Karakteristik Pendekatan Kontekstual Pendekatan Kontekstual

berdasarkan pengamatan dan pengalaman mereka. 14 Hal ini membuat peserta didik terlibat secara langsung dalam proses pembentukan pengetahuan dalam aspek kognitif peserta didik. Pegkonstruksian pengetahuan tersebut dilakukan dengan menggunakan pengalaman nyata yang mereka miliki. Lebih jauh dapat dikatakan, bahwa pembelajaran ini dilakukan secara mandiri oleh peserta didik dengan pembangunan pengetahuan mereka sendiri. Pembentukan suatu pengetahuan kognitif secara individu akan membuat peserta didik belajar mandiri dan lebih menguatkan materi pembelajaran, lebih dari hanya sekedar menghafal. Sebagai contoh, di dalam pembelajaran persamaan linear satu variabel, pada saat mempelajari subbab pernyataan dan kalimat terbuka, peserta didik diberikan beberapa kalimat yang sudah diberikan jenisnya merupakan kalimat terbuka maupun pernyataan. Peserta didik kemudian diminta untuk melakukan pengamatan terhadap perbedaan diantara dua jenis kalimat tersebut, dan meminta mereka membuat kesimpulan apakah definisi dari kalimat terbuka dan pernyataan. Setelah itu, mereka diminta untuk mengidentifikasi apa saja perbedaan antara kalimat terbuka dan pernyataan. Pada proses pembelajaran ini, peserta didik diminta untuk mengkonstruk pemahaman mereka sendiri tentang definisi dan perbedaan antara kalimat terbuka dengan pernyataan. 2 Inkuiri Inkuiri memiliki makna dimana proses pembelajaran dilakukan dengan pencarian dan penemuan melalui proses berpikir yang sistematis. Menemukan merupakan kegiatan inti di dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. 15 Pembelajaran bukan didasarkan pada proses pengingatan, namun lebih kepada proses menemukan sendiri. Melalui proses inkuiri, guru bertindak sebagai perancang pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan sendiri pengetahuan yang harus dimiliki. 14 Ibid, h.264 15 Rusman, op. cit. h.194 3 Bertanya Proses pembelajaran kontesktual, bertanya digunakan untuk memancing peserta didik menemukan suatu pengetahuan tersendiri. Selain itu, pertanyaan juga dapat diajukan sebagai salah satu alat dalam membimbing peserta didik dalam menemukan materi yang dipelajarinya. Penggunaan pertanyaan juga sangat diperlukan untuk mengarahkan peserta didik agar permasalahan yang diberikan mengkerucut dan tidak melebar ke pembahasan lainnya. Beberapa manfaat proses bertanya dalam proses pembelajaran antara lain sebagai : a. Menemukan tingkat kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi. b. Pembangkit motivasi c. Perangsang rasa ingin tahu pserta didik d. Memfokuskan sesuatu e. Membimbing dalam proses penemuan dan penyimpulan. 16 Dilihat dari manfaat proses bertanya diatas, tidak hanya berfungsi dalam proses pembentukan pengetahuan peserta didik, namun juga berfungsi dalam mengontrol kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Dengan bertanya, guru dapat menilai sejauh mana jawaban yang diberikan oleh peserta didik, sehingga guru dapat membuat kesimpulan sementara mengenai kemampuan yang mereka miliki. Sebagai contoh, dalam proses pembelajaran, guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik, seperti : “Apa yang kalian ketahui tentang penyelesaian persamaan linear satu variabel?”, “Apa yang harus kalian lakukan terlebih dahulu untuk menyelesaikan persamaan linear satu variabel?”, pertanyaan tersebut akan membantu peserta didik dalam mengkonstruk pengetahuan yang mereka miliki. 16 Sanjaya, op.cit. h.266. 4 Masyarakat Belajar Permasalahan yang diberikan akan lebih mudah dipecahkan ketika seseorang bekerja sama dengan orang lain. Dalam pembelajaran bentuk kelompok, peserta didik akan lebih mudah dalam sharing menyelesaikan permasalahan. Kerja sama dalam saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah. konsep masyarakat belajar ini dapat dilakukan melalui pembelajaran kelompok. Maksud dari masyarakat belajar yakni membiasakan peserta didik untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber-sumber yang di dapatkan dari teman belajar yang lainnya. 17 Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual, peserta didik diminta untuk duduk bersama dengan kelompoknya dalam menyelesaikan lembar kerja atau bahan ajar yang telah diberikan. Penyelesaian tersebut dilakukan bersama dengan kelompok yang heterogen. Sebagai contoh, peserta didik diminta untuk menemukan apa perbedaan antara kalimat terbuka dengan pernyataan. Mereka diminta untuk mendiskusikan perbedaan tersebut di dalam kelompok. Setelah itu, beberapa kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Dalam kelompok, peserta didik akan berkomunikasi dan sharing pendapat mengenai materi yang mereka pelajari. Hal ini akan membantu siswa dalam mengkonstruk pemahaman di dalam kelompok. 5 Pemodelan Pemodelan merupakan salah satu cara guru dalam memberikan contoh kegiatan yang akan dilakukan juga kepada peserta didik. Contohnya, pada pembelajaran aritmatika sosial guru menjadi seorang pedagang alat tulis di kelas. Salah satu peserta didik diminta untuk menjadi seorang pembeli. Setelah proses jual beli, guru menghitung keuntungan yang didapatkannya dari hasil penjualan. Contoh lain, guru 17 Rusman, op.cit. h. 195 memberikan penjelasan bagaimana cara mencari nilai variabel x dalam soal persamaan linear satu variabel, sehingga dapat memancing pengetahuan dan rasa ingin tahu peserta didik. 6 Refleksi Proses refleksi dilakukan dengan mengurutkan kembali pembelajaran yang telah dilakukan agar peserta didik dapat membuat suatu kesimpulan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Selain untuk membuat suatu kesimpulan, proses pengurutan tersebut juga digunakan sebagai proses penanaman struktur kognitif dalam pikiran peserta didik, sehingga pembelajaran yang telah dilakukan akan dimasukkan dalam pengetahuan mereka. 18 Proses refleksi dapat pula dilakukan dengan proses mengingat kembali materi yang telah dipelajari, dan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk membuat sebuah kesimpulan terhadap apa yang dipelajari. Kesimpulan yang mereka buat, akan menjadi sebuah pemahaman tersendiri bagi mereka, dan konstruksi pengetahuan dalam pikiran mereka. Proses realisasi refleksi di dalam kelas dilakukan diantaranya dengan :  Pernyataan mengenai apa yang telah diperoleh dalam proses pembelajaran.  Catatan dari peserta didik  Kesan dan pesan peserta didik dalam pembelajaran.  Diskusi  Hasil karya. 19 Sebagai contoh proses refleksi, di dalam kelas guru bertanya kepada peserta didik tentang apa yang telah mereka pelajari hari ini dan 18 Sanjaya, op. cit., h.268 19 Yamin, op.cit. h.86 membutuhkan penjelasan yang lebih lanjut. Kegiatan refleksi juga dapat dilakukan dengan meminta peserta didik untuk menyelesaikan soal latihan lanjutan untuk mengasah kemampuan peserta didik. 7 Penilaian Nyata Prinsip pembelajaran kontekstual, penilaian dalam pembelajaran bukan hanya didasarkan pada hasil belajar peserta didik semata, melainkan juga saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian ini dilakukan guru terhadap proses pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dan dilakukan secara terus menerus selama proses pembelajaran berlangsung. Sanjaya berpendapat bahwa penilaian nyata merupakan salah satu bentuk penilaian yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi- informasi yang berkaitan dengan perkembangan pembelajaran peserta didik. Informasi ini dibutuhkan untuk menilai, apakah peserta didik benar-benar belajar, dan apakah proses pembelajaran kontekstual memiliki peranan positif pada tingkat intelektual dan aspek lainnya. 20 Pendekatan kontekstual memfokuskan pada peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru berperan dalam memberikan peluang belajar bagi peserta didik untuk menggunakan kemampuan mereka untuk memecahkan masalah dalam konteks kehidupan nyata. Sears menerangkan bahwa pendekatan kontekstual : a. Menekankan pada proses pemecahan masalah. b. Mengenalkan kebutuhan pembelajaran berbasis kehidupan nyata. c. Membelajarkan peserta didik dalam mengatur pembelajaran mereka sendiri. d. Mengkaitkan pembelajaran terhadap konteks yang berbeda-beda. e. Mendorong peserta didik untuk belajar bersama kelompoknya. 20 Sanjaya, op. cit. , h.268-269. f. Penggunaan sebuah penilaian otentik. 21 Karakteristik yang diberikan oleh Sears dan Sanjaya memiliki kesamaan. Pendekatan kontekstual menekankan pada proses keterkaitan materi pembelajaran dengan sebuah konteks. pembelajaran kontekstual merubah peran peserta didik di dalam kelas. Pada pembelajaran konvensional, peserta didik memiliki peran sebagai objek pembelajaran, namun dalam pembelajaran kontekstual, peserta didik berperan sebagai subjek pembelajaran di dalam kelas. Dilihat dari penjabaran diatas, pembelajaran kontekstual juga menekankan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Secara umum, tidak terlihat perbedaan signifikan antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran kontekstual. Perbedaan yang ada, hanya pada aspek penekanan pada proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai, sedangkan pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajaran, dimana tahapan-tahapan yang dilakukan oleh guru dan peserta didik di dalam kelas. Hal tersebut digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sebaiknya : 22 a. Deskripsikan kegiatan utama dalam proses pembelajaran, seperti kompetensi dasar, materi, dan indikator pembelajaran. b. Perumusan tujuan pembelajaran yang jelas. c. Deskripsikan secara rinci media dan sumber pembelajaran. d. Deskripsikan skenario pembelajaran secara terperinci. e. Rumuskan penilaian peserta didik baik pada saat proses pembelajaran, maupun saat berlangsung pembelajaran. Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang akan dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada 21 Yamin, op. cit. h.90 22 Rusman, op.cit. h. 199 bagan. Tahapan pembelajaran tersebut diadaptasi dari tahapan pembelajaran menurut Yamin 2012, tahapan tersebut antara lain : 23

B. KERANGKA KONSEPTUAL

C. HIPOTESIS TINDAKAN

Bagan 2.3 Proses Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual 23 Yamin, op. cit., h. 79 Pembukaan : 1. Guru mengingatkan materi pelajaran yang lalu kepada peserta didik dan mengkaitkan dengan materi pelajaran yang akan dipelajari terutama tentang cara pemecahan masalah serta membahas PR yang telah diberikan. 2. Menyatakan tujuan pembelajaran. Penyajian : 1. Guru mengemukakan masalah, memberi contoh menyelesaikan masalah, merumuskan masalah, menyelesaikan masalah, menjawab masalah, dan mengkaitkan dengan kehidupan nyata. 2. Peserta didik mengerjakan bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik bersama kelompoknya. 3. Guru memberikan kesempatan beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka di depan kelas. 4. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada peserta didik, serta memberikan pertanyaan-pertanyaan terhadap materi pembelajaran kepada peserta didik untuk memperkuat pemahaman peserta didik. 5. Peserta didik mengerjakan soal latihan yang ada di dalam bahan ajar. Penutup : 1. Peserta didik memberikan kesimpulan terhadap materi pembelajaran hari ini. 2. Guru memberikan penguatan terhadap kesimpulan yang diberikan peserta didik. 3. Guru melakukan proses refleksi dengan bertanya kepada peserta didik. 4. Guru membuat kesimpulan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah matematika sebagai salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik sebagai hasil dari proses pembelajaran matematika yang telah dialami.

a. Masalah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, masalah diartikan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan. Suatu bentuk pernyataan dapat disebut sebagai suatu masalah jika pertanyaan tersebut menunjukan suatu bentuk tantangan yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan menggunakan prosedur rutin yang biasa dilakukan dalam latihan-latihan lain 24 . Menurut Charles and Lester, masalah dibagi kedalam dua jenis, yaitu : 1 Routine problems “Routine problems are in the form of exercises: problems that are easy to inter pret and that involve only one step.” 25 Masalah rutin terdapat dalam bentuk latihan : masalah yang mudah di interpretasikan dan untuk menyelesaikannya hanya membutuhkan satu langkah pengerjaan. Penyelesaian dilakukan tanpa membutuhkan langkah- langkah yang rumit dan kontinu, karena penyelesaian dilakukan hanya dengan melakukan satu tahapan penyelesaian. Penylesaian suatu permasalahan dilakukan dengan menginterpretasikan masalah kedalam simbol-simbol matematika, kemudian diselesaikan hanya dengan satu tahapan penyelesaian. 2 Non-routine problems “Non-routine problems, require a strategy to be developed to understand the problem, to plan to solve it, and to evaluate the results of attempts to solve the problem” 26 24 Atmini Dhurori, dan Markaban, Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Kajian Aljabar di SMP, Yogyakarta : PPPPTK Matematika, 2010, h.7 25 Effandi Zakaria, dan Normah Yussof, Attitudes and Problem-Solving Skills in Algebra Among Malaysian Matriculation College Students, European Journal of Social Sciences-Volume 8, 2, 2009, h. 232. Bentuk lain dari sebuah masalah, adalah masalah non rutin, dalam permasalahan ini, peserta didik memerlukan strategi yang digunakan untuk mengembangkan dan untuk memahami masalah, untuk merencanakan pemecahan masalah tersebut, dan untuk mengevaluasi hasil percobaan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sehingga masalah non rutin membutuhkan proses yang lebih kompleks dibandingkan dengan masalah rutin. Proses berpikir pada masalah non rutin sangat diuji untuk menentukan solusi atas masalah yang telah diberikan. Menurut Polya, masalah terbagi kedalam dua macam, yaitu 1 masalah menemukan baik berupa bilangan, lukisan, maupun lainnya, dan 2 pembuktian. Penggunaan berbagai macam strategi dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Latihan dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan menuntut kretivitas yang dimiliki oleh peserta didik. 27 Jenis permasalahan-permasalahan tersebut memperlihatkan sebuah tingkatan yang berbeda dalam proses penyelesaian latihan soal peserta didik. Tingkat kesulitan sebuah masalah yang berbeda, tentunya akan membuat perbedaan dalam kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah yang diberikan. Sebuah proses yang sistematis dan ketelitian sangat diperlukan dalam proses pemecahan masalah matematika.

b. Kemampuan pemecahan masalah matematika

Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari tentu saja membutuhkan kemampuan pemecahan masalah setiap peserta didik untuk memecahkan masalah dan menggunakan matematika dalam aplikasi matematika tersebut. Salah satu kemampuan 26 Ibid 27 Atmini Dhuhori, dan Markaban, op. cit.,h. 7

Dokumen yang terkait

Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Pada Materi Kesebangunan Dan Kekongruenan (Penelitian Tindakan Kelas Di Mts Sa Raudhatut Tauhid)

4 23 250

Improving students’ skill in writing procedure text through picture sequences: a classroom action research at the ninth grade of MTs Negeri Tangerang 2 Pamulang

0 3 118

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 3 307

Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sma Materi Persamaan Lingkaran Di Sma Negeri 90 Jakarta

2 11 246

Pengaruh pembelajaran kontekstual dengan strategi react terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika (studi eksprimen di MTSN Tangerang II Pamulang)

2 42 251

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 8 307

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN KONTEKSTUAL PADA MATERI ALJABAR Strategi Pemecahan Masalah dalam Menyelesaikan Permasalahan Kontekstual pada Materi Aljabar Mahasiswa.

0 3 15

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI PERBANDINGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA.

0 4 45

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMU MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 1 40

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN STRATEGI THINK-TALK-WRITE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMP Taufiq

0 0 13