Tujuan dan Kegunaan Penelitian

10 mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2009. Penelitiannya dibatasi pada analisis isi pesan dakwah yang meliputi akidah, akhlak dan syariah. Persamaan penelitian Siti Maryam dengan penelitian ini terletak pada pengarang yang sama dari objek yang dikaji, yaitu Habiburrahman El Shirazy. Sedangkan perbedaannya terletak pada aspek kajian dan objek kajian. Penelitian Siti Maryam mengkaji aspek pesan dakwah dan menggunakan objek kajian novel Dalam Mihrab Cinta, sedangkan dalam penelitian ini penulis mengkaji aspek pendidikan akhlak dan menggunakan objek kajian novel Ketika Cinta Bertasbih. 2. “Nilai Moral dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy”. Skripsi ini disusun oleh Hena Khaerunnisa, mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2011. Penelitiannya dibatasi pada kajian nilai moral dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Hena mengungkapkan delapan nilai moral dalam novel Ketika Cinta Bertasbih yang meliputi optimis, toleransi, santun, memelihara lisan, sabar, tanggung jawab, kuasai emosi, dan tolong- menolong. Persamaan penelitian Hena Khaerunnisa dengan penelitian ini terletak pada objek kajiannya, yaitu sama-sama mengkaji novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Sedangkan perbedaannya terletak pada aspek kajiannya. Penelitian Hena Khaerunnisa mengkaji aspek moral yang menggunakan tolak ukur norma Pancasila, sedangkan dalam penelitian ini penulis mengkaji aspek pendidikan akhlak yang menggunakan tolak ukur ajaran Islam, meliputi Alquran dan hadis. Perbedaan lainnya adalah dalam penelitian Hena Khaerunnisa, ia tidak berusaha mengaitkan nilai moral dengan pendidikan, sedangkan dalam penelitian ini penulis mengaitkan nilai-nilai akhlak dengan konteks pendidikan, khususnya kebermanfaatan gambaran akhlak yang ditunjukkan dalam novel tersebut bagi peserta didik. 11

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan Akhlak

Istilah pendidikan berasal dari kata dasar “didik”, yang artinya “memelihara dan memberi latihan ajaran, pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran”. 1 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 2 Sedangkan arti pendidikan menurut istilah yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan beraneka ragam. Di antaranya sebagai berikut: Menurut Muzayyin Arifin pendidikan adalah “menumbuhkan personalitas kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab. Usaha kependidikan bagi 1 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008, Edisi IV, h. 425. 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar, Bandung: Citra Umbara, 2010, Cet. I, h. 2-3.