Matriks QSP Quantitative Strategic Planning Matriks

logika perusahaan sehingga dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada David 2006. Menurut David 2006, analisis SWOT dilaksanakan dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu: 1. Fokus pada peluang yakni situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, serta ancaman yaitu situasi penting yang tidak menguntungkan dalam perusahaan. 2. Fokus pada identifikasi terhadap kekuatan intern yaitu sumber daya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani perusahaan serta kelemahan intern, yaitu keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya. Matriks SWOT adalah alat untuk mencocokkan yang penting yang dapat membantu manajer dalam mengembangkan empat tipe strategi, yaitu: a Strategi S-O kekuatan-peluang, strengths-opportunities, strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk mengambil dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. b Strategi S-T kekuatan-ancaman, strengths-threats, strategi ini merupakan strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman yang terjadi. c Strategi W-O kelemahan-peluang, Weakness-Opportunities, strategi ini bertujuan untuk meminimalisasi kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. d Strategi W-T kelemahan-ancaman, Weakness-Threats, strategi ini didasarkan pada taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman.

3.1.10. Matriks QSP Quantitative Strategic Planning Matriks

QSPM adalah alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi alternatif strategi mana yang terbaik. Menurut David 2006, QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusunan strategi mengevaluasi alternatif strategi secara objektif berdasasrkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan sejauh mana faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan. Alternatif strategi yang telah dirumuskan dalam External Factor Evaluation EFE dan Internal Factor Evaluation IFE dipilih menggunakan matriks Internal Eksternal IE dan analisis Strenghs-Weakness-Opportunities-Threats SWOT, selanjutnya diurutkan dengan QSPM menurut angka prioritas yang paling besar.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Dasar dalam proses penelitian ini adalah visi, misi dan tujuan yang telah dibangun oleh perusahaan. Indentifikasi terhadap visi, misi dan tujuan perusahaan dilakukan dengan proses diskusi dan eksplorasi dengan pihak pemilik Gasol Pertanian Organik. Hal ini dilakukan untuk dapat memberi arah dalam proses perumusan strategi pengembangan usaha Gasol Pertanian Organik. Menyediakan makanan sehat berbasis bahan baku lokal di Indonesia dan ramah lingkungan merupakan misi yang ingin dicapai Gasol Pertanian Organik. Perkembangan kebiasaan masyarakat untuk memilih hidup sehat dengan dasar kembali ke natural hingga kini masih menjadi peluang pelaku usaha untuk mengembangkan produk yang diusungnya. Keadaan tersebut direspon oleh pelaku usaha untuk menawarkan produk dengan bahan baku yang alami untuk menggantikan bahan tambahan makanan kimiawi yang kerap ditemukan pada produk instant. Gasol Pertanian Organik sebagai salah satu unit usaha yang membudidayakan padi organik mengembangkan produk Tepung Gasol MP-ASI yang mengutamakan keamanan bahan baku yang organik, proses produksi hingga pengemasan dengan pengawasan yang ketat. Dalam produksi Tepung Gasol MP-ASI ini, Gasol masih menyesuaikan diri dengan kapasitas produksi, permintaan, permasalahan dan tantangan yang dihadapi perusahaan. Semakin meningkatnya antusiasme konsumen, dalam hal ini ibu rumah tangga untuk memberikan pangan yang sehat dan murni bagi bayi nya berdampak kepada semakin meningkatnya permintaan terhadap produk Tepung Gasol tersebut. Kendala yang dihadapi oleh Gasol dalam mengembangkan usahanya diantaranya adalah, keterbatasan bahan baku, keterbatasan lahan yang