Pertemuan Ketiga DESKRIPSI DATA HASIL PENELITIAN

tersebut menunjuk salah satu anggotanya atau dirinya sendiri untuk presentasi. Berikut adalah contoh jawaban peserta didik yang melakukan kesalahan proses penyelesaian : Gambar 4.6 Hasil Diskusi Problem 1 yang Kurang Sesuai Peneliti kemudian meluruskan hasil presentasi yang diberikan sekaligus menyamakan persepsi peserta didik. Selesainya peneliti meluruskan hasil diskusi, peneliti meminta kelompok mengerjakan pertanyaan lanjutan yang diberikan di dalam bahan ajar. Semua kelompok berhasil mengerjakan pertanyaan lanjutan tersebut, hanya ada beberapa kelompok yang keliru dalam menentukan uang kembalian. “bagaimana cara kalian mencari jumlah uang kembalian? ” Tanya peneliti. Salah seorang peserta didik menjawab “uang yang kita punya dibagi total belanjaan kita bu.”, kemudian peneliti meluruskan jawaban yang diperoleh peserta didik. Peserta didik kemudian diminta mengerjakan problem 2. Beberapa anggota kelompok mengeluh, “ibu, soalnya susah banget sih, ini diapain bu, ngga ngerti, bingung mau di apain. ”, penelitipun menjelaskan bahwa langkah yang digunakan sudah tertera di dalam bahan ajar, setiap kelompok hanya bertugas mengisi tahapan- tahapan tersebut bersama kelompoknya. “Ngga ngerti bu, diapain ini.” Beberapa kelompok masih diam dan tidak menyelesaikan problem 2. Kemudian peneliti menghampiri kelompok tersebut,dan menjelaskan cara pengisian bahan ajar. Peserta didik terlihat ingin dituntun dalam pengerjaan bahan ajar, dan tidak mau berusaha sendiri bersama kelompoknya. Penjelasan yang diberikan hanya dimengerti sementara oleh peserta didik. Akhirnya peneliti meminta salah seorang anggota kelompok yang telah berhasil mengerjakan problem 2 tersebut untuk presentasi di depan kelas. Jawaban yang diberikan benar dan tepat. Kemudian peneliti menambahkan hasil presentasi yang diberikan. Sebagian peserta didik terlihat kesulitan dalam membuat model matematika, sehingga mereka kesulitan dalam menyelesaikan model matematika tersebut. Peneliti kemudian meminta peserta didik untuk mengerjakan soal tantangan bersama kelompoknya, hal ini dilakukan sebagai latihan tambahan serta proses refleksi bagi peserta didik. Kelompok IV berhasil mengerjakan soal tantangan lebih cepat dari kelompok lainnya, kemudian peneliti meminta salah seorang perwakilan kelompok untuk presentasi. Peserta didik bersama dengan peneliti membuat kesimpulan mengenai apa yang telah dipelajari hari ini. Dikarenakan waktu yang sudah habis, peneliti tidak memberikan PR kepada peserta didik. Pada pertemuan ini, banyak waktu yang terbuang akibat kondisi kelas yang ramai, dan banyak peserta didik yang mengobrol dan tidak mengerjakan bahan ajar, melainkan hanya mengandalkan ketua kelompok. Sebelum keluar kelas, peneliti memberikan jurnal harian kepada peserta didik, dan meminta peserta didik untuk mengisi jurnal harian siswa tersebut dengan jujur, dan mengumpulkan jurnal harian beserta bahan ajar untuk diberikan penilaian. Peneliti dan peserta didik menutup pembelajaran dengan bersama-sama mengucapkan hamdalah.

4. Pertemuan Keempat

Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Jum’at, 15 November 2013 pukul 07.30 – 08.40. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membaca basmalah dan mengabsen kehadiran peserta didik. Tercatat seorang peserta didik tidak hadir karena sakit. Kegiatan dilanjutkan dengan mereview pembelajaran sebelumnya, mengecek pemahaman awal peserta didik, menyampaikan tujuan pembelajaran matematika hari ini, serta menjelaskan kegunaan pembelajaran matematika pada hari ini. Sub pokok bahasan yang akan dipelajari pada hari ini yaitu menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan linear satu variabel, dan penerapan pertidaksamaan linear satu variabel. Peserta didik terlihat lelah dan tidak semangat dalam belajar, hal ini dikarenakan mereka baru saja sele sai melakukan kegiatan Jum’at bersih dengan membersihkan kelas masing-masing. Peserta didik kemudian berkumpul bersama dengan anggota kelompoknya masing-masing setelah diperintah oleh peneliti. Setelah berkumpul, peneliti memberikan bahan ajar ke masing-masing peserta didik. Mula-mula peneliti meminta peserta didik untuk membaca halaman pertama bahan ajar, dan petunjuk belajar. Setelah itu, peserta didik diminta untuk memperhatikan gambar-gambar pada halaman dua untuk memahami pengertian pertidaksamaan linear satu variabel. Seorang peserta didik bertanya kepada peneliti “Ibu, ini diapain gambarnya?”, kemudian peneliti meminta peserta didik untuk menuliskan apa saja yang dapat mereka ketahui pada gambar tersebut. Banyak peserta didik yang bingung harus menuliskan apa, sehingga peneliti harus memberikan penjelasan berulang-ulang tentang apa yang harus dilakukan. Setelah beberapa lama peneliti menjelaskan, beberapa peserta didik telah memahami, dan hampir selesai menuliskan apa yang diketahui dari gambar tersebut. Penulisan cerita mengenai gambar yang disajikan digunakan dalam membangun pengetahuan awal peserta didik terhadap konsep pertidaksamaan. Untuk lebih memahaminya, peserta didik bersama kelompoknya diperintahkan untuk mengerjakan soal yang diberikan di dalam bahan ajar dan membuat kesimpulan berdasarkan apa yang telah dikerjakan. Kesimpulan yang telah dibuat kemudian dipresentasikan oleh seorang perwakilan kelompok yang telah ditunjuk oleh peneliti. Anggota kelompok sebagian besar mengandalkan ketua kelompok masing-masing untuk mempresentasikan hasil diskusi, sedangkan anggota kelompok lain lebih banyak mengobrol. Hal ini membuat beberapa ketua kelompok mengeluh kepada peneliti. Akhirnya, peneliti memberikan penjelasan bahwa setiap peserta didik berperan aktif di dalam kelompok, bukan hanya ketua kelompok. Namun, hal ini nampaknya belum banyak berhasil. Akhirnya, ketua kelompok II yang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Persentasi yang telah dilakukan oleh ketua kelompok II sudah benar, sehingga peneliti hanya tinggal sedikit menambahkan apa yang telah disampaikan oleh Sulistianingsih. Peneliti kemudian mempersilahkan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan. Kemudian seorang peserta didik bertanya, “Bu, berarti kalo ada tidak lebih dari, kurang dari, lebih dari di dalam soal, itu namanya bentuk pertidaksamaan juga bu? ” kemudian peneliti menjawab, “Iya, betul.” Peneliti kemudian mempersilahkan peserta didik lain untuk bertanya, namun tidak ada pertanyaan lain yang diajukan oleh peserta didik. Sebagai proses refleksi awal bagi peserta didik, peneliti kemudian meminta setiap peserta didik membuat beberapa bentuk kalimat matematika yang tidak termasuk, dan termasuk ke dalam pertidaksamaan linear satu variabel. Setelah peneliti cek, sebagian besar telah menjawab pertanyaan tersebut dengan benar. Pembahasan berikutnya dilanjutkan dengan menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan linear satu variabel. Sebelum membahas sub pokok bahasan tersebut, terlebih dahulu peserta didik dikenalkan pada pembuatan garis bilangan di dalam bahan ajar. Proses pembuatan garis bilangan, dirasakan cukup membingungkan bagi peserta didik. Hal ini terlihat, banyak peserta didik yang salah dalam pembuatan garis bilangan sederhana, sehingga kemudian peneliti memberikan penjelasan dengan powerpoint bagaimana cara membuat garis bilangan. Setelah memberikan penjelasan, peneliti meminta peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan berikutnya yang terdapat di dalam bahan ajar berkaitan dengan menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan linear satu variabel. Peserta didik banyak yang tidak memahami bagaimana cara menyelesaikannya, kemudian peneliti memberikan arahan singkat langkah penyelesaiannya memiliki kemiripan dengan penyelesaian persamaan linear satu variabel. Kelompok IV dan kelompok I berhasil menyelesaikan himpunan penyelesaiannya, namun ada sedikit kesalahan di dalam penentuan bilangan-bilangan yang termasuk dalam himpunan penyelesaian. Sedangkan kelompok yang lain tidak berhasil dan ingin materi tersebut dijelaskan saja dan tidak mau mengerjakan. Peneliti kemudian memberikan arahan dan motivasi singkat kepada setiap kelompok, dan kemudian mereka mau mengerjakan sekalipun hasil yang didapakan belum 100 betul. Setelah selesai menyelesaikan, peneliti memberikan penjelasan langkah penyelesaian tersebut, kemudian meminta setiap kelompok untuk mengecek jawaban kelompoknya masing-masing. Sebagai proses refleksi, peneliti meminta peserta didik mengerjakan permasalahan yang diberikan di dalam bahan ajar, dan meminta mereka menyimpulkan apa perbedaannya. Setelah selesai, peneliti kemudian memberikan penyelesaian permasalaahan tersebut, kemudian meminta setiap anggota kelompok mengecek kesalahan yang dilakukan kelompok masing- masing. Sub pokok bahasan yang berikutnya yaitu sifat pertidaksamaan, dan penerapan pertidaksamaan linear satu variabel. Setelah mereka berdiskusi, peneliti meminta salah seorang peserta didik untuk melakukan presentasi, kemudian peneliti meluruskan dan menambahkan hasil presentasi yang telah dilakukan. Peserta didik tidak ada yang mengajukan suatu pertanyaanpun kepada peneliti setelah pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti. Dikarenakan waktu yang banyak terbuang akibat peneliti yang berusaha mengurangi suasana gaduh dan ramai di dalam kelas, peneliti tidak sempat memberikan soal latihan kepada peserta didik. Sehingga peneliti memberikan soal latihan tersebut sebagai PR. Peneliti menginformasikan kepada peserta didik, bahwa pertemuan berikutnya adalah ulangan bagi

Dokumen yang terkait

Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Pada Materi Kesebangunan Dan Kekongruenan (Penelitian Tindakan Kelas Di Mts Sa Raudhatut Tauhid)

4 23 250

Improving students’ skill in writing procedure text through picture sequences: a classroom action research at the ninth grade of MTs Negeri Tangerang 2 Pamulang

0 3 118

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 3 307

Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sma Materi Persamaan Lingkaran Di Sma Negeri 90 Jakarta

2 11 246

Pengaruh pembelajaran kontekstual dengan strategi react terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika (studi eksprimen di MTSN Tangerang II Pamulang)

2 42 251

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 8 307

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN KONTEKSTUAL PADA MATERI ALJABAR Strategi Pemecahan Masalah dalam Menyelesaikan Permasalahan Kontekstual pada Materi Aljabar Mahasiswa.

0 3 15

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI PERBANDINGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA.

0 4 45

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMU MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 1 40

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN STRATEGI THINK-TALK-WRITE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMP Taufiq

0 0 13