Aspek-aspek Kematangan Emosi Kematangan Emosi 1. Pengertian Kematangan Emosi

2.2.3. Karakteristik kematangan Emosi

Smitson seperti dikutip Katskovsky, W and Garlow, L 1976 mengemukakan tujuh karakteristik kematangan emosi. a. Berkembang kearah kemandirian toward independent Kemandirian merupakan kapasitas seseorang untuk mengatur kehidupannya sendiri, individu lahir kedunia dalam keadaan tergantung pada orang lain namun dalam perkembangannya mereka belajar untuk mandiri danmengendalikan dorongan yang bersifat pleasure-oriented artinya mereka mampu memutuskan apa yang dikehendaki dan bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut. b. Mampu menerima kenyataan ability to accept reality Seorang yang matang bisa menerima kenyataan hidup baik yang positif maupun negatif tidak menyangkal atau lari darinya.la menggunakan apa yang ada pada dirinya untuk menghadapi kenyataan tersebut dan secara efektif mengembangkan pola tingkah laku dan pola hubungan dengan orang lain. c. Mampu beradaptasi adaptability Menurut Smitson 1976 aspek ini merupakan yang terpenting dalam kematangan emosi orang yang matang emosinya mampu beradaptasi dan menerima beragam karakteristik orang serta mampu menghadapi situasi apapun maksudnya, ia dapat dengan fleksibel berhubungan dengan orang atau situasi tertentu secara produktif. Namun bagi mereka yang tidak matang lebih kaku rigid, mudah menjatuhkan penilaian judgmental, defensif dan penolak rejecting.Keadaan ini dapat disebabkan karena mereka terlalu sibuk dengan diri sendiri atau adanya konflik internal maupun eksternal yang berkepanjangan. d. Mampu merespon dengan tepat readiness to responed Individu yang matang emosinya memliki kepekaanuntuk berespon terhadap kebutuhan emosi orang lain, baik yang diekspresikan maupun yang tidak di ekspresikan. Hal ini melibatkan kesadaran bahwa setiap individu unik, memiliki hak dan perasaan. e. Kapasitas untuk seimbang capacity to balance Seseorang yang kurang matang memandang segala sesuatu dengan pertimbangan apa yang akan ia dapatkan dari situasi atau orang, sedangkan pada individu yang matang emosinya mereka akan menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan sendiri dan orang lain. Mereka mempertimbangkan pula hal-hal apa yang mampu mereka berikan orang yang tingkat kematangan emosi cukup tinggi menyadari bahwa sebagai makhluk sosial ia memiliki ketergantungan pada orang lain. f. Mampu berempati empatic understanding Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain dan memahami apa yang mereka pikir atau rasakan. Dengan kemampuan ini, individu tidak hanya mengetahui apa yang dirasakan orang lain tetapi juga memakami hal-hal dibalik munculnya pperasaan tersebut. Empati dapat dikembangkan jika individu tidak lagi perhatian pada diri sendiri. g. Mampu menguasai amarah controlling anger Menerima rasa marah serta kesadaran akan adanya perasaan-perasaan lain yang mendasari kemarahan tersebut akan membantu mengetahui rasa marah dan menyalurkannya dengan cara yang konstruktif individu yang matang emosinya dapat mengetahui hal-hal apa saja yang dapat membuatnya marah maka ia dapat mengendalikan perasaan marahnya. Sedangkan Hurlock 1980 mengemukakan tiga karakteristik dari kematangan emosi, antara lain: 1. Kontrol emosi Individu tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain dan mampu menunggu saat dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang dapat diterima. Individu dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial. 2. Pemahaman diri Memiliki reaksi emosional yang lebih stabil, tidak berubah-ubah dari satu suasana hati ke suasana hati yang lain. Individu mampu memahami emosi diri sendiri, memahami hal yang sedang dirasakan, dan mengetahui penyebab dari emosi yang dihadapi individu tersebut. 3. Penggunaan fungsi kritis mental Individu mampu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut, dan individu juga tidak lagi bereaksi tanpa berfikir sebelumnya seperti anak-anak atau individu yang tidak matang. Dari kedua pendapat diatas tentang karakteristik kematangan emosi, peneliti memilih menggunakan karakteristik Smitson dalam Katkovsky Gorlow, 1976 dan karakteristik tersebut akan dijadikan sebagai alat ukur kematangan emosi tetapi tidak semua karakteristik tersebut digunakan, peneliti membuang karakteristik kapasistas untuk seimbang dan mampu berempati karena memiliki pengertian yang sama dengan altruisme.

2.2.4. Faktor-faktor Kematangan Emosi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan emosi menurut Hurlock 1980 antara lain: a. Usia. Semakin bertambah usia individu, diharapkan emosinya akan lebih matang dan individu akan lebih dapat menguasai dan mengendalikan emosinya. Individu semakin baik dalam kemampuan memandang suatu masalah, menyalurkan dan mengontrol emosinya secara lebih stabil dan matang secara emosi. b. Perubahan fisik dan kelenjar. Perubahan fisik dan kelenjar pada diri individu akan menyebabkan terjadinya perubahan pada kematangan emosi. c. Pola asuh orang tua. Dari pengalamannya berinteraksi didalam keluarga akan menentukan pula pola perilaku anak terhadap orang lain dalam