tumbuh kemudian sikap menghormati dan peduli atas hak-hak orang lain yang memiliki berbagai perbedaan, baik dalam berpendapat, temperamen
maupun latar belakang. Kendati demikian, di samping menumbuhkan kesadaran akan
perbedaan, penting pula untuk ditumbuhkan nilai-nilai equality. Dengan pandangan kesederajatan ini, dikembangkan pemahaman bahwa setiap
siswa memiliki hak-hak dasar basic right yang sama, tanpa membedakan perbedaan ras, gender, usia, kapabilitas, keyakinan
keagamaan, afiliasi politik, kewarganegaraan, wilayah dan latar belakang mereka. Pengakuan hak-hak dasar yang setara tanpa pandang bulu itu
akan terwujud jika ditanamkan nilai-nilai tanggung jawab bersama sebagai anak bangsa. Nilai-nilai yang mampu mendorong sikap terbuka
bagi setiap siswa untuk turut berpartisipasi dalam proses sosial maupun politik. Terbuka bagi partisipasi setiap siswa dalam memecahkan
masalah dan menciptakan kebaikan bersama.
29
j. Metode-Metode Dalam Pembelajaran IPS
Dalam menyampaikan pelajaran membutuhkan metode yang tepat agar materi yang ditransfer oleh guru bisa diterima, difahami dan
diaplikasikan oleh peserta didik. Metode dalam pembelajaran IPS adalah suatu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar seluas-
luasnya dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran yang efektif.
30
Secara garis besar metode pembelajaran yang dapat dikembangkan dalam IPS meliputi: metode ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan,
kerja kelompok, demonstrasi, Talking Stick, karya wisata, simulasi, sosio drama, inquiri, Examples Non Examples dan Role Playing.
29
Zainuddin Maliki, Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008, h. 266
-267.
30
Supriatna dkk, Pendidikan IPS di SD, Bandung, UPI PRESS, cet-1 2007 h. 126.
2. Metode Role Playing
a. Pengertian Role Playing
Bermain peran Role Playing menurut Wina Sanjaya adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk
mengkreasikan peristiwa sejarah, mengkreasikan peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang muncul pada masa mendatang.
Sedangkan menurut Masitoh dan Laksmi Dewi bermain peran Role Playing merupakan jenis model simulasi yaitu permainan dalam bentuk
dramatisasi, sekelompok siswa melaksanakan kegiatan tertentu yang telah diarahkan oleh guru.
Adapun menurut Abu Ahmadi, dkk metode bermain peran Role Playing disebut juga sosiodrama. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan
dalam menggambarkan, mengungkapkan, atau mengekspresikan suatu sikap, tingkah laku, atau penghayatan sesuatu yang dipikirannya
dirasakan, atau diinginkannya seandainya ia menjadi tokoh yang sedang diperankannya itu, semua sikap dan tingkah laku hendaknya diungkapkan
secara spontan. Itulah sebabnya para pelaku suatu peranan tidak memerlukan teks kata-kata atau kalimat yang sudah disiapkan terlebih
dahulu. Mereka cukup memahami garis-garis besar apa yang akan didramatisasikan. Bermain peran Role Playing merupakan bagian dari
metode simulasi, dalam proses pembelajarannaya metode ini
mengutamakan pola permainan dalam bentuk dramatisasi. Pada hakikatnya, metode ini diangkat dari situasi kehidupan,
khususnya sehari-hari. Simulasi berasal dari kata simulate yang berarti berpura-pura atau berbuat seolah-olah, atau simulation yang berarti tiruan
atau perbuatan yang hanya berpura-pura saja. Dalam konteks ini, guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menjalankan simulasi,
baik di dalam maupun di luar kelas.
31
31
Tim LPP-SDM, Ensiklopedi Pendidikan Islam, Depok, CV: Bina Muda Ciptakreasi, 2010, h. 124.