berpartisipasi aktif di dalam kelas untuk mendapatkan penilaian yang baik dalam proses pembelajaran.
Aspek bertanya sebagai salah satu aspek pendekatan kontesktual juga merupakan salah stau aspek yang meningkatkan aktivitas peserta didik.
Pada prakteknya, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penyelesaian permasalahan yang diberikan sebagai usaha dalam
meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran. Tidak hanya peneliti yang mengajukan pertanyaan, peserta didik dipersilahkan untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi atau bahan ajar yang diselesaikan. Terlebih lagi, peneliti menyediakan kolom pertanyaan
dalam bahan ajar sebagai salah satu bentuk usaha untuk menyediakan wadah bagi peserta didik yang tidak ingin bertanya secara langsung. Secara umum
disimpulkan bahwa aspek-aspek pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas peserta didik di dalam pembelajaran.
Hal yang ditemukan lainnya oleh peneliti pada proses penelitian yakni kegiatan Jum’at bersih yang dilangsungkan sebelum proses
pembelajaran dirasakan tidak efektif. Hal ini dikarenakan seluruh aktivitas peserta didik pada pertemuan tersebut mengalami penurunan dibandingkan
hari sebelumnya dan semangat peserta didik untuk belajar menurun akibat kelelahan. Tingkat kemalasan peserta didik bertambah dan menyebabkan
mereka tidak mau belajar dan hanya ingin berrmain di dalam kelas. Hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Indah Wahyu Ariesta, Arnelis Djalil, dan M. Coesamin dengan judul penelitian “Efektivitas Pendekatan Kontekstual
Ditinjau Dari S ikap dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa”.
Penelitian ini menunjukan bahwa pendekatan kontekstual mendorong peserta didik secara penuh dalam penemuan konsep materi yang dipelajari, kemudian
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata dan menerapkan prinsip tersebut dalam kehidupan mereka sehingga mereka mampu menyelesaikan
permasalahan matematis yang dihadapi.
3. Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan Kontekstual
Hasil observasi yang diberikan oleh teman sejawat menyatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan pada siklus II lebih baik dibandingkan
pembelajaran pada siklus I. kendala-kendala yang didapatkan oleh peneliti pada siklus II juga sudah mulai berkurang dibandingkan pada sikllus I.
Kendala utama yang ada pada siklus II yaitu lemahnya konsep perhitungan peserta didik sehingga beberapa penyelesaian permasalahan kurang tepat
meskipun langkah yang digunakan sudah tepat. Hal yang sama juga terjadi pada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik. Jika pada
siklus I pertanyaan lebih kepada teknis penyelesaian bahan ajar dan jawaban atas permasalahan yang diberikan, pada siklus II pertanyaan yang diajukan
lebih kepada penyelesaian permasalahan dikarenakan peserta didik terlihat malas ketika mengerjakan bahan ajar pada beberapa pertemuan.
Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual pada siklus II dianggap cukup baik dibandingkan pada siklus I.
Peneliti terlihat lebih menguasai kelas dan memberikan perhatian yang cukup ekstra pada pelaksanaan siklus II dibandingkan siklus I sehingga
pembelajaran yang diberikan dirasakan lebih bermakna.
4. Tanggapan Peserta Didik
Identifikasi yang dilakukan terhadap tanggapan peserta didik, dilakukan dengan menggunakan jurnal harian peserta didik. jurnal harian
berisikan tanggapan peserta didik terhadap bahan ajar yang digunakan pada proses pembelajaran serta kritik dan saran terhadap bahan ajar tersebut.
tanggapan tersebut kemudian diklasifikasikan kedalam tanggapan positif, negatif, dan netral.
Tanggapan positif yang diberikan peserta didik pada siklus I meningkat pada pembelajaran di siklus II. Hal ini terlihat, pada siklus I
persentase tanggapan positif yang didapatkan adalah 66,38 menjadi 77,62 pada siklus II. Persentase tersebut meningkat sebesar 11,34 dibandingkan
siklus I. Berbeda halnya dengan tanggapan positif peserta didik, tanggapan negatif dan netral mengalami penurunan persentase pada siklus II
Peningkatan yang terjadi pada persentase tanggapan positif menunjukan bahwa bahan ajar pada siklus II lebih disukai dibandingkan
bahan ajar pada siklus I. Peserta didik lebih memahami materi pada siklus II sehingga tanggapan positif pada siklus II mengalami peningkatan 11,34
dibandingkan siklus I. berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada peserta didik, peserta didik lebih menyukai pembelajaran pada siklus II.
Peserta didik dapat menyelesaikan dengan baik permasalahan yang ada di dalam bahan ajar serta langkah-langkah yang diberikan jelas, serta desain
bahan ajar lebih menarik. Peserta didik dapat juga belajar mandiri dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya masing-masing dan meningkatkan
kepercayaan diri mereka dalam proses pembelajaran. Selain itu, peserta didik juga terlihat lebih nyaman bersama dengan kelompok barunya, meskipun ada
beberapa anak yang tidak setuju dipisahkan dengan teman mengobrolnya. Desain bahan ajar yang baik serta inovatif dan kejelasan instruksi yang
diminta pada bahan ajar membuat tanggapan positif peserta didik meningkat pada siklus II, dan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar dirasakan
lebih menarik dibandingkan pembelajaran sebelumnya yang berpusat pada guru.
Temuan penelitian yang berkaitan dengan tanggapan peserta didik ini sejalan dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh I Nyoman Gita
d engan judul penelitian “Implementasi Pendekatan Kontekstual Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika di Sekolah Dasar.” Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa rata-rata tanggapan peserta didik
terhadap pembelajaran kontekstual yang diterapkan tergolong sangat positif dan peserta didik merasa sangat senang terhadap pembelajaran yang
diterapkan.
153
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Kemampuan pemecahan masalah matematik dengan penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik dapat terlihat dari peningkatan persentase indikator kemampuan pemecahan
masalah yang meliputi mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah pada siklus I sebesar 80,2 menjadi
87,5 pada siklus II, membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah pada siklus I sebesar 59 menjadi 71,55 pada siklus II,
menyelesaikan masalah yang tidak rutin pada siklus I sebesar 48,7 menjadi 55,6 pada siklus II. Nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah
matematik pada siklus I sebesar 62,76 menjadi 70,98 pada siklus II. 2. Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
meningkatkan persentase rata-rata aktivitas peserta didik. Aktivitas peserta didik pada siklus I digolongkan pada kategori aktif dengan persentase sebesar
59,92 dan tergolong aktif pada siklus II dengan persentase sebesar 73,28. Aktivitas yang diukur pada penelitian ini yaitu menyelesaikan bahan ajar
berbasis pendekatan kontekstual, mengajukan dan menjawab pertanyaan guru, mempresentasikan hasil diskusi kelompok, menyampaikan idegagasan,
membuat kesimpulan, dan bekerja sama di dalam kelompok. Aspek menyampaikan idegagasan merupakan aspek yang mendapatkan persentase
terendah pada siklus I namun mengalami peningkatan pada siklus II. 3. Peserta didik memberikan tanggapan yang positif terhadap bahan ajar
berbasis pendekatan kontekstual. Hasil wawancara mengungkapkan bahwa