Mitigasi Bencana Banjir Kali Garang Secara Struktur

4.4.2. Mitigasi Bencana Banjir Kali Garang Secara Non Struktur

Pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang begitu cepat menyebabkan perubahan tata guna lahan tak terhindarkan. Banyak lahan-lahan yang semula berupa lahan terbuka danatau hutan berubah menjadi areal permukiman maupun industri. Hal ini tidak hanya terjadi di kawasan perkotaan, namun sudah merambah ke kawasan budidaya dan kawasan lindung, yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Dampak dari perubahan tata guna lahan tersebut adalah meningkatnya aliran permukaan langsung sekaligus menurunnya air yang meresap ke dalam tanah. Akibat selanjutnya distribusi air yang makin timpang antara musim penghujan dan musim kemarau, debit banjir meningkat dan ancaman kekeringan makin menjadi-jadi. Secara umum penggunaan tanah di DAS Garang dapat dibagi menjadi tujuh macam yaitu; tanah rawa, tegalan, kebun capuran, hutan, perkebunan dan pemukiman. Hutan terdapat di hulu Kali Garang yaitu di derah sebagian Ungaran Utara Kab Ungaran, Gunungpati dan Mijen Kota Semarang. Sejak 20 tahun terakhir ini, di hulu DAS Garang terdapat berbagai perubahan lahan dari lahan hijuanterbuka menjadi perumahanpabrik. Dari survey bulan Agustus 2008, terdapat banyak komplek perumahan di sekitar DAS Garang. Secara umum komplek perumahan di DAS Garang dapat dikelompokkan menjadi dua lokasi yaitu yang terdapat di hulu Kali Garang dan hulu Kali kripik Kreo seperti terlihat pada Tabel 9. Dari Tabel 9 di bawah dapat dilihat bahwa banyak perubahan lahan terutama tegalan, kebun campuran, hutan, serta sawah berubah menjadi komplek perumahan. Dari tahun 1980 sampai dengan 2008 untuk hulu Kali Garang terdapat perubahan lahan hijau kurang lebih sebesar 325 Ha menjadi lahan perumahan. Selain itu juga terdapat perubahan lahan hijau menjadi lahan rumah tinggal secara pribadi. Untuk mencegah terjadinya perubahan tata guna lahan, maka pada tahun 2004 pemerintah Kota Semarang mengeluarkan Perda No 5 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah RTRW Kota Semarang. Dalam kebijakan tata ruang Kota Semarang, pemanfaatan ruang pada kawasan hulu DAS Garang berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan sustainable development dan pengelolaan DAS secara terpadu dari hulu ke hilir, dengan melibatkan seluruh pemangku kebijakan yang terkait Stake Holders. Dengan demkian pembangunan DAS Kali Garang akan memperhatikan perimbangan- perimbangan antara ruang untuk pengembangan dengan ruang untuk fungsi ekologis secara serasi dan terpadu dalam kerangka keseimbangan dan kelestarian ekosistemnya. Tabel 9 Perubahan tata guna lahan sekitar hulu Kali. Garang, Kali Kripik dan Kreo NO NAMA PERUMAHAN TOTAL AREA LAHAN SEBELUMNYA MULAI DIBANGUN Lokasi Hulu K Garang 1 Rumpun Diponegoro 20 Ha Tegalan, kebun campuran 1980 2 Srondol Asri 10 Ha Tegalan, kebun campuran 1990 3 ` 5 Ha Tegalan, kebun campuran 1995 4 Perumahan PLN 15 Ha Tegalan 1995 5 P4A 45 Ha Kebun campuran, tegalan, hutan 1997 6 Mapagan Permai 10 Ha Tegalan, kebun campuran 1997 7 Trangkil Sejahtera 7 Ha Tegalan, kebun campuran 1997 8 Villa Regency 10 Ha Tegalan 2000 9 Bukit Sentosa 5 Ha Tegalan 2005 10 Griya Sakinah 8 Ha Sawah 2008 11 Bukit Wahid 30 Ha Tegalan, kebun campuran 2008 Lokasi Hulu K Kreo Kripik 1 Bukit Manyaran Permai 50 Ha Tegalan, hutan 1995 2 Perum Kandri Pesona Asri 7 Ha Tegalan, hutan 1997 3 Perum Bukit Sukorejo 10 Ha Tegalan 1998 4 Puri Sartika 5 Ha Tegalan 2000 5 Green Wood Estate 15 Ha Tegalan 2000 6 Permata Safir 8 Ha Tegalan 2000 7 Puri Ayodia 10 Ha Tegalan 2000 8 Perum Sekar Gading 5 Ha Hutan 2004 9 Kuasen Rejo 30 Ha Tegalan, hutan 2006 10 Kampung Hollywood 20 Ha Tegalan 2007 Dalam pencegahan banjir secara non struktur untuk DAS Garang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:  Upaya non struktur kawasan hulu.  Upaya non struktur kawasan hilir. Untuk upaya non struktur di kawasan hulu lebih ditekankan pada pembuatan embung, penghijuan serta pencegahan perubahan tata guna lahan dari lahan hijauterbuka menjadi lahan permukiman. Untuk lokasi hilir ditekankan pada penghijuan kembali serta pembuatan tampungan air. Hal ini dikarenakan kawasan hilir didominasi oleh lahan permukiman dan pertokoanusaha. Bentuk sumur resapan untuk kawasan hulu dan tampungan air untuk kawasan hilir