b Memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai
dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri.
c Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai
santrinya.
d Santri yang IQ-nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran,
sedangkan yang IQ-nya rendah ia membutuhkan waktu yang
cukup lama.
2
Kekurangan
a Membuat santri cepat bosan karena metode ini menuntut
kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi.
b Santri kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata
terutama mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa tertentu.
12
4. Pelaksanaan Metode Sorogan Modified
Pondok Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat, memperbaharui metode sorogan yang pada umumnya digunakan dalam pembelajaran di
pesantren dengan santri menyodorkan kitab kehadapan kyai. Sedangkan pelaksanaan metode sorogan modified dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Santri berkumpul di ruangan kelas dengan waktu yang telah
ditentukan yaitu 18.30-21.30 WIB. Dengan masing-masing membawa kitab yang hendak dikaji.
b. Ustadz masuk ke dalam ruangan kelas dan duduk ditempat yang
telah disediakan. c.
Santri yang mendapat giliran untuk membaca kitab kuning beserta terjemahan di tempat duduk masing-masing.
d. Ustadz beserta santri lain mendengarkan bacaan kitab kuning yang
sedang dibacakan.
12
Ibid., h. 152.
e. Setelah semua santri telah selesai membaca dan menerjemahkan
kitab kuning, ustadz membimbing santri untuk membahas kitab kuning terkait ilmu nahwu dan shorof.
f. Berdiskusi konten kitab kuning yang telah dibacakan oleh santri.
g. Ustadz menutup pembelajaran dengan do’a.
13
Ada beberapa hal yang dipersiapkan sebelumnya oleh ustadz maupun santri, di antaranya yaitu:
a. Penyusunan kurikulum yang berisi jenis materi pembelajaran.
b. Santri di himbau untuk mengkaji kitab kuning di kamar sebelum
pembelajaran berlangsung. c.
Santri membawa kamus bahasa Arab. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk kelancaran
proses pembelajaran kitab kuning dengan metode sorogan modified, yaitu: a.
Menciptakan komunikasi empat arah antara santri dengan santri, maupun ustadz dengan santri.
b. Dalam membaca kitab dan menerjemahkan ustadz membimbing
santri untuk bersikap kritis mengkoreksi bacaan kitab santri lain. c.
Setelah membaca dan menerjemahkan dengan baik da benar, ustadz membimbing santri untuk berdiskusi menjelaskan maksud dari teks
yang telah dibacakan. d.
Kemudian ustadz memberi penguatan penjelasan yang telah disampaikan oleh santri.
Untuk mengevaluasi kemampuan para santri dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode sorogan modified, dilakukan
kegiatan sebagai berikut: a.
Penilaian formatif ketika santri diminta untuk membaca dan menerjemahkan kitab kuning secara mandiri dihadapan santri lain
dan ustadz. b.
Penilaian UTS yang dilakukan setiap 3 bulan.
13
Hasil pengamatan di Pondok Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat, pada tanggal 5 Mei 2014