22
kesenangan, kecintaan dan kebahagiaan yang mendorong seseorang sehingga
timbul harapan dan semangat untuk memperolehnya”.
33
Metode motivasi akan sangat efektif apabila dalam penyampaiannya pendidik menggunakan bahasa yang menarik dan bisa meyakinkan
pendengar. Oleh karena itu hendaknya pendidik bisa meyakinkan peserta didiknya ketika menggunakan metode ini. Namun sebaliknya, apabila
bahasa yang digunakan kurang meyakinkan maka peserta didik akan malas memperhatikannya.
Sedangkan metode tarhîb berasal dari kata rahhaba yang berarti “menakut-nakuti atau mengancam. Menakut-nakuti dan mengancam di sini
sebagai reaksi bila peserta didik melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang Allah, atau akibat lengah dalam menjalankan kewajiban yang
diperintahkan Allah”.
34
Metode intimidasi atau hukuman baru bisa digunakan apabila metode- metode lain seperti nasihat, petunjuk dan bimbingan tidak berhasil untuk
mewujudkan tujuan. e.
Metode ‘Ibrah Secara sederhana,
‘ibrah berarti merenungkan dan memikirkan. Dalam arti umum dapat diartikan dengan
“mengambil pelajaran dari setiap peristiwa
”. ‘Abdurrahmân an-Nahlâwî mendefinisikan ‘ibrah sebagai “suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia untuk mengetahui intisari dari
suatu peristiwa yang disaksikan, diperhatikan, diinduksikan, ditimang- timang, diukur dan diputuskan secara nalar, sehingga kesimpulannya dapat
mempengaruhi hati untuk tunduk kepadanya, lalu mendorongnya kepada perilaku berpikir sosial yang sesuai
”.
35
f. Metode Kisah
Metode kisah merupakan salah satu upaya untuk mendidik murid agar mengambil pelajaran dari kejadian di masa lampau. Apabila kejadian
33
Syahidin, Metode Pendidikan Qurani …, h. 121.
34
Syahidin, Metode Pendidikan Qurani …, h. 121.
35
‘Abdurrahmân an-Nahlâwî, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1995, Cet. II, h. 289.
23
tersebut merupakan kejadian yang baik, maka harus diikutinya. Sebaliknya, apabila kejadian tersebut bertentangan dengan ajaran Islam maka harus
dihindari. Metode ini sangat digemari khususnya oleh anak kecil, bahkan sering
kali digunakan oleh seorang ibu ketika anak tersebut akan tidur. Apalagi jika metode ini disampaikan oleh orang yang pandai bercerita, akan menjadi
daya tarik tersendiri. Namun perlu diingat bahwa kemampuan setiap peserta didik dalam menerima pesan yang disampaikan sangat dipengaruhi oleh
tingkat kesulitan bahasa yang digunakan. Oleh karena itu, hendaknya setiap pendidik bisa memilih bahasa yang mudah dipahami oleh setiap anak.
Lebih lanjut an-Nahlâwî menjabarkan dampak penting dari pendidikan melalui kisah yaitu:
Pertama, kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan kesadaran pembaca tanpa cerminan kesantaian dan keterlambatan sehingga
dengan kisah, setiap pembaca akan senantiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi kisah tersebut sehingga pembaca
terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah tersebut. Kedua, interaksi kisah Qur
’ani dan Nabawi dengan diri manusia dalam keutuhan realitasnya tercermin dalam pola terpenting yang hendak
ditonjolkan oleh al-Qur ’an kepada manusia di dunia dan hendak
mengarahkan perhatian pada setiap pola yang selaras dengan kepentinganya.
Ketiga, kisah-kisah Qur
’ani mampu membina perasaan ketuhanan melalui cara-cara berikut: 1 Mempengaruhi emosi, seperti takut,
perasaan diawasi, rela dan lain-lain. 2 Mengarahkan semua emosi tersebut sehingga menyatu pada satu kesimpulan yang menjadi akhir
cerita. 3 Mengikutsertakan unsur psikis yang membawa pembaca larut dalam setting emosional cerita sehingga pembaca, dengan emosinya,
hidup bersama tokoh cerita. 4 Kisah Qur
’ani memiliki keistimewaan karena, melalui topik cerita, kisah dapat memuaskan pemikiran seperti
pemberian sugesti, keinginan, dan keantusiasan, perenungan dan pemikiran.
36
36
‘Abdurrahmân an-Nahlâwî, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, Bandung: Diponegoro, 1992, Cet. II, h. 242.
24
B. Konsep Novel
1. Pengertian Novel
Karya sastra dapat digolongkan sebagai salah satu sarana pendidikan dalam arti luas. Pendidikan dalam arti ini tidak terbatas pada buku-buku teks text
book pelajaran dan kurikulum yang diajarkan di sekolah, namun dapat berupa apa saja, termasuk karya sastra, baik yang berbentuk novel, cerpen, puisi,
pantun, gurindam, dan bentuk karya sastra lainnya. Kata sastra menurut A. Teeuw, sebagaimana dikutip oleh Atmazaki,
“berasal dari bahasa Sanskerta; akar kata sas-, dalam kata kerja turunan berarti ‘mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi’. Akhiran -tra
biasanya menunjuk alat, sarana. Maka dari itu, sastra dapat berarti ‘alat untuk
mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran’”.
37
Dunia kesusastraan secara garis besar mengenal tiga jenis teks sastra, yaitu teks naratif prosa, teks monolog puisi, dan teks dialog drama.
38
Salah satu dari ragam prosa adalah novel.
Novel Inggris: novel dan cerita pendek disingkat: cerpen; Inggris: short story merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan
dalam perkembangannya kemudian, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Sebutan novel dalam bahasa Inggris
—dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia
—berasal dari bahasa Italia novella yang dalam bahasa Jerman: novelle. Secara harfiah, novella berarti
‘sebuah barang baru yang kecil’, dan kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’.
39
Menurut Alterbernd dan Lewis, sebagaimana dikutip oleh Burhan Nurgiyantoro, fiksi
—sebagai sinonim dari novel—adalah: Prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan
mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmanusia. Pengarang mengemukakan hal itu berdasarkan pengalaman
dan pengamatannya terhadap kehidupan. Namun, hal itu dilakukan secara
37
Atmazaki, Ilmu Sastra: Teori dan Terapan, T.tp.: Angkasa Raya, t.t., h. 16-17.
38
Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, Bandung: UPI Press, 2006, Cet. I, h. 14.
39
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010, Cet. VIII, h. 9.
25
selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuannya yang sekaligus memasukkan unsur hiburan dan penerangan terhadap pengalaman kehidupan manusia.
40
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel diartikan sebagai “karangan
prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat
setiap pelaku ”.
41
Novel menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, diri sendiri, serta dengan Tuhan. Novel
merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupannya. Walau berupa khayalan, tidak benar jika novel
dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penuh penghayatan dan perenungan secara intens terhadap hakikat hidup dan kehidupan, serta
dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
42
Bagi pembaca, kegiatan membaca karya fiksi seperti novel berarti menikmati cerita dan menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin.
Betapapun saratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah novel haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetap
merupakan bangunan struktur yang koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetik.
Daya tarik inilah yang pertama-tama akan memotivasi orang untuk membacanya. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap orang senang
dengan cerita, baik yang diperoleh dengan cara membaca maupun mendengarkan. Melalui sarana cerita ini pembaca secara tidak langsung dapat
belajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja ditawarkan oleh pengarang. Oleh karena itu, cerita, fiksi, atau
karya sastra pada umumnya sering dianggap dapat membuat manusia menjadi lebih arif, atau dapat dikatakan sebagai “memanusiakan manusia”.
43
40
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi …, h. 2-3.
41
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia …, h. 1079.
42
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi …, h. 3.
43
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi …, h. 4.
26
2. Macam-macam Novel
Dilihat dari segi mutunya, novel dibagi menjadi dua, yaitu: a.
Novel Serius Novel serius atau disebut juga novel literer merupakan novel yang
memerlukan daya konsentrasi yang tinggi dan kemauan jika ingin memahaminya.
44
Novel ini merupakan makna sastra yang sebenarnya. Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan dalam novel
jenis ini disorot dan diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal. Novel serius di samping memberikan hiburan, juga secara
implisit bertujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca, atau paling tidak, mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara
lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan. Novel serius biasanya berusaha mengungkapkan sesuatu yang baru
dengan cara pengucapan yang baru pula. Singkatnya, unsur kebaruan diutamakan. Novel ini mengambil realitas kehidupan sebagai model,
kemudian menciptakan sebuah “dunia baru” lewat penampilan cerita dan tokoh-tokoh dalam situasi yang khusus.
Novel serius tidak bersifat mengabdi kepada selera pembaca. Oleh karena itu, pembaca novel jenis ini tidak banyak. Namun demikian,
meskipun jumlah novel dan pembacanya tidak terlalu banyak, novel ini akan mempunyai gaung dan bertahan dari waktu ke waktu.
Novel serius mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1
Karya sastra ini tidak hanya berputar-putar dalam masalah cinta asmara muda-mudi saja, namun membuka diri terhadap masalah penting untuk
menyempurnakan hidup manusia. Masalah cinta dalam novel serius kadang hanya berperan untuk menyusun plot cerita saja, sedangkan
permasalahan yang sebenarnya berkembang di luar itu.
2 Karya sastra ini tidak berhenti pada gejala permukaan saja, tetapi selalu
mencoba memahami suatu masalah secara mendalam dan mendasar. Hal ini dengan sendirinya berhubungan dengan kematangan pribadi
pengarang sebagai seorang intelektual.
3 Kejadian atau pengalaman yang diceritakan dalam karya sastra ini bisa
dialami oleh manusia mana saja dan kapan saja. Karya sastra ini
44
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi …, h. 18.
27
membicarakan hal-hal yang universal dan nyata, serta tidak membicarakan kejadian yang artifisial dibuat-buat dan bersifat
kebetulan.
4 Isi cerita penuh inovasi, segar dan baru. Sastra adalah penafsiran hidup
yang jitu, merekam alam kehidupan dan menyajikan kembali dengan serba kemungkinan.
5 Mementingkan tema, karakteristik, plot, dan unsur-unsur cerita lainnya
dalam membangun cerita.
45
b. Novel Populer
Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca di kalangan remaja. Ia menampilkan
masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan.
46
Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. Sebab, jika demikian
halnya, novel populer akan menjadi berat dan berubah menjadi novel serius, dan boleh jadi akan ditinggalkan oleh pembacanya. Oleh karena itu, novel
populer pada umumnya bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali
lagi. Biasanya novel ini akan cepat dilupakan orang, apalagi dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya.
Novel jenis ini lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati karena ia memang semata-mata menyampaikan cerita. Ia tidak berpretensi mengejar
efek estetis, melainkan memberi hiburan langsung dari aksi ceritanya. Adapun ciri-ciri novel populer sebagai berikut:
1 Tema dalam novel ini selalu hanya menceritakan kisah percintaan saja,
tanpa menyentuh permasalahan lain yang lebih serius. 2
Meskipun utuh, alurnya datar dan sering mengabaikan karakterisasi tokoh sehingga terasa dangkal.
3 Menggunakan bahasa yang aktual, lincah, dan gaya bercerita yang
sentimental. 4
Bertujuan hiburan sehingga cerita disuguhkan dengan cara yang ringan, mengasyikkan, namun tetap memiliki ketegangan, penuh aksi, warna dan
humor.
45
Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia …, h. 44.
46
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi …, h. 19.