Kualitas Peraturan Daerah Program Pengembangan Usaha Swasta PPUS

Tabel 14 Uji Beda Berpasangan Variabel Penyusun Sub Indikator Interaksi Pemda Dengan Pelaku Usaha Survei TKED 2007 dan 2010 di Provinsi Jawa Timur Variabel Mean Sig 2 tailed Persentase pelaku usaha yang menyadari keberadaan forum komunikasi pemda dengan pelaku usaha Q48 5.180 .100 Kepala Daerah memberikan pemecahan masalah yang nyata pada pelaku usaha Q49R1 2.805 .509 Pemecahan masalah oleh Pemda sesuai harapan pelaku usaha Q49R2 1.327 .743 Instansi Pemda selalu menindaklanjuti langkah-langkah pemecahan masalah oleh Kepala Daerah Q49R3 -0.620 .891 Pemda memiliki pengertian akan kebutuhan dunia usaha Q50R1 -1.350 .709 Pemda melakukan konsultasi publik Q50R2 2.534 .564 Pemda mengadakan pertemuan dengan pelaku usaha dlm membahas permasalahan dunia usaha Q50R3 4.318 .256 Pemda tidak membentuk perusahaan daerah yang merugikan kegiatan usaha Q50R4 -1.234 .678 Pemda memberikan fasilitas yang mendukung perkembangan dunia usaha Q50R5 1.186 .779 Kebijakan pemda berorientasi untuk mendorong iklim investasi Q51 -10.03 .033 Kebijakan Pemda bersifat non-diskriminatif Q52 0.556 .907 Pengaruh kebijakan pemda tidak meningkatkan pengeluaran dunia usaha Q53R1 5.195 .146 Kebijakan Pemda menjamin kepastian hukum dari pelaku usaha Q54 6.258 .097 Interaksi pemda dengan pelaku usaha kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan Q55 -11.82 .000 ket: Variabel signifikan pada tingkat 0.05 2-tailed. Variabel signifikan pada tingkat 0.1 2-tailed. Sumber: data olahan Interaksi Pemda dengan Pelaku Usaha di Jawa Timur ternyata belum sepeuhnya dirasakan oleh para pelaku usaha. Terbukti dari nilai variabel persepsi bahwa kebijakan yang ditetapkan Pemda berorientasi untuk mendorong iklim investasi turun rata-rata sebesar 10.03 poin dari tahun 2007 Tabel 14. Demikian pula, persepsi bahwa interaksi pemda dengan pelaku usaha kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan , turun sebesar rata-rata 11.8 poin dari tahun 2007. Namun persepsi bahwa kebijakan Pemda menjamin kepastian hukum dari pelaku usaha naik sebesar 6.258 poin. Hal ini mengindikasikan, para pelaku usaha masih merasa kebijakan Pemda belum mendorong peningkatan iklim investasi namun di satu sisi kebijakan Pemda telah menjamin kepastian hukum bagi para pelaku usaha dalam melakukan kegiatan usahanya. Tabel 15 Uji Beda Berpasangan Variabel Penyusun Sub Indikator Program Pengembangan Usaha Sektor Swasta Survei TKED 2007 dan 2010 di Provinsi Jawa Timur Variabel Mean Sig2 tailed Tingkat pengetahuan akan keberadaan PPUS Q57A 19.022 0.003 Tingkat partisipasi dalam PPUS Q57B 2.959 0.56 PPUS -pelatihan manajemen bisnis bermanfaat bagi dunia usaha Q58R1 5.316 0.274 PPUS -pelatihan peningkatan kualitas tenaga kerja bermanfaat bagi dunia usaha Q58R2 3.784 0.400 PPUS -promosi produk lokal kepada investor bermanfaat bagi dunia usaha Q58R3 13.832 0.001 PPUS -menghubungkan pelaku usaha kecil-sedang-besar bermanfaat bagi dunia usaha Q58R4 2.989 0.632 PPUS -pelatihan pengajuan aplikasi kredit bagi UKM bermanfaat bagi dunia usaha Q58R5 12.363 0.034 PPUS -business matchmaking program bermanfaat bagi dunia usaha Q58R6 3.798 0.649 PPUS –lainnya bermanfaat bagi dunia usaha Q58R7 -7.894 0.083 PPUS berdampak besar terhadap kinerja perusahaan Q59 1.153 0.59 ket: Variabel signifikan pada tingkat 0.05 2-tailed. Variabel signifikan pada tingkat 0.1 2-tailed. Sumber: data olahan Program Pengembangan Usaha Sektor Swasta diselenggarakan pemda untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi pelaku usaha khususnya usaha kecil menengah UKM, yang jumlahnya paling dominan dalam perekonomian Indonesia. Adapun dari hasil uji beda berpasangan ini Tabel 15, terlihat bahwa persentase pelaku usaha yang mengetahui keberadaan PPUS meningkat rata-rata 19.1 dari tahun 2007. Kabupaten yang tergolong paling menyadari keberadaan PPUS adalah kabupaten Blitar, dengan persentase responden yang menyadari keberadaan PPUS naik dari 33 menjadi 100 di tahun 2010. Sementara itu pelaku usaha juga berpendapat bahwa PPUS berupa promosi produk lokal kepada investor potensial bermanfaat bagi pengembangan usaha mereka, terlihat dari kenaikan rata-rata sebesar 13.8 poin di tahun 2010 jika dibandingkan dengan tahun 2007. Sektor permodalan yang merupakan “jantung” kegiatan UKε merupakan hal yang krusial. Hal ini terlihat dari persepsi pelaku usaha yang menganggap bahwa PPUS berupa pelatihan pengajuan aplikasi kredit sangatlah penting, naik sebesar rata-rata 12.3. Namun beberapa pelaku usaha juga menganggap bahwa PPUS selain 6 jenis PPUS yang telah dicanangkan sebelumnya, justru tidak terlalu bermanfaat bagi pelaku usaha, terlihat dari penurunan persepsi sebesar rata-rata 7.8 poin di tahun 2010. Tabel 16 Uji Beda Berpasangan Variabel Penyusun Sub Indikator Kapasitas dan Integritas BupatiWalikota Survei TKED 2007 dan 2010 di Provinsi Jawa Timur Variabel Mean Sig 2- tailed Kepala daerah memiliki pemahaman yang baik terhadap masalah dunia usaha Q61R1 -1.52 0.707 Penempatan birokrat sesuai pengalaman kerja dan profesional Q61R2 -6.01 0.105 Kepala daerah bertindak tegas terhadap korupsi birokratnya Q61R3 5.68 0.211 Pelaku usaha tidak setuju bahwa tindakan kepala daerah menguntungkan diri sendiri Q61R4 -30.61 0.00 Kepala daerah merupakan figur pemimpin yang kuat Q61R5 -5.79 0.11 Kapasitas dan integritas kepala daerah kecil hambatannya terhadap dunia usaha. Q63 -0.96 0.148 ket: Variabel signifikan pada tingkat 0.05 2-tailed. Variabel signifikan pada tingkat 0.1 2-tailed. Sumber: data olahan Kualitas dan Integritas Kepala Daerah yaitu bupatiwalikota sebagai tokoh sentral dan figur pemimpin dideskripsikan pada Tabel 16. Secara keseluruhan, persepsi pelaku usaha terhadap kualitas dan integritas kepala daerahnya mengalami penurunan, namun hanya ada satu variabel yang berbeda nyata yaitu pelaku usaha yang tidak setuju bahwa tindakan kepala daerahnya menguntungkan diri sendiri, yang turun sebesar rata-rata 30.61 poin dari tahun 2007. Tabel 17 Uji Beda Berpasangan Variabel Penyusun Sub Indikator Keamanan dan Penyelesaian Sengketa Survei TKED 2007 dan 2010 di Provinsi Jawa Timur Variabel Mean 2 tailed Tingkat kejadian pencurian di tempat usaha Q83B 0.63 0.433 Polisi selalu bertindak tepat waktu menangani kasus kriminal Q84R1 -2.74 0.361 Solusi yang diberikan polisi menangani kriminalitas menguntungkan perusahaan Q84R2 -3.01 0.392 Solusi yang diberikan polisi meminimalisir dampak kerugian waktu dan biayaQ84R3 -0.19 0.96 Polisi selalu bertindak tepat waktu menangani demonstrasi buruh Q86R1 -5.01 0.105 Solusi yang diberikan polisi dalam demo buruh hanya menyebabkan dampak kehilangan kecil pada waktu dan biaya Q86R2 -0.84 0.834 Tingkat hambatan keamanan dan penyelesaian masalah terhadap kinerja perusahaan Q88 -0.02 0.973 ket: Variabel signifikan pada tingkat 0.05 2-tailed. Variabel signifikan pada tingkat 0.1 2-tailed. Sumber: data olahan Uji beda berpasangan pun dilakukan pada variabel-variabel penyusun sub indikator keamanan dan penyelesaian sengketa. Secara umum persepsi para pelaku usaha akan keamanan dan penyelesaian sengketa di kabupatenkotanya memburuk, namun tidak ada yang berbeda nyata Tabel 17. Sementara itu variabel-variabel penyusun sub indikator biaya transaksi juga diuji apakah berbeda nyata antara persepsi di tahun 2007 dan 2010. Unsur biaya transaksi berupa pajak daerah, retribusi daerah dan biaya lainnya merupakan salah satu pertimbangan utama investor dalam berinvestasi di suatu daerah. Untuk kasus Jawa Timur, rata-rata tingkat pembayaran donasi baik pajak, retribusi maupun biaya lainnya kepada Pemda dalam kurun waktu satu tahun meningkat dari tahun 2007 ke 2010 sebesar rata-rata Rp. 821.277.000,00 per pelaku usaha per tahun Tabel 18 dengan kabupaten Trenggalek sebagai kabupaten dengan kenaikan biaya transaksi tertinggi sebesar Rp. 14.999.328.000,00 per pelaku usaha per tahun. Kenaikan biaya transaksi rata-rata ini mengindikasikan semakin mahalnya biaya transaksi rata-rata yang harus dipikul pelaku usaha di kabupatenkota di Jawa Timur.