Pandangan Hidup Pengarang Tinjauan Eksternal

60 Allah, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur kufur, maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.” Q.S. Luqmân31: 12 3 Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih, tampak Habiburrahman El Shirazy banyak menampilkan konsep syukur. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian dalam novel tersebut yang mengetengahkan konsep pendidikan akhlak tentang syukur. ‘Suratmu, Adikku, seolah menjadi oase bagiku. Di tengah gersang dan panasnya padang sahara kerinduan kepada kalian, suratmu adalah pelepas dahaga sekaligus penyejuk jiwa. Bahasamu bukanlah bahasa anak SMA. Tapi bahasamu adalah bahasa jiwa para sastrawan dan pujangga yang orisinil lahir dari malakatun nafsi, bakat jiwa. Cobalah adikku, kaugunakan bakatmu itu untuk menulis karya sastra. Semisal puisi, cerpen atau novel. Tulislah dengan serius. Niatkan demi mensyukuri karunia pemberian Allah. Dan niatkan untuk sedikit-sedikit mencari nafkah demi membahagiakan ibu kita tercinta. Aku sangat yakin jika kau serius kau akan jadi penul is yang cemerlang’ 4 Dalam bagian ini tampak bahwa Habiburrahman El Shirazy menampilkan konsep syukur. Tokoh utama dalam novel, yaitu Azzam, sedang memberikan nasihat melalui sepucuk surat kepada adiknya yang bernama Husna agar meniatkan kegemaran dan bakatnya dalam menulis sebagai wujud bersyukur atas nikmat Allah. Karena Allah yang telah memberikan potensi kepadanya dalam mengolah kata dan bahasa. Dengan mensyukuri nikmat dan belajar menulis secara serius, maka Azzam yakin Husna akan menjadi penulis yang handal. Pada bagian lain, Habiburrahman El Shirazy juga menampilkan gambaran syukur sebagai berikut. Truk itu sampai di rumah Pak Amrun pukul enam pagi. Dua ratus sepuluh kardus ukuran kecil dan besar dinaikkan. Sebelum menata ratusan kardus buku itu Kang Paimo minta daftar alamat yang akan dikirim. Ia berkata kepada Azzam, “Mana Zam alamat-alamatnya?” 3 Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2005, h. 412. 4 Habiburrahman El Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih, Jakarta: SinemArt Indonesia dan Basmala Adikarya Legendaris, 2009, h. 410-411. 61 Azzam lalu menyerahkan daftar alamat yang dituju. Kang Paimo memperhatikan dengan serius. Setelah sesaat lamanya menganalisis, Kang Paimo berkata, “Setelah kulihat maka kita akan mengambil rute seperti ini: Tegal, Purwokerto, Cilacap, Jogja, Klaten, Sragen, Ngawi, Madiun, Jombang, Surabaya, Tuban, Rembang, Kudus, Kendal, baru pulang ke Kartasura. Bagaimana Zam?” “Aku ikut saja, Kang Paimo kan lebih paham.” “Kalau begitu cara menyusunnya alamat paling akhir kita masukkan dulu. Sehingga letaknya paling dalam sana. Begitu seterusnya. Dan alamat yang rencananya paling awal kita datangi kita letakkan di depan. Sehingga kita enak nanti ketika menurunkan.” “Wah benar itu Kang. Cerdas juga Sampeyan.” “Lho Paimo itu sejak dulu cerdas Zam. Hanya karena nasib saja putus sekolah. Kalau Paimo ini dibiayai sampai lulus kuliah mungkin sudah jadi dosen sekarang. Bukan sopir truk.” “Memang sudah diatur oleh Allah Kang. Kalau Sampeyan jadi dosen lha siapa yang akan aku ajak jalan-jalan mengantar buku-buku ini? Kang selama kita bersyukur apa pun pekerjaan kita insya Allah akan diridhai Allah. Dengan ridha Allah jadi barakah. Yang mahal itu barakahnya lho Kang.” 5 Dalam bagian ini, Habiburrahman El Shirazy menampilkan dialog antara tokoh Azzam dengan Kang Paimo. Diceritakan bahwa Kang Paimo mengeluhkan nasibnya sebagai pengemudi truk padahal ia menilai dirinya sendiri cerdas. Kemudian Azzam menasihati Kang Paimo agar tetap bersyukur kepada Allah, karena dengan bersyukur pekerjaan seorang manusia akan diridai oleh Allah Swt. Kedua gambaran ini menunjukkan nilai pendidikan akhlak bahwa setiap manusia hendaknya mampu menerapkan perilaku bersyukur dalam kehidupannya. Hal ini dimaksudkan agar Allah berkenan memberikan rida-Nya dan menuntun manusia kepada kesuksesan. Tak terkecuali dengan para peserta didik. Mereka sepatutnya menerapkan perilaku bersyukur ini agar cita-cita mereka dalam belajar dapat tercapai. 5 Habiburrahman El Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih …, h. 507.