Menanggapi hal tersebut dibutuhkan adaptasi petani dalam mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan perubahan iklim terhadap produktivitas tanaman.
Penyesuaian tersebut diantaranya penyesuaian waktu tanam dengan mengikuti perkiraan cuaca, ataupun dengan pemilihan bibit unggul.
Studi yang dilakukan Handoko et al. 2008 mengenai keterkaitan perubahan iklim dan produksi pangan strategis meunjukkan bahwa pemanasan
global berdampak buruk terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat. Studi tersebut menunjukkan bahwa adanya kenaikan suhu udara dan peningkatan
kebutuhan air irigasi secara signifikan berdampak pada penurunan produksi tanaman pangan strategis di Jawa Tengah, Yogjakarta, Jawa Barat dan wilayah
lain di Indonesia. Persepsi pelaku usahatani yang tidak akurat mengenai perubahan iklim
dapat meninbulkan strategi adaptasi menjadi kurang tepat. Konsekuensi dari hal tersebut adalah perubahan musim dan curah hujan atau bahkan kejadian cuaca
ekstrim mengakibatkan hasil panen kurang memuaskan. Keputusan dalam memulai aktivitas usahatani dilakukan berdasarkan kesepakatan antar petani serta
berdarkan kebiasaan dan mengikuti tanda-tanda alam, bukan berdasar data yang dikeluarkan instansi pemerintah Natawijaya et al, 2009.
6.2.1.3. Faktor Politik, Kebijakan Pemerintah dan Hukum
Faktor penting lain yang juga mempengaruhi iklim usaha disuatu negara diantaranya adalah faktor politik, keamanan, peraturan dan undang-undang yang
berlaku baik di lingkup daerah, propinsi maupun nasional. Keadaan politik di suatu negara, serta aspek-aspek ketentuan hukum yang melibatkan pemerintah
maupun lembaga lain dapat berdampak negatif atau bahkan positif bagi majunya perusahaan. Beberapa kebijakan dan peraturan yang memiliki pengaruh terhadap
perkembangan Gasol Pertanian Organik antara lain sebagai berikut.
1 SNI 6729:2010 Sistem Pangan Organik
Standar ini merupakan penetapan persyaratan sistem produksi pangan organik di lahan pertanian, penanganan, penyimpanan, pengangkutan, pelabelan,
pemasaran, sarana produksi, bahan tambahan dan bahan tambahan pangan yang diperbolehkan. Standar ini merupakan revisi dari Standar Nasional Indonesia
SNI 01-6729-2002, Sistem pangan organik mengacu pada standar CACGL 32- 199 Rev. 1-2002, Rev. 2-2007 dan IFOAM Basic standar for organic production
and processing 2005. Tujuan dari disusunnya SNI ini diantaranya adalah untuk:
a melindungani konsumen dari manipulasi dan penipuan yang terjadi di pasar serta klaim produk yang tidak benar; b melindungi produsen dan produk pangan
organik dari penipuan produk pertanian lain yang mengaku sebagai produk organik; c memberikan jaminan bahwa seluruh tahapan produksi, penyiapan,
penyimpanan, pengangkutan dan pemasaran dapat diperiksa dan sesuai dengan standar ini; d harmonisasi dalam pengaturan sestem produksi, sertifikasi,
identifikasi dan pelabelan produk pangan organik; e menyediakan standar pangan organik yang berlaku secara nasional dan juga diakui oleh dunia
internasional untuk tujuan ekspor dan impor; f mengembangkan serta memelihara sistem pertanian organik di Indoneseia sehingga dapat berperan dalam
pelestarian lingkungan baik lokal maupun global. Dengan adanya peraturan ini, hanya produsen yang telah mendapat supervisi dari lembaga sertifikasi seperti
OKPO Otoritas Kompeten Pangan Organik atau yang sudah diakreditasi oleh KAN Kantor Akreditasi Nasional saja yang diizinkan untuk memberikan label
produk organik pada pangan olahan organiknya. 2
Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan
Dalam peraturan ini, pemerintah memberikan ketentuan kepada setiap produsen produk pangan untuk mjemperhatikan pentingnya pelabelan serta iklan
yang benar, jujur dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, perusahaan wajib memberikan informasi yang benar, serta tidak menyesatkan mengenai produk
pangan tersebut. Secara keseluruhan, pasal-pasal dalam peraturan pemerintah ini juga mengatur Gasol Pertanian Organik sebagai suatu produsen produk pangan
yang harus mampu mengaplikasikan ketentuan tersebut supaya dapat membuktikan bahwa produk tepung MP-ASI Gasol ini merupakan produk yang
aman di konsumsi bagi bayi. Hal yang berhubungan erat dengan produk Gasol Pertanian Organik yang merupakan pangan untuk bayi adalah pada pasal 38 di PP
ini. Pada pasal ini, label produk wajib memuat tentang peruntukkan, cara peruntukkan, cara penggunaan, dan atau keterangan lain yang patut diketahui
konsumen produk tepung MP-ASI Gasol.
3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
Undang-undang nomor 20 tahun 2008 ini merupakan kebijakan politik yang mendukung tumbuh dan kembangnya dunia usaha yaitu usaha mikro, kecil
dan menengah yang ada di Indonesia. Dengan demikian, amanat yang terkandung di dalam butir undang-undang tersebut adalah kewajiban pemerintah untuk
melakukan pemberdayaan
usaha secara
menyeluruh, optimal,
dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim usaha yang kondusif, pemberian
kesempatan seluas-luasya, sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi usaha mikro, kecil dan menegah dalam mewujudkan pertumbuhan
ekonomi, pemerataan dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan. Beberapa di antaranya adalah pengembangan
terkait produksi, pemasaran, sumberdaya manusia, teknologi, maupun fasilitasi pembiayaan. Setiap proses pembinaan dan pengembangan UMKM tersebut
direalisasikan melalui pemerintah daerah setempat yaitu melalui pelaksanaan prog, pemantauan, evaluasi, serta pengendalian umum terhadap usaha mikro,
kecil, dan menengah.
4 Peraturan Menteri Pertanian No.35permentanot.14072008 tentang
Persyaratan dan Penerapan Cara Pengolahan Hasil Pertanian Asal Tumbuhan yang Baik
Good Manufacturing Practices
Perusahaan memiliki misi untuk dapat menerapkan tata cara pengolahan hasil pertanian yang baik. Hal ini merupakan penunjang perusahaan untuk dapat
melakukan pengembangan usaha, serta meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Cara pengolahan yang baik CPB atau Good
Manufacturing Practices GMP merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk memproduksi suatu produk olahan antara lain mencakup lokasi, bangunan, ruang dan sarana pabrik, proses pengolahan, peralatan pengolahan, penyimpanan,
dan distribusi produk olahan, kebersihan dan keshatan pekerja, serta penanganan limbah dan pengelolaan lingkungan. Semua kecukupan tersebut baiknya
diupayakan perusahaan untuk mencegah terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme, bendabahaya fisik dan senyawa kimia yang dapat mengganggu
atau membahayakan kesehatan manusia dan masyarakat serta menjaga kesehatan serta keselamatan pekerja.
Penerapan GMP ini tidak hanya diharuskan bagi usaha besar, juga dapat diaplikasikan bagi industri kecil serta menengah. Adapun tujuan yang ingin
dicapai dari penerapan cara pengolahan hasil pertanian yang baik yaitu : a meningkatkan daya saing produk olahan hasil pertanian; b meningkatkan mutu
produk olahan yang dihasilkan secara konsisten sehingga aman untuk dikonsumsi masyarakat; c meningkatkan efisiensi usaha pengolahan hasil pertanian di
tingkat petanigabungan kelompok tani pelaku usaha yang bermitra dengan petani; dan d menciptakan unit pengolahan yang ramah lingkungan.
5 Instruksi Presiden No.6 Tahun 2007 tentang percepatan pengembangan
sektor riil dan pemberdayaan UMKM serta nota kesepahaman bersama antara pemerintah, perbankan dan perusahaan penjamin
Berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan, pemerintah menjalankan program Kredit Usaha Rakyat KUR dengan fasilitasi penjaminan kredit dari
pemerintah. Program KUR ini menjalankan pembagian risiko penjaminan 70 persen yang ditanggung oleh pemerintah melalu perusahaan penjamin dan 30
persen ditanggung oleh bank pelaksana. UMKM dapat melakukan pinjaman yang disesuaikan dengan skala usahanya yaitu berkisar antara Rp 5.000.000,00 hingga
Rp 500.000.000,00 dengan waktu pengembalian pinjaman yang disesuaikan dengan besarnya jumlah pinjaman. Adapun bank pelaksanan yang menyalurkan
KUR adalah Bank Rakyat Indonesia BRI, Bank Negara Indonesia BNI, Bank Tabungan Negara BTN, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri dan Bank
Bukopin. Penyaluran KUR bagi unit usaha yang membutuhkan pembiayaan akan memberikan kesempatan UMKM untuk dapat mengembangkan usahanya lagi.
Bahkan pada tahun 2011, Bank Indonesia optimis nilai kredit ini akan tumbuh sebesar 25 persen. Hal tersebut juga merupakan peluang bagi Gasol Pertanian
Organik dalam rangka pengembangan usaha.
6.2.1.4. Faktor Teknologi