Tobat Akhlak terhadap Allah dan Rasul-Nya

67 Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih, Habiburrahman El Shirazy banyak menampilkan konsep pendidikan akhlak tentang ikhlas. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian dalam novel tersebut yang mengandung konsep pendidikan akhlak tentang ikhlas. Sambil menggelantung di pintu depan, Azzam melihat mahasiswi itu membawa dua plastik putih berisi kitab. Ia langsung melompat turun dan mempersilakan sopir menjalankan busnya. “Gimana masih lengkap, tak ada yang hilang?” tanya Azzam. Mahasiswi itu lalu memeriksa sebentar. Dan dengan wajah berbinar, ia menjawab, “Alhamdulillah. Masih lengkap. Terima kasih ya atas segalanya. Kalau boleh tahu nama situ siapa?” “Aku Abdullah.” Jawab Azzam. Nama kecilnya memang Abdullah Khairul Azzam. Entah kenapa ketika dibuat akte kelahiran yang tertulis hanya Khairul Azzam saja, Abdullahnya hilang. Jadi dengan mengatakan namanya Abdullah, ia sama sekali tidak bohong. Namun mahasiswa di Cairo tidak ada yang mengenalnya sebagai Abdullah. Ia memang tidak ingin namanya diketahui dua mahasiswi itu. Ia mau menjaga keikhlasannya. Maka meskipun mahasiswi cantik berjilbab biru itu bertanya namanya, ia tidak gantian menanyakan namanya. 18 Pada bagian ini terlihat bahwa Habiburrahman El Shirazy menampilkan konsep ikhlas. Dalam kutipan di atas, dikisahkan bahwa Azzam menyembunyikan nama populernya dengan nama “Abdullah” yang memang tidak dikenal di kalangan mahasiswa di Kairo. Hal ini dilakukan Azzam untuk menjaga keikhlasannya dan menghindarkan dirinya dari kemungkinan dikenal oleh orang yang ditolong sehingga bisa menimbulkan sikap riya’ pamer agar dipuji orang lain. Nilai akhlak ikhlas sangat baik untuk terus dikembangkan oleh peserta didik. Dalam belajar, hendaknya setiap peserta didik berusaha agar selalu ikhlas karena Allah. 17 Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemahnya…, h. 598. 18 Habiburrahman El Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih…, h. 138-139. 68

5. Sunnah

Yang dimaksud dengan sunnah dalam poin ini adalah mengikuti segala perkataan, perbuatan, persetujuan dan sifat-sifat dari Nabi Muhammad Saw. Sebagaimana halnya akhlak terhadap Allah Swt. harus beriman kepada- Nya, maka akhlak manusia terhadap Nabi Muhammad Saw. tentu saja pertama- tama ialah beriman kepada Nabi Muhammad Saw., yaitu percaya beliau adalah betul Nabi dan Rasul utusan Allah kepada seluruh umat manusia. Iman bukan hanya sekadar percaya terhadap sesuatu yang diyakini, tetapi harus dibuktikan dengan amal perbuatan. Maka dalam kaitan inilah umat Islam perlu mengamalkan keimanannya kepada Rasulullah Saw. dengan mengikuti perilaku hidup beliau yang dikenal dengan istilah sunnah. Ibn Hazm, sebagaimana dikutip oleh Mahmûd al-Mi şrî, mengatakan bahwa, “Barang siapa ingin mencari kebaikan di dunia dan di akhirat, menemukan hikmah dunia, berperilaku luhur, mempraktikkan akhlak mulia secara keseluruhan, mendapatkan keutamaan-keutamaan secara sempurna, ikutilah perilaku Muhammad Saw. dan praktikkan akhlak serta sirah beliau.” 19 Rasulullah saw , sebagaimana dikutip oleh Hamzah Ya’qub, bersabda: “Hendaklah turut sunnahku cara atau perjalananku dan sunnah para khulafaur rasyidin sesudahku.” H.R. Abû Dâwûd 20 Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih, Habiburrahman El Shirazy banyak menampilkan konsep pendidikan akhlak mengenai sunnah. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy yang mengandung konsep pendidikan akhlak tentang sunnah. “Coba ini Zam.” Azzam melihat dan mengukurkan ke badannya. “Lha kalau ini pas.” “Ada lagi yang kauinginkan Nak?” 19 Mahmûd al- Mişrî, Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW, Terj. dari Mausûah min Akhlâq ar- Rasûl oleh Abdul Amin dkk., Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2009, Cet. I, h. 943. 20 Hamzah Ya’qub, Etika Islam: Pembinaan Akhlakul Karimah Suatu Pengantar, Bandung: Diponegoro, 1996, Cet. VII, h. 145. 69 Sudah Bue.” “Kalau begitu Bue mau total semua. Berapa semuanya Mbak?” “Seratus enam puluh lima Bu.” “Dipaskan saja Mbak?” “Aduh ibu, tadi kan masing-masing sudah dikorting. Sudah dipaskan. Jujur saya cuma mengambil untung sedikit kok Bu. Kalau dikorting lagi saya dapat apa?” “Dipaskan seratus lima puluh saja ya Mbak semuanya.” “Aduh nyuwun sewu sanget Bu, tidak bisa.” Azzam menengahi, “Sudahlah Bu, dibayar saja. Rasulullah itu suka pada penjual yang mempermudah dan juga suka pada pembeli yang mempermudah. Sudah dibayar saja semoga barakah.” 21 Pada bagian lain, Habiburrahman El Shirazy juga menampilkan nilai pendidikan akhlak mengenai sunnah sebagai berikut. “Begitu sampai di sini tadi saya diberitahu oleh petugas bahwa ibumu meninggal. Bisa jadi meninggal di tempat atau di jalan. Yang jelas sampai di UGD nyawa beliau sudah tidak ada. Saya langsung inisiatif minta para pemuda untuk menggali kubur. Hujan di sana sudah reda. “Karena kepala ibumu maaf mungkin retak atau pecah dengan darah yang begitu banyak, saya langsung minta pihak rumah sakit menjahit lukanya terus memandikan dan mengafaninya sekalian. Sekarang sedang dikafani. Menurut Bapak sebaiknya hari ini juga dikebumikan. Menurut sunnah kan menyegerakan penguburan itu lebih baik. Ya, semakin cepat semakin baik. Tapi semua keputusan ada di tangan kamu dan Lia.” Kaya Pak Mahbub dengan suara bergetar. 22 Dari dua fragmen di atas terlihat bahwa Habiburrahman El Shirazy menampilkan gambaran akhlak sunnah. Pada fragmen pertama Habiburrahman El Shirazy menampilkan peristiwa saat Bu Nafis dan Azzam sedang membeli kemeja di pasar. Sunnah yang diikuti oleh Azzam ialah mempermudah jual-beli tidak terlalu banyak menawar harga kepada pedagang. Sedangkan pada fragmen kedua Habiburrahman El Shirazy menampilkan peristiwa di rumah sakit saat Husna dan Lia baru saja tiba dan dinasihati oleh Pak Mahbub untuk sesegera mungkin menguburkan jenazah Bu Nafis. Sunnah yang diikuti ialah menyegerakan pemakaman. 21 Habiburrahman El Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih…, h. 547. 22 Habiburrahman El Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih…, h. 685-686.