69
Sudah Bue.” “Kalau begitu Bue mau total semua. Berapa semuanya Mbak?”
“Seratus enam puluh lima Bu.” “Dipaskan saja Mbak?”
“Aduh ibu, tadi kan masing-masing sudah dikorting. Sudah dipaskan. Jujur saya cuma mengambil untung sedikit kok Bu. Kalau dikorting lagi
saya dapat apa?” “Dipaskan seratus lima puluh saja ya Mbak semuanya.”
“Aduh nyuwun sewu sanget Bu, tidak bisa.” Azzam menengahi,
“Sudahlah Bu, dibayar saja. Rasulullah itu suka pada penjual yang mempermudah dan juga suka pada pembeli yang
mempermudah. Sudah dibayar saja semoga barakah.”
21
Pada bagian lain, Habiburrahman El Shirazy juga menampilkan nilai pendidikan akhlak mengenai sunnah sebagai berikut.
“Begitu sampai di sini tadi saya diberitahu oleh petugas bahwa ibumu meninggal. Bisa jadi meninggal di tempat atau di jalan. Yang jelas sampai
di UGD nyawa beliau sudah tidak ada. Saya langsung inisiatif minta para pemuda untuk menggali kubur. Hujan di sana sudah reda.
“Karena kepala ibumu maaf mungkin retak atau pecah dengan darah yang begitu banyak, saya langsung minta pihak rumah sakit menjahit
lukanya terus memandikan dan mengafaninya sekalian. Sekarang sedang dikafani. Menurut Bapak sebaiknya hari ini juga dikebumikan. Menurut
sunnah kan menyegerakan penguburan itu lebih baik. Ya, semakin cepat
semakin baik. Tapi semua keputusan ada di tangan kamu dan Lia.” Kaya Pak Mahbub dengan suara bergetar.
22
Dari dua fragmen di atas terlihat bahwa Habiburrahman El Shirazy menampilkan gambaran akhlak sunnah.
Pada fragmen pertama Habiburrahman El Shirazy menampilkan peristiwa saat Bu Nafis dan Azzam sedang membeli kemeja di pasar. Sunnah yang
diikuti oleh Azzam ialah mempermudah jual-beli tidak terlalu banyak menawar harga kepada pedagang.
Sedangkan pada fragmen kedua Habiburrahman El Shirazy menampilkan peristiwa di rumah sakit saat Husna dan Lia baru saja tiba dan dinasihati oleh
Pak Mahbub untuk sesegera mungkin menguburkan jenazah Bu Nafis. Sunnah yang diikuti ialah menyegerakan pemakaman.
21
Habiburrahman El Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih…, h. 547.
22
Habiburrahman El Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih…, h. 685-686.
70
6. Salawat
Yang dimaksud dengan salawat dalam poin ini adalah akhlak memuliakan Nabi Muhammad Saw. dengan membacakan doa kepadanya dan kepada
keluarga serta sahabatnya. Bersalawat kepada Nabi Muhammad Saw. merupakan salah satu
perwujudan akhlak terhadap beliau. Lafaz salawat banyak sekali ragamnya, baik yang berasal dari Nabi Muhammad Saw. maupun yang disusun oleh para
ulama. Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak membaca salawat, sebab bagi yang membacanya akan memperoleh berbagai keutamaan.
Allah Swt. memerintahkan orang-orang beriman untuk bersalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Firman Allah Swt.:
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” Q.S. al- Ahzâb33: 56
23
Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih, Habiburrahman El Shirazy banyak menampilkan konsep pendidikan akhlak tentang salawat. Sebagai gambaran,
berikut penulis tampilkan bagian dalam novel tersebut yang menampilkan konsep pendidikan akhlak tentang salawat.
Tiba-tiba sebuah ide berpijar di kepalanya. Bus itu mungkin bisa dikejar jika taksi bisa memotong jalur. Apalagi bus itu padat. Pasti lebih
lambat karena akan banyak menurunkan penumpang. Itu prediksinya. “Paman bisa ngebut dan motong jalur ke Masjid Nurul Khithab
Kulliyatul Banat Nasr City?” “Tentu bisa. Kebut-mengebut dan potong-memotong jalur itu
kebiasaanku waktu m asih muda.”
“Lakukan itu, Paman, saya tambah lima pound.” “Nggak. Kalau mau tambah sepuluh pound.”
Azzam berpikir sebentar. “Baik.”
Dan seketika taksi itu menambah kecepatannya. Azzam
memperbanyak membaca
shalawat. Sementara
dua penumpang di belakangnya diam dalam rasa sedih berselimut cemas. Tak
23
Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemahnya…, h. 426.
71
ada yang mereka lakukan kecuali menyerahkan semuanya kepada Allah yang Maha Menentukan Takdir.
24
Pada bagian ini tampak bagaimana Habiburrahman El Shirazy menunjukkan penerapan bersalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Yaitu saat Azzam
bersama dua orang mahasiswi tengah berada di dalam taksi untuk mengejar bus yang diyakini membawa barang-barang bawaan milik mahasiswi yang dicopet.
Saat genting dan menegangkan seperti ini digunakan oleh Azzam untuk menambah keyakinannya akan pertolongan Allah Swt.
Dalam bagian lain Habiburrahman El Shirazy juga menampilkan konsep akhlak terhadap Nabi Muhammad Saw. berupa membaca salawat sebagaimana
tergambar pada fragmen berikut ini. Malam itu Furqan tidak tidur. Setelah shalat tahajud, ia mengharubiru
bermunajat kepada Tuhannya. Shalawat Munjiyat ia hayati dan ia baca berulang kali. Doa Nabi Yunus ia resapi maknanya dan ia baca berulang-
ulang kali dengan airmata terus menetes tiada henti.
25
Dalam kutipan di atas digambarkan bahwa Furqan sedang cemas menanti hasil tes darah. Untuk itu pada malam hari sebelum pengambilan hasil tes
darah, ia memperbanyak ibadah seperti melakukan salat tahajud, membaca Salawat Munjiyat dan berdoa kepada Allah.
Adapun lafaz Salawat Munjiyat yang dibaca oleh tokoh Furqan adalah sebagai berikut.
“Ya Allah, limpahkanlah salawat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad Saw., salawat yang akan menyelamatkan kami dari ketakutan
dan malapetaka. Dan dapat memenuhi semua kebutuhan kami, dapat menyucikan kami dari segala keburukan, dapat mengangkat kami pada
kedudukan yang setinggi-tingginya di sisi-Mu, dapat membawa kami mencapai tujuann puncak dari segala kebaikan dalam kehidupan dunia ini
24
Habiburrahman El Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih…
,
h. 134-135.
25
Habiburrahman El Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih…, h. 291.