scale oleh Singh dan Bhargav 1984. Peneliti tidak menggunakan skala yang kedua dan ketiga karena skala kematangan emosi tersebut disusun berdasarkan ciri-ciri kematangan emosi menurut Walgito 2004, yaitu dapat menerima keadaan diri sendiri dan orang lain secara obyektif, tidak bersifat impulsive, mampu mengontrol emosi, sabar dan penuh pengertian, dan mempunyai tanggung jawab, Sedangkan kematangan emosi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini diukur menggunakan skala kematangan emosi yang diadaptasi dari karakteristik kematangan emosi menurut Smitson dalam Katkovsky Gorlow, 1976 yaitu kemandirian, mampu menerima kenyataan, mampu beradaptasi, mampu merespon dengan tepat, dan mampu menguasai amarah. Karena alasan diatas maka peneliti menyusun sendiri skala kematangan emosi berdasarkan karakteristik Smitson dalam Katkovsky Gorlow, 1976 dengan menggunakan empat point skala Likert dari “sangat setuju” sampai “ sangat tidak setuju” yang terdiri dari item favorable dan item unfavorable. 2.3. Pola Asuh 2.3.1. Pengertian Pola Asuh Pola asuh menurut Bee 2010 adalah kombinasi dari perilaku orangtua saat mengasuh anak yang terdiri dari tingkat kontrol yang diberikan, keterbukaan dalam berkomunikasi, tuntutan terhadap kedewasaan dan kehangatan dalam pengasuhan. Menurut Darling 1999 mendefenisikan pola asuh adalah kegiatan yang kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja dengan sendirinya dan bersama-sama untuk mempengaruhi anak. Sedangkan Baumrind dalam Santrock, 2007 menjelaskan bahwa pola asuh orang tua adalah sikap orang tua terhadap anak dengan mengembangkan aturan-aturan dan mencurahkan kasih sayang kepada anak. Meskipun setiap orang tua berbeda dalam mengontrol dan bersosialisasi dengan anak-anak mereka dan sejauh mana mereka melakukannya tetapi diasumsikan bahwa peran utama dari semua orang tua adalah untuk mempengaruhi, mengajar, dan mengendali- kan anak-anak mereka. Dari uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pola asuh orang tua adalah sikap orang tua terhadap anak dengan mengembangkan aturan- aturan dan kasih sayang kepada anak.