Syukur Akhlak terhadap Allah dan Rasul-Nya

62

2. Sabar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sabar diartikan sebagai “tahan menghadapi cobaan tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati ”. 6 Secara istilah, sabar ialah suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang dihadapinya. Namun yang perlu dicatat, tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Maka sabar dalam definisi yang paling tepat adalah sikap yang diawali dengan ikhtiar, lalu diakhiri dengan rida dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan dari Tuhan. 7 Konsep sabar dapat dilihat dalam Alquran, antara lain di Surat al-Baqarah ayat 155-156. “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn” sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Q.S. al-Baqarah2: 155-156 8 Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih, Habiburrahman El Shirazy banyak menampilkan konsep pendidikan akhlak tentang sabar. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian dalam novel tersebut yang mengandung konsep pendidikan akhlak tentang sabar. Dan benar, kini ibunya telah tiada. Kakaknya masih kritis belum sadar juga. Kata-kata Ibunya seperti menyadarkannya. Ia harus kuat. Ia harus bangkit. Ia tidak boleh lemah. “Lia.” Ia memanggil adiknya. “Mbak, Bue sudah tidak ada. Kita tidak punya orangtua lagi Mbak. Kak Azzam kalau mati juga bagaimana Kak?” 6 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008, Edisi IV, h. 1334. 7 Mahjudin, Kuliah Akhlaq Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, 2003, Cet. V, h. 10. 8 Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemahnya…, h. 24. 63 “Kita harus tabah adikku. Kita doakan semoga Kak Azzam selamat. Semoga Allah tidak memanggil dua- duanya.” “Iya Mbak.” Husna memeluk adiknya kuat-kuat. Sesedih apapun dirinya, saat ini dialah sang kakak. Dialah yang harus mengambil langkah dan keputusan. Ia melepas pelukan adiknya. Lalu dengan penuh cinta menyeka airmata adiknya. “Dik, kita sudah besar dan dewasa. Kita harus saling dukung. Kita akan hadapi ini bersama. Kita akan hadapi ini bersama.” “Iya Mbak.” Pelan Lia di sela-sela isaknya. 9 Pada bagian ini tampak bahwa Habiburrahman El Shirazy menampilkan konsep sabar. Pada kutipan di atas digambarkan bagaimana tokoh Husna yang baru saja ditinggal wafat oleh ibunya mencoba bersabar atas musibah tersebut. Husna juga mengajak adiknya yang bernama Lia untuk bersabar dan menghadapi cobaan tersebut bersama-sama. Dalam bagian lain, Habiburrahman El Shirazy juga menampilkan gambaran sabar sebagai berikut. Mungkin benar penilaian Ustadz Mujab atas dirinya. Ia telah melakukan sesuatu yang berlebihan. Sesuatu yang sejatinya kurang pantas bagi seorang penuntut ilmu. Ia langsung menyadari kekhilafannya itu. Ia yang mengambil spesialisasi sejarah dan peradaban Islam semestinya menyadari bahwa para pemikir dan ulama besar tidak ada yang berhasil meraih ilmu dengan hidup bermewah-mewah. Bagaimana mungkin ia bisa lupa bahwa dalam kitab-kitab sastra, sejarah, manakib dan thabaqat banyak dijelaskan betapa para ulama lebih biasa bergelut dengan kemiskinan, penderitaan, dan kesulitan hidup yang mencekik. Namun mereka meresapinya dengan penuh kesabaran. Dalam penderitaan yang mencekik itulah mereka mengais ilmu dan hikmah. Dalam kesulitan hidup itulah mereka menulis karya-karya besar yang monumental. Bagaimana mungkin, ia yang jebolan jurusan sejarah dan peradaban Islam Al-Azhar University, dan sebentar lagi meraih gelar master di jurusan yang sama dari Cairo University bisa melupakan sunah para ulama itu. Bagaimana mungkin ia bisa lupa kisah mengharukan yang diriwayatkan oleh Imam Bakar bin Hamdan Al Maruzi yang mengatakan, bahwa Imam Ibnu Kharrasy pernah bercerita, “Demi mencari ilmu, aku pernah meminum air kencingku sendiri sebanyak lima kali. Ceritanya, sewaktu sedang berjalan melintasi gurun pasir untuk mendapatkan hadis aku merasa kehausan luar biasa tanpa ada yang bisa aku minum. Maka dengan terpaksa aku minum air kencingku sendiri.” 9 Habiburrahman El Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih…, h. 685. 64 Ulama besar sekaliber Ibnu Kharrasy bahkan harus meminum air kencingnya sendiri demi mempertahankan hidupnya ketika mencari ilmu. Sedangkan dirinya, bisa-bisanya makan dan minum di restoran mewah Hotel Meridien. Bagaimana mungkin ia lupa cerita Imam Abu Hatim yang pernah mengalami keadaan sangat memprihatinkan. Imam Abu Hatim mengatakan, “Ketika sedang mencari hadis kondisiku benar-benar sangat memprihatinkan. Karena tidak mampu membeli sumbu lampu, pada suatu malam aku terpaksa keluar ke tempat ronda yang terletak di mulut jalan. Aku belajar dengan menggunakan lampu penerangan yang dipakai oleh tukang ronda. Dan terkadang tukang ronda itu tidur, aku yang menggantikannya ronda.” Sementara dirinya masih juga tidak merasa cukup akan nyamannya lampu apartemennya. Harus lampu mewah Hotel Meridien. 10 Pada bagian ini tampak bahwa Habiburrahman El Shirazy menampilkan konsep sabar. Pada kutipan di atas dikisahkan bagaimana tokoh Furqan yang merupakan seorang penuntut ilmu sedang mengintrospeksi dirinya atas gaya hidupnya yang disadarinya terlalu mewah. Yang menarik, Habiburrahman El Shirazy turut menceritakan kisah dari beberapa ulama seperti Ibn Kharrâsy dan Imam Abû Hatîm yang bersabar dalam menghadapi kendala dalam menuntut ilmu. Sehingga pembaca dapat mempelajari makna sabar melalui kisah tersebut. Nilai akhlak sabar sebagaimana digambarkan oleh Habiburrahman El Shirazy dengan memaparkan kisah para ulama di atas jelas sangat baik untuk dimiliki oleh setiap peserta didik. Sebab dalam setiap proses pembelajaran pasti akan selalu terdapat kendala, baik kendala yang bersifat teknis maupun nonteknis. Untuk itu, nilai akhlak sabar perlu terus dimiliki dan dikembangkan oleh setiap peserta didik.

3. Tobat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tobat diartikan sebagai “sadar dan menyesal akan dosa perbuatan yang salah atau jahat dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan ”. 11 10 Habiburrahman El Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih…, h. 213. 11 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia…, h. 1718. 65 Moh. Ardani mendefinisikan to bat sebagai “sikap yang menyesali perbuatan buruk yang pernah dilakukannya dan berusaha menjauhi [perbuatan buruk] serta melakukan perbuatan baik.” 12 Perintah Allah kepada manusia untuk bertobat dapat dilihat dalam Alquran, antara lain di Surat at-Tahrîm ayat 8. “Wahai orang-orang yang beriman Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” Q.S. at-Tahrîm66: 8 13 Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih, Habiburrahman El Shirazy banyak menampilkan konsep pendidikan akhlak tentang tobat. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian dalam tersebut yang mengandung konsep pendidikan akhlak tentang tobat. “Aku sangat mencintainya. Semua telah aku korbankan untuknya. Tapi ia tanpa risih sedikit pun mengatakan kepadaku, ‘Ali, di rumah aku isterimu, tapi di luar rumah aku milik banyak orang. Kau jangan cemburu ya. Kau justru harus bangga memiliki isteri yang di sukai banyak orang’ “Aku tidak kuat dengan perlakuannya. Akhirnya aku ceraikan dia. Saat itu dia sedang hamil dua bulan. Tetapi aku tidak bisa yakin kalau yang sedang dikandungnya itu adalah anakku. Aku akhirnya pulang kembali ke Indonesia sebagai gembel. Keluarga besarku yang dulu kaya- raya telah hancur berantakan. Orangtua dan adik-adikku memusuhiku. Aku lalu hidup menggelandang di Solo. Di Stasiun Balapan. Aku lakukan apa saja untuk dapat uang. Segala jenis kejahatan sudah pernah aku lakukan. Sampai suatu hari aku nyaris mati karena tertangkap oleh warga kampung saat aku mencuri. 12 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…, h. 70. 13 Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemahnya…, h. 561.