14
Ayat pertama di atas menggunakan khuluq dalam arti budi pekerti, ayat kedua menggunakan kata akhlâq untuk arti adat kebiasaan. Selanjutnya hadis yang
pertama menggunakan kata khuluq untuk arti budi pekerti, dan hadis kedua menggunakan kata akhlâq, juga untuk arti budi pekerti. Dengan demikian, kata
akhlâq dan khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muruah, atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat atau tradisi.
12
Adapun pengertian akhlak menurut istilah dapat dilihat dari beberapa pendapat pakar berikut.
Menurut Imâm al- Ġazâli, akhlak ialah:
13
“Sikap yang mengakar dalam jiwa manusia yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan
pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal syara’, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan
jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.”
Sedangkan Ibn Miskawaih secara singkat mendefinisikan akhlak sebagai:
14
“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”
Adapun Ibrâhîm Anîs, dkk. dalam al- Mu’jam al-Wasîţ menyatakan bahwa
akhlak ialah:
15 12
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf …, h. 26.
13
Abû Hâmid al- Ġazâlî, Ihyâ ‘Ulûm ad-Dîn, Jilid III, Kairo: Dâr ar-Rayyân, 1987, h. 58.
14
Ibn Miskawaih, Tahżîb al-Akhlâq wa Taţhîr al-A’râq, Mesir: al-Maţba’ah al-Mişriyah,
1934, Cet. I, h. 40.
15
“Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.” Jika diperhatikan dengan saksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak
sebagaimana dipaparkan di atas tidaklah bertentangan, melainkan saling melengkapi, yakni suatu sikap yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam
perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan.
Dari definisi pendidikan dan akhlak di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan akhlak ialah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik
untuk membentuk tabiat yang baik pada peserta didik sehingga terbentuk manusia yang taat kepada Allah.
2. Dasar Pendidikan Akhlak
Dasar secara bahasa berarti “fundamen, pokok atau pangkal suatu pendapat
ajaran, aturan, atau asas ”.
16
Lebih lanjut dikatakan bahwa dasar adalah “landasan
berdirinya sesuatu yang berfungsi memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai”.
17
Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga setiap ajaran yang ada dalam Islam memiliki dasar pemikiran. Begitu pula dengan pendidikan akhlak.
Adapun yang menjadi dasar pendidikan akhlak dalam Islam ialah Alquran dan sunnah.
a. Alquran
Alquran ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Di dalamnya terkandung
ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran berhubungan dengan masalah keimanan
15
Ibrâhîm Anîs, dkk., al- Mu’jam al-Wasîţ,Jilid I, Tt.p.: t.p., t.t., h. 252.
16
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia …, h. 318.
17
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, Cet. I, h. 12.
16
yang disebut akidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut syariah.
18
Alquran diperuntukkan bagi manusia untuk dijadikan sebagai pedoman hidupnya. Sebab pada dasarnya Alquran banyak membahas berbagai aspek
kehidupan manusia, dan pendidikan merupakan tema terpenting yang dibahasnya. Setiap ayat yang terkandung di dalamnya merupakan bahan
baku bangunan pendidikan yang dibutuhkan manusia. Di antara ayat Alquran yang menjadi dasar pendidikan akhlak adalah
seperti ayat di bawah ini:
“Wahai anakku Laksanakanlah salat dan suruhlah manusia berbuat yang makruf dan cegahlah mereka dari yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting. Dan janganlah kamu
memalingkan wajah dari manusia karena sombong dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
”
19
Q.S. Luqmân31: 17-18 Menurut M. Quraish Shihab, Alquran secara garis besar memiliki tiga
tujuan pokok yaitu: 1.
Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepastian
akan adanya hari pembalasan. 2.
Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia
dalam kehidupannya secara individual atau kolektif. 3.
Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.
20
18
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, Cet. III, h. 21.
19
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya …, h. 412.
20
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1997, Cet. XXVI, h. 40.
17
b. Sunnah
Dasar pendidikan akhlak berikutnya adalah sunnah. Menurut bahasa, sunnah berarti “perjalanan atau sejarah, baik atau buruk masih bersifat
umum”. Sedangkan menurut istilah, sunnah berarti “segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi atau kepada seorang sahabat atau seorang setelahnya
tâbi’în, baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat”.
21
Mengingat kebenaran Alquran dan sunnah adalah mutlak, maka setiap ajaran yang sesuai dengan Alquran dan sunnah harus dilaksanakan dan
apabila bertentangan harus ditinggalkan. Dengan demikian, berpegang teguh kepada keduanya akan menjamin seseorang terhindar dari kesesatan.
Sebagaimana diterangkan oleh Nabi Muhammad Saw. dalam sebuah hadis berikut:
22
“Dikabarkan dari Abû Bakar bin Ishâq al-Faqîh diceritakan dari Muhammad bin
‘Îsâ bin Sakr al-Wâsiţî diceritakan dari Dâwûd bin ‘Umar dan Đabî diceritakan dari Şâlih bin Mûsâ aţ-Ţalahî dari ‘Abdul
Azîz bin Rafî ’ dari putra Şâlih dari Abû Hurairah r.a. ia berkata,
Rasulullah Saw. bersabda, “Aku tinggalkan pada kalian dua pusaka,
kamu tidak akan sesat apabila berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Alah dan sunnahku dan tidak akan tertolak oleh h
auđ.” H.R. Hâkim Dari ayat serta hadis tersebut dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta
pendidikan akhlak terpuji sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. harus diteladani agar manusia dapat hidup sesuai dengan
tuntunan syariat, yang bertujuan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan umat manusia itu sendiri. Sesungguhnya Rasulullah Saw. adalah contoh serta
21
Abdul Majid Khon, dkk., Ulumul Hadits, Jakarta: PSW UIN Jakarta, h. 4-5.
22
Imâm Hâkim, Mustadrak ‘alâ aş-Şahîhain, Juz III, Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Arabî, t.t., h.
93.
18
teladan sempurna bagi umat manusia yang mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai akhlak terpuji kepada umatnya.
3. Tujuan Pendidikan Akhlak
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang berproses dan terencana sudah tentu mempunyai tujuan. Tujuan tersebut berfungsi sebagai titik pusat perhatian dalam
melaksanakan kegiatan serta sebagai pedoman guna mencegah terjadinya penyimpangan dalam kegiatan.
Begitu pula halnya dengan pendidikan akhlak. Menurut Muhammad ‘Aţiyyah
al-Abrâsyî , tujuan pendidikan akhlak adalah “untuk membentuk orang-orang yang
bermoral baik, berkemauan keras, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku serta beradab”.
23
Adapun menurut Imâm al- Ġazâlî, tujuan pendidikan akhlak dalam prosesnya
haruslah mengarah kepada pendekatan diri kepada Allah dan kesempurnaan insani, dapat membentuk kepribadian muslim yang memiliki sifat terpuji,
sehingga setiap perbuatan baik yang dilakukan terasa nikmat, dan pada akhirnya dapat mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu kebahagiaan
di dunia dan akhirat. Sehingga tujuan pendidikan akhlak dirumuskan sebagai pendekatan diri kepada Allah, yaitu untuk membentuk manusia yang saleh, yang
mampu melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada Allah dan kewajiban- kewajibannya kepada manusia sebagai hamba-Nya.
24
Rumusan yang sederhana namun cukup mengena ditawarkan oleh Zakiah Daradjat. Menurutnya, tujuan pendidikan akhlak adalah untuk membentuk
karakter muslim yang memiliki sifat-sifat terpuji. Zakiah berpendapat bahwa dalam ajaran Islam, akhlak tidak dapat dipisahkan dari iman. Iman merupakan
pengakuan hati, dan akhlak adalah pantulan iman tersebut pada perilaku, ucapan
23
Muh ammad ‘Aţiyyah al-Abrâsyî, Dasar-dasar Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang,
1994, Cet. III, h. 103.
24
Abû Hâmid al- Ġazâlî, Ihyâ ‘Ulûm ad-Dîn…, h. 56.