Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aitruisme

2.1.6. Pengukuran Altruisme

Dari hasil membaca literatur tentang penelitian mengenai altruisme, peneliti memperoleh instrumen untuk mengukur altruisme, yaitu: 1. Self-Report Altruism Scale SRA oleh Rutston, Chisjohn dan Fakken 1981. SRA merupakan alat ukur yang paling popular dan selalu digunakan untuk mengukur altruisme. SRA oleh Rutston, Chisjohn and Fakken 1981 didisain berdasarkan teori Myers 2003 terdiri atas 20 item dan mengukur altruisme dengan 5 aspek yaitu: peduli,penolong,perhatian kepada orang lain,penuh perasaan, rela berkorban. 2. Self-Report Altruism Scale SRA oleh Rutston, Chisjohn dan Fakken 1981 dan di adaptasi dan telah dimodifikasi oleh Krueger, Hicks and McGue 2001 menjadi 45 item yang terdiri atas 4 konten klasifikasi yaitu terhadap teman, kenalan, orang asing dan organisasi. Altruisme dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Self-Report Altruism Scale SRA yang dikembngkan oleh Rutston, Chisjohn and Fakken 1981. Alat ukur ini diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan terdiri atas 20 item. Peneliti memilih alat ukur ini dengan alasan alat ukur tersebut merupakan alat ukur altruisme yang paling sering digunakan. 2.2. Kematangan Emosi 2.2.1. Pengertian Kematangan Emosi Smitson dalam Katkovsky Gorlow, 1976 mendefinisikan kematangan emosi sebagai suatu proses dimana kepribadian secara berkesinambungan berupaya mencapai kematangan emosi yang sehat serta lebih besar baik secara intrafisik maupun interpersonal. Kematangan emosi dapat dikatakan sebagai suatu kondisi perasaan atau reaksi perasaan yang stabil terhadap suatu objek permasalahan sehingga untuk mengambil suatu keputusan atau bertingkah laku didasari dengan suatu pertimbangan dan tidak mudah berubah-ubah dari satu suasana hati ke dalam suasana hati yang lain Hurlock, 2000. Meskipun demikian menurut Chaplin 2006 emotional maturity kematangan emosional satu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosional yang pantas bagi anak-anak. Dari berbagai definisi mengenai kematangan emosi, maka penulis menyimpulkan bahwa kematangan emosi adalah dimana seseorang dikatakan mampu mengatur kondisi emosionalnya dalam menghadapi keadaan sekitar maupun dirinya sendiri dan tidak lagi menampilkan pola emosional anak-anak.

2.2.2. Aspek-aspek Kematangan Emosi

Aspek-aspek kematangan emosi menurut Overstreet dalam Puspitasari Nuryoto, 2002 dibagi menjadi enam yaitu: 1. Sikap untuk belajar Bersikap terbuka untuk menambah pengetahuan dari pengalaman hidupnya, dalam artian individu yang matang mampu mengambil pelajaran dari pengalaman hidupnya, sehingga memungkinkan individu untuk menjadi matang dalam menyikapi, memahami dan menilai kehidupan ini. 2. Memiliki rasa tanggung jawab Memilki rasa tanggung jawab untuk mengambil keputusan atau melakukan suatu tindakan dan berani untuk menanggung resikonya. Individu yang matang tidak menggantungkan hidup sepenuhnya kepada individu lain karena individu yang matang tahu bahwa setiap orang bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri-sendiri. Hal ini berarti individu tetap meminta saran atau meniru tingkahlaku yang baik dari lingkungannya. 3. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif Adanya kemampuan untuk mengatakan apa yang hendak dikemukakan dan mampu mengatakannya dengan percaya diri, tepat dan peka akan situasi. Bower and Bower dalam Puspitasari Nuryoto, 2002 menyebut hal ini sebagai perilaku asertif, yaitu kemampuan untuk mengekspresikan perasaan, memilih apa yang akan dilakukan, mengemukakan pendapat, meningkatkan penghargaan pada diri, membantu diri sendiri untuk meningkatkan kepercayaan diri, dapat menyatakan ketidaksetujuan, mengemukakan rencana untuk mengubah perilaku kita sendiri dan mampu mengatakan pada orang lain untuk mengubah perilaku buruk mereka. 4. Memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan sosial Individu yang matang mampu melihat kebutuhan individu yang lain dan memberikan potensi dirinya; dapat jadi berbentuk uang, waktu ataupun tenaga untuk dibagi dengan individu lain yang membutuhkannya. Hal ini