Fixed Effect Model Analisis Deskriptif

4.4. Kondisi Demografis 4.4.1 Penduduk Peran penting penduduk dalam pembangunan ekonomi adalah sebagai subjek maupun objek pembangunan. Sebagai subjek, penduduk turut serta sebagai motor penggerak pembangunan karena fungsinya sebagai penghasil sumber daya manusia yang produktif sehingga mampu memberikan nilai tambah dalam kegiatan ekonomi. Namun penduduk dapat pula menjadi penghambat manakala jumlah penduduk yang besar tidak diikuti dengan pengingkatan kualitas sumber daya manusianya. Sebagai objek pembangunan, penduduk merupakan sasaran utama pembangunan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi sudah seharusnya diikuti dengan pemerataan pendapatan dan penurunan kemiskinan serta pengangguran. Penduduk Jawa Timur terbanyak mendiami kota Surabaya dengan kepadatan penduduk yang tinggi yaitu sebanyak 8,474 orangkm 2 Lampiran 3. Kepadatan penduduk rata-rata di Jawa Timur adalah 834 jiwa per 1 km 2 . Dari Lampiran 3 ini pun dapat kita lihat bahwa penduduk Jawa Timur terkonsentrasi di kota daripada kabupaten. Hal ini patut dimaklumi karena ketersediaan lapangan pekerjaan, fasilitas umum, infrastruktur dan sarana hiburan yang lebih banyak tersedia di kota daripada di kabupaten. Sementara itu pertumbuhan penduduk 2010 tertinggi dicapai oleh kabupaten Sidoarjo 1.96 dan pertumbuhan penduduk negatif justru terjadi di Kabupaten Lamongan yaitu sebesar -0.08. Secara agregat, laju pertumbuhan penduduk Jawa Timur tahun 2010 adalah sebesar 0.65 Lampiran 3.

4.4.2 Angkatan kerja

Jumlah pencari kerja pada tahun 2010 sebesar 489,530 orang. Jumlah ini turun 8.82 dibanding tahun 2009. Yang sudah ditempatkan sebanyak 114,863 orang. Pemegang izin bekerja bagi WNA pada tahun 2010 sebanyak 1,508 orang, naik 3.01 dibandingkan tahun 2009 BPS, 2010. 4.5.Indeks Pembangunan Manusia Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia adalah Human Development Index HDI atau Indeks Pembangunan Manusia IPM. IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup longevity, pengetahuan knowledge, dan standar hidup layak decent living. Unsur-unsur pembentuk IPM menurut United Nationals Development Programme UNDP antara lain: 1. Usia Hidup Pembangunan manusia harus lebih mengupayakan agar penduduk dapat mencapai usia harapan hidup yang panjang dan sehat. Sebenarnya banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur usia hidup tetapi dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara global, UNDP memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir life expectacy at birth yang biasa dinotasikan dengan EO. Seperti halnya Infant Mortality Rate IMR, EO sebenarnya merefleksikan keseluruhan tingkat pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan. Di Indonesia EO dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata- rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. 2. Pengetahuan Selain usia hidup, pengetahun juga diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia. Dengan pertimbangan ketersediaan data, pengetahuan diukur dengan dua indikator yaitu angka melek huruf Literacy Rate dan rata-rata lama sekolah Mean Years School. 3. Standar Hidup Layak Selain usia hidup dan pengetahuan. unsur dasar pembangunan manusia yang diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur unsur ini. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional UNDP, memilih GDP per kapita riil yang telah disesuaikan adjusted real GDP per capita sebagai indikator hidup layak. Berbeda dengan indikator untuk kedua unsur IPM lainnya, indikator standar hidup layak diakui sebagai indikator input, bukan indikator dampak, sehingga sebenarnya kurang sesuai sebagai unsur IPM. Walaupun demikian UNDP tetap mempertahankannya karena indikator lain yang sesuai tidak tersedia secara global. Selain itu, dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen, bahwa selain usia hidup dan pengetahuan masih banyak variabel input yang pantas diperhitungkan dalam perhitungan IPM. Akan tetapi, memasukkan banyak variabel atau indikator akan menyebabkan indikator komposit menjadi tidak sederhana. Dengan alasan itulah maka GDP riil perkapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili indikator input IPM lainnya. Sementara itu IPM menurut versi Badan Pusat Statistik sedikit berbeda dengan versi UNDP. Untuk kedua indikator pertama ,yaitu usia hidup dan pendidikan,hampir sama dengan versi UNDP, BPS melakukan pendekatan dari dimensi Angka Harapan Hidup, Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf. Sedangkan untuk indikator ketiga yaitu Standar Hidup Layak, BPS melakukan pendekatan dari dimensi rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan. Indeks akhir IPM dihitung dari rata-rata sederhana dari tiga indikator seperti yang dijelaskan di atas. IPM Jawa Timur mengalami peningkatan 7 poin dari tahun 2002 ke 2010 dan peringkatnya cenderung stabil dibandingkan propinsi-propinsi lainnya di Indonesia Tabel 7. Hal ini menunjukkan baik angka harapan hidup, angka melek huruf dan standar hidup layak di provinsi Jawa Timur dalam indeks komposit 71,62 berada dalam standar Menengah Atas, menurut hasil Susenas BPS. Tabel 5 Indeks Komposit IPM dan Posisi Ranking Jawa Timur Secara Nasional Tahun Jawa Timur IPM Ranking 2002 64.1 25 2004 66.8 23 2005 68.42 22 2006 69.18 20 2007 69.78 19 2008 70.38 18 2009 71.06 18 2010 71.62 18 Sumber: BPS, 2011