Sumber: Kusumadewi S2004
Gambar 13 Arsitektur Jaringan Syarat Tiruan dengan perambatan balik.
2. Pelatihan
Pelatihan dalam jaringan syaraf adalah menemukan nilai bobot yang sesuai. Pelatihan pada Jaringan Syaraf Tiruan Perambatan-balik meliputi tiga
tahap, yaitu: a. Pelatihan umpan-maju Feedforward pola-pola masukan.
Selama proses umpan maju setiap unit masukan X
n
menerima sebuah sinyal masukan dan memancarkan sinyal ini ke unit-unit tersembunyi
Z
1
,…, Zj. Setiap unit tersembunyi melakukan perhitungan terhadap fungsi aktivasinya dan mengirimkan sinyal-sinyalnya ke setiap unit keluaran. Setiap
unit keluaran Y
k
melakukan perhitungan terhadap fungsi aktivasinya dan memberikan sinyal keluaran yang merupakan tanggapan jaringan tersebut
dari setiap pola masukan yang telah diberikan. b. Perhitungan galat.
Selama pelatihan, pada setiap unit keluaran, dibandingkan aktivasi keluaran yang dihasilkan Y
k
dengan nilai target T
k
untuk menentukan galat yang berhubungan dengan pola-pola pada unit tersebut. Berdasar pada galat
ini, besaran koreksi galat
k
k = 1, 2, …, m dapat dihitung dan digunakan untuk mendistribusi-balikkan galat yang terdapat pada unit keluaran Y
k
ke semua unit pada lapis sebelumnya unit-unit tersembunyi yang berhubungan
dengan unit keluaran Y
k
. Koreksi galat
k
digunakan untuk memperbaiki bobot-bobot antara lapisan keluaran dan lapisan tersembunyi. Dengan cara
1
X
1
X
n
X
i
1
Z
1
Z
p
Z
j
Y
1
Y
m
Y
k
V
10
V
j0
V
p0
V
11
V
j1
V
p1
V
1i
V
ji
V
pi
V
10
V
j0
V
p0
W
10
W
j0
W
p0
W
11
W
j1
W
p1
W
1i
W
ji
W
pi
W
10
W
j0
W
p0
yang sama, besaran
h
h = 1, 2, …, h dihitung pada setiap unit tersembunyi Z
j
. Koreksi galat
h
tidak digunakan untuk merambat-balikkan galat ke lapis masukan, tetapi digunakan untuk memperbaiki bobot-bobot antara lapis
tersembunyi dan lapis masukan. c. Penyesuaian bobot.
Setelah semua besaran koreksi galat ditentukan, secara serentak
bobot-bobot untuk semua lapis disesuaikan. Penyesuaian terhadap bobot W
kh
dari unit tersembunyi Z
j
terhadap unit keluaran Y
k
berdasar pada besaran
k
dan aktivasi Y
k
dari unit tersembunyi Z
j
Penyesuaian terhadap bobot W
hn
dari unit masukan X
n
terhadap unit tersembunyi Zj berdasar pada besaran
h
dan aktivasi Zj dari unit masukan X
n
. Setelah pelatihan selesai, aplikasi dari jaringan hanya membutuhkan proses umpan maju untuk
menghasilkan keluaran.
Secara lengkap
proses perhitungan
dengan perambatan balik dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.7. Konsep Penanggulangan Bencana
Saat ini konsep penanganan bencana mengalami pergeseran paradigma dari konvensional menuju ke holistik. Pandangan konvensional menganggap
bencana itu suatu peristiwa atau kejadian yang tak terelakkan dan korban harus segera mendapatkan pertolongan. Sehingga fokus pada penanganan bencana
lebih bersifat bantuan relief dan kedaruratan emergency. Oleh karena itu pandangan semacam ini disebut dengan paradigma relief atau bantuan darurat
yang berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan darurat berupa pangan, penampungan darurat dan kesehatan kesehatan. Tujuan penanganan bencana
pandangan ini adalah menekan kerugian, kerusakan dan cepat memulihkan keadaan SET BAKORNAS PBP, 2005 dan Yulaelawati dan Syihab, 2008.
Paradigma yang berkembang berikutnya adalah paradigma mitigasi, yang tujuannya lebih diarahkan identifikasi daerah-daerah rawan bencana, mengenali
pola-pola yang dapat menimbulkan kerawanan, dan melakukan mitigasi yang bersifat struktur seperti membangun konstruksi maupun non struktural seperti
penataan ruang, building code dan sebagainya. Selanjutnya paradigma penanganan bencana berkembang lagi mengarah
kepada faktor-faktor kerentanan di dalam masyarakat yang ini disebut paradigma pembangunan. Upaya-upaya yang dilakukan lebih bersifat mengintegrasikan
upaya penanganan bencana dengan program pembangunan. Misalnya melalui