2. Metode Role Playing
a. Pengertian Role Playing
Bermain peran Role Playing menurut Wina Sanjaya adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk
mengkreasikan peristiwa sejarah, mengkreasikan peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang muncul pada masa mendatang.
Sedangkan menurut Masitoh dan Laksmi Dewi bermain peran Role Playing merupakan jenis model simulasi yaitu permainan dalam bentuk
dramatisasi, sekelompok siswa melaksanakan kegiatan tertentu yang telah diarahkan oleh guru.
Adapun menurut Abu Ahmadi, dkk metode bermain peran Role Playing disebut juga sosiodrama. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan
dalam menggambarkan, mengungkapkan, atau mengekspresikan suatu sikap, tingkah laku, atau penghayatan sesuatu yang dipikirannya
dirasakan, atau diinginkannya seandainya ia menjadi tokoh yang sedang diperankannya itu, semua sikap dan tingkah laku hendaknya diungkapkan
secara spontan. Itulah sebabnya para pelaku suatu peranan tidak memerlukan teks kata-kata atau kalimat yang sudah disiapkan terlebih
dahulu. Mereka cukup memahami garis-garis besar apa yang akan didramatisasikan. Bermain peran Role Playing merupakan bagian dari
metode simulasi, dalam proses pembelajarannaya metode ini
mengutamakan pola permainan dalam bentuk dramatisasi. Pada hakikatnya, metode ini diangkat dari situasi kehidupan,
khususnya sehari-hari. Simulasi berasal dari kata simulate yang berarti berpura-pura atau berbuat seolah-olah, atau simulation yang berarti tiruan
atau perbuatan yang hanya berpura-pura saja. Dalam konteks ini, guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menjalankan simulasi,
baik di dalam maupun di luar kelas.
31
31
Tim LPP-SDM, Ensiklopedi Pendidikan Islam, Depok, CV: Bina Muda Ciptakreasi, 2010, h. 124.
Metode bermain peran adalah berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis. Bermain peran adalah
salah satu bentuk permainan pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan untuk
menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain. Dari beberapa pengertian tentang metode bermain peran Role
Playing dapat ditarik kesimpulan bahwa metode bermain peran Role Playing adalah bagian dari metode simulasi melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan serta pengkreasian peristiwa-peristiwa yang diimajinasikan dengan cara memerankan tokoh hidup atau mati yang
bertujuan agar siswa dapat perilaku sesuai dengan tujuan pembelajaran. Melalui metode bermain peran siswa diajak untuk belajar
memecahkan masalah pribadi, dengan bantuan kelompok sosial yang anggotanya teman-temannya sendiri. Dengan kata lain metode ini
berupaya membantu individu melalui proses kelompok sosial. Melalui bermain peran, para siswa mencoba mengeksploitasi masalah-masalah
hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya didiskusikan dalam kelas.
Proses belajar dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan siswa mampu menghayati tokoh yang dikehendaki,
keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai
berkembang.
b. Tujuan Penggunaan Metode Role Playing
Tujuan penggunaan metode bermain peran Role Playing menurut Abu Ahmadi yaitu:
a. Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa dengan melibatkan
siswa dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya.
b. Untuk melatih siswaagar menguasai keterampilan tertentu;
baik yang bersifat profesional maupun yang penting bagi kehidupan sehari-hari.
c. Untuk pelatihan memecahkan masalah.
d. Untuk memberikan rangsangan kegairahan belajar siswa.
e. Untuk merasakan atau memahami tingkah laku manusiadan
situasi-situasi.
c. Penggunaan Metode Role Playing
Adapun metode bermain peran dapat dilakukan ketika: a.
secara lisan tidak dapat menerangkan pengertian yang dimaksud.
b. Memberikan gambaran bagaimana orang bertingkah laku dalam
situasi sosial tertentu. c.
Memberikan kesempatan untuk menilai atau memberikan pandangan mengenai tingkah laku sosial menurut pandangan
masing-masing. d.
Belajar menghayati sendiri keadaan “seandainya saya berada dalam situasi sosial seperti yang dialami sekarang ini yang
disosiodr amakan”.
e. Memberikan
kesempatan untuk
belajar mengemukakan
penghayatan sendiri mengenai suatu sosial tertentu dengan mendramatisasikannya
di depan
penonton dan
bukan memberikan keterangan secara lisan.
f. Memberikan gambaran mengenai bagaimana seharusnya
seseorang bertindak dalam situasi sosial tertentu.
d. Kelebihan Metode Bermain Peran Role Playing
Menurut Masitoh dan Laksmi Dewi ada beberapa kelebihan metode bermain peran Role Playing diantaranya:
a. Siswa dapat berinteraksi sosial dengan lingkugan.
b. Siswa terlibat langsung dalam pembelajaran.
c. Siswa dapat memahami permaslahan sosial.
d. Membina hubungan personal yang positif.
e. Membina hubungan personal yang komunikatif.
f. Dapat membangkitkan imajinasi dan estetika siswa dan guru.
Menurut Abu Ahmadi, dkk beberapa kelebihan metode bermain peran Role Playing diantaranya:
a. Memperjelas sistuasi sosial yang dimaksud.
b. Menambah pengalaman tentang situasi sosial tertentu.
c. Mendapat pandangan mengenai suatu tindakan dalam suatu
situasi sosial dari berbagai sudut. Beberapa kelebihan metode bermain peran Role Playing menurut
Sri Anitah W, dkk. Diantaranya: a.
Siswa dapat melakukan interaksi sosial dan komunikatif dalam kelompoknya.
b. Aktifitas cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat
langsung dalam pembelajaran. c.
Dapat membiasakan siswa dalam memahami permasalahan sosial, hal ini dapat dikatakan sebagai implementasi
pembelajaran kontekstual. d.
Melalui kegiatan kelompok dan simulasi dapat membina hubungan personal yang positif.
e. Dapat membangkitkan imajinasi.
f. Membina hubungan komunikatif dan bekerjasama dalam
kelompok. Adapun kelebihan metode bermain peran Role Playing menurut
tim LPP-SDM sebagai berikut: a.
dapat memupuk daya cipta siswa. b.
merangsang siswa menjadi terbiasa dan terampil dalam menanggapi dan bertindak secara spontan.