PENDAHULUAN Dampak Tata Kelola Pemerintahan Daerah Terhadap Realisasi Investasi di Provinsi Jawa Timur

Sumber: BKPM, 2010 diolah Gambar 2Fluktuasi Realisasi Investasi di Provinsi Jawa Timur Dengan berbagai potensi dan kualitas tata kelola Jawa Timur yang relatif baik menurut hasil survei KPPOD, penelitian ini berusaha mengkaji dampak tata kelola pemerintahan daerah terhadap realisasi investasinya.Provinsi Jawa Timur termasuk dalam sampling frame dari dua kali Survei Tata Kelola Ekonomi Daerah yang telah diadakan , sehingga diharapkan perubahan persepsi pelaku usaha dapat diidentifikasi. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Mc Culloch dan Malesky 2010 mengkaji hubungan antara tata kelola pemerintahan daerah dengan indeks agregat dari sub indikator survei TKED KPPOD dengan pertumbuhan ekonomi di kabupatenkota di Indonesia. Hasilnya ditemukan sangat sedikit sekali hubungan yang signifikan.Hubungan langsung direct relationship antara tata kelola dengan pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah lewat infrastruktur, perdagangan dan investasi De, 2008. Oleh karena itu , penelitian ini berusaha mendisagregasi sub indikator survei TKED KPPOD , dan mengkorelasikannya dengan realisasi investasi di Jawa Timur. Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah dipaparkan, masalah penelitian yang dirumuskan danakan dijawab dalam penelitian ini antara lain: 0.00 1,000,000.00 2,000,000.00 3,000,000.00 4,000,000.00 5,000,000.00 6,000,000.00 7,000,000.00 8,000,000.00 9,000,000.00 20002001200220032004200520062007200820092010 N il ai In v e stasi d al am ju taan R p PMA PMDN Total 1. Bagaimanakah perbedaan persepsi pelaku usaha di Jawa Timur sehubungan dengan tata kelola ekonomi daerahnya menurut hasil survei KPPOD di tahun 2007 dan 2010? 2. Bagaimanakah hubungan antara tata kelola pemerintahan dengan realisasi investasi di Jawa Timur? 3. Bagaimanakah pengaruh tata kelola pemerintahan dengan realisasi investasi di Jawa Timur? 1.3.Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan perbedaan persepsi pelaku usaha di Jawa Timur sehubungan dengan tata kelola ekonomi daerahnya menurut hasil survei KPPOD di tahun 2007 dan 2010. 2. Menganalisis hubungan antara tata kelola pemerintahan dengan realisasi investasi di Jawa Timur. 3. Menganalisis pengaruh tata kelola pemerintahan dengan realisasi investasi di Jawa Timur. 1.4.Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu acuan dan bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan investasi bagi para investor baru sebelum berinvestasi di Jawa Timur. Sementara itu, untuk pemerintah daerah provinsi Jawa Timur, khususnya pemerintah KabupatenKota, diharapkan hasil penelitian ini juga menjadi bahan evaluasi dan pemantauan kinerja pemerintah daerah untuk memperbaiki kinerjanya dalam meningkatkan daya saing investasi daerah. Lebih jauh lagi, diharapkan penelitian ini menjadi bahan pertimbangan untuk rekomendasi kebijakan dalam rangka menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif di masing-masing kabupatenkota. 1.5.Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah meliputi dua hal.Pertama, memberikan gambaran persepsi pelaku usaha mengenai tata kelola pemerintahan daerah di provinsi Jawa Timur.Kedua, menganalisis hubungan dan pengaruh pengaruh tata kelola pemerintah daerah terhadap realisasi investasi di Jawa Timur. Investasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah realisasi investasi swasta yang berupa investasi langsung direct investment baik berupa Penanaman Modal Asing PMA maupun Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN. Tata Kelola Ekonomi Daerah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terbatas hanya indikator hasil survei KPPOD yang meliputi sembilan unsur indikator utama yaitu akses lahan, infrastruktur daerah,perizinan usaha, kualitas peraturan daerah, biaya transaksi, kapasitas dan integritas bupatiwalikota, interaksi Pemda dengan pelaku usaha, Program Pengembangan Usaha Swasta PPUS, keamanan dan penyelesaian konflik. Cakupan analisis penelitian ini adalah sebanyak 38 kabupatenkota di provinsi Jawa Timur, periode 2005-2007 dan 2008-2010. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data hasil survei tata kelola pemerintahan daerah tahun 2007 dan 2010 dari Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah KPPOD, PDRB provinsi Jawa Timur , data investasi pemerintah dan data realisasi investasi baik PMA maupun PMDN provinsi Jawa Timur dari Badan Penanaman Modal Daerah BPM-D provinsi Jawa Timur dan BPS Jawa Timur.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Todaro dan Smith 2006, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu proses peningkatan kapasitas produktif dalam suatu perekonomian secara terus-menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga menghasilkan tingkat pendapatan dan output nasional yang semakin lama semakin besar. Beberapa teori tentang pertumbuhan ekonomi diantaranya: 1. Teori Harrod-Domar Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasional untuk mengganti barang-barang modal yang rusak. Namun untuk menumbuhkan perekonomian, dibutukan investasi baru untuk menambah stok modal. Jadi setiap tambahan bersih terhadap stok modal investasi baru akan mengakibatkan kenaikan output total sesuai rasio modal-output COR. Beberapa asumsi yang mendasari teori ini adalah a. Perekonomian dalam keadaan full employment dan barang-barang modal dalam masyarakat digunakan secara penuh. b. Perekonomian hanya terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan perusahaan. c. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional. d. Marginal propensity to save MPS besarnya tetap, demikian pula rasio antara modal output Capital Output Ratio = COR dan rasio pertambahan modal-output Incremental Capital Output Ratio = ICOR Beberapa model atau persamaan yang dibangun dari teori Harrod-Domar ini antara lain: S= sY…………………………………………………………………..β.1 I= ∆ K……………………………………………………………...…..β.β � = � � � ∆� ∆ = � � � ∆� = �. ∆ ……………………………….β.γ Karena tabungan total S harus sama dengan investasi I, maka: S= I…………………………………………………………………….2.4 S= sY ,k ∆Y = ∆K = I, atau s.Y=k ∆……….…………..……………. 2.5 ∆ = � ………………………………….…………………………….2.6 Persamaan 2.6 menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan output berhubungan secara positif dengan rasio tabungan. Sedangkan hubungan antara COR dengan pertumbuhan adalah negatif. Semakin besar COR maka akan semakin rendah tingkat pertumbuhan output. Kelemahan-kelemahan teori Harrod-Domar meliputi MPS dan ICOR yang pada kenyataannya tidak konstan, proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidak tetap, harga tidak akan konstan serta suku bunga pasti berubah. Kelemahan- kelemahan ini yang diakomodir dalam teori pertumbuhan Solow. 2. Teori Solow Salah satu teori yang menunjukan pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian serta pengaruhnya terhadap output barang dan jasa PDRB suatu wilayah secara keseluruhan adalah Teori Pertumbuhan Solow Mankiw, 2003. Model Solow yang berasumsi bahwa fungsi produksi mempunyai skala hasil konstan, maka fungsi produksinya dapat dirumuskan sebagai berikut: Y =A K a L b ………………………………………………………………β.7 dimana: Y= output A= tingkat teknologi K= persediaan modal L= tenaga kerja a= pertambahan output akibat pertambahan satu unit modal b= pertambahan output akibat pertambahan satu unit tenaga kerja a+b =1 asumsi constant return to scale Persediaan modal dipengaruhi pula oleh investasi dan depresiasi.Investasi mengacu pada pengeluaran untuk perluasan usaha dan peralatan baru yang dapat menambah persediaan barang modal.Sedangkan depresiasi sebaliknya, mengacu pada penggunaan modal, yang menyebabkan persediaan modal berkurang. Perubahan persediaan modal= investasi-depresiasi ∆k = I – k………………………………………………………….β.8 Pengukuran pertumbuhan ekonomi secara konvensional adalah dengan menghitung peningkatan persentase dari Produk Domestik Regional Bruto PDRB untuk tingkat regionaldaerah dan Produk Domestik Bruto PDB untuk tingkat nasional. PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi selama periode tertentu. Laju pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut : 100 1 1      t i t i it it PDRB PDRB PDRB LP ……………......2.9 Dimana: LP = laju pertumbuhan ekonomi i = sektor 1,β,…λ t = tahun t

2.2. Investasi

Investasi sering disebut juga sebagai penanaman modal atau pembentukan modal.Investasi menghubungkan pasar uang dengan pasar barang, masa kini dan masa datang. Selain itu fluktuasi investasi berpengaruh besar pada proses bisnis. Poin yang menonjol adalah investasi dalam jangka panjang, menentukan jumlah stok modal dan berperan dalam pertumbuhan ekonomi jangka panjang Blanchard,2006. Sukirno 2000 mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang produksi dengan tujuan untuk mengganti dan menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan. Tujuan investasi ini adalah untuk meningkatkan kapasitas memproduksi suatu perekonomian. Ada 3 jenis investasi menurut Dornbusch and Fischer 1997, Mankiw 2003, Sukirno 2000 yaitu: 1 Investasi tetap bisnis Business Fixed Investment yaitu pengeluaran perusahaan untuk pembelian pabrik dan peralatan baru, 2 Investasi residensi residential investment, yaitu pembelian perumahan baru oleh rumah tangga dan tuan tanah, 3 Investasi dalam persediaan inventory investment yaitu bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi yang disimpan oleh perusahaan untuk kemudian dijual. Menurut Dornbusch and Fischer 1992 ada dua sudut pandang investasi yaitu: 1. Investasi dalam arti sempit yaitu penambahan persediaan fisik modal, atau disebut juga investasi riil, 2. Investasi dalam arti luas, yang mencakup investasi finansial dan sumber daya manusia. Dengan batasan bahwa investasi yang ditekankan dalam penelitian ini adalah persediaan atau stok modal fisik,maka dapat didefinisikan bahwa investasi adalah suatu pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan atau mempertahankan stok barang modal. Dengan berinvestasi, berarti perusahaan menunda atau mengurangi besarnya konsumsi untuk memperoleh rate of return yang tinggi di masa depan. Jadi besarnya investasi sangat bergantung pada ekspektasi keuntungan yang akan diperoleh di periode mendatang Nicholson,1998. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat investor yaitu: 1 tingkat suku bunga, 2 ramalan tingkat pengembalian dan penawaran barang di masa mendatang, 3 permintaan akan modal demand for capital dan 4 kemajuan teknologi. 2.3.Teori Investasi Teori ekonomi klasik menyatakan bahwa keinginan individu atau masyarakat untuk menabung adalah sama dengan keinginan perusahaan untuk melakukaninvestasi.Pandangan ini dapat dituliskan ulang sebagai persamaan: I=S …………………………………………………………….. 2.10 Dalam teori investasi klasik diasumsikan bahwa: 1. Tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga Dengan semakin tingginya tingkat bunga, semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya bahwa pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan terdorong untuk mengurangi pengeluaran untuk konsumsi dengan maksud untuk menambah tabungan. 2. Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga Dengan semakin tingginya tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi akan semakin rendah. Investasi akan dilakukan oleh investor apabila pendapatan dari investasi return on investment lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku atau tingkat riil sebab tingkat bunga merupakan biaya atau ongkos penggunaan danacost of capital. Teori klasik menjelaskan hubungan antara tabungan dan investasi dengan tingkat bunga dideskripsikan pada Gambar 3. Kurva tabungan S menunjukkan tingkat tabungan pada kesempatan kerja penuh full employment pada berbagai tingkat bunga, sedangkan keinginan perusahaan untuk berinvestasi ditunjukkan oleh kurva I . Keseimbangan awal antara tabungan dan investasi terletak di titik E 0, di mana keseimbangan tingkat bunga ada pada titik R . Pada titik E ini jumlah seluruh tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga sama dengan jumlah seluruh investasi yang akan dilakukan oleh pengusaha-pengusaha. Sumber: Sukirno 2000 Gambar 3 Hubungan Investasi dan Tabungan Dengan Tingkat Bunga Menurut Klasik S I I 1 =S 1 I =s Tingkat Bunga I 1 R R 1 Investasi dan Tabungan Kelebihan tabungan K Pric e of Cap ital Stock of K K 1 P 1 DD DD 1 Apabila tingkat investasi berubah dari I menjadi I 1 maka pada tingkat bunga awal R , ada S tabungan yang ditawarkan dalam pasar. Ketika investasi mengalami penurunan menjadi I 1 , kelebihan tabungan di S akan menurunkan tingkat bunga menjadi R 1 sehingga terjadi keseimbangan baru di titik E 1 . Terjadi keseimbangan baru di titik E 1 I 1 =S 1 . Hal ini terjadi karena kelebihan tabungan excess saving akan mendorong para penabung untuk saling bersaing dalam meminjamkan dananya kepada pihak ketiga sehingga akan menekan tingkat bunga.Demikian terjadi sebaliknya apabila tingkat investasi meningkat. Dari teori investasi klasik ini dapat disimpulkan bahwa terdapat fleksibilitas tingkat bunga yang akan menjamin terwujudnya ekuilibrium yaitu keadaan tingkat bunga selalu sama dengan investasi I=S. Dengan kata lain, tingkat bunga merupakan interaksi antara tabungan dan investasi. Suatu negara dengan tingkat tabungan yang tinggi akan mencapai kondisi ekonomi yang mantap per tenaga kerja steady state output per worker yang tinggi Blanchard, 2006 Hubungan antara stok modal yang diinginkan dan investasi yang terealisasi dapat dijelaskan sebagai berikut.Kenaikan dalam permintaan modal akan menaikkan harga dari P ke P 1 Gambar 4 dan akan menaikkan kapital dari K ke K 1 . Kenaikan modal ini berhubungan erat dengan kenaikan investasi, sehingga investasi akan bergerak dari I ke I 1 . Akan tetapi kenaikan investasi ini tidak secara instan menutup celah antara stok kapital yang diinginkan dengan yang telah tersedia, karena adanya adjustment cost. P A B Sumber: Dornbusch, 2008 Gambar 4 Mekanisme penyesuaian dari stok kapital yang diinginkan ke Investasi Ada beberapa hipotesis tentang kecepatan perusahaan menyesuaikan stok kapital seiring waktu.Salah satu hipotesisnya adalah flexible accelerator model. Model ini menyatakan, semakin kesenjangan antara stok modal aktual dengan yang diinginkan K,maka semakin besar tingkat investasi perusahaan. I= K -K- 1 = K - K -1 ………………………………………………..β.11

2.4. Desentralisasi

Desentralisasi fiskal pada dasarnya merupakan implementasi paradigma hubungan pemerintah pusat dan daerah. Tiebout hypothesisdiacu dalam Stiglitz 2000 berargumen bahwa dengan diberikannya kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan merumuskan sendiri kebijakan daerahnya, selama tidak bertentangan dengan pemerintah pusat, akan memicu kompetisi yang sehat antar Pemda untuk dapat menyediakan public goods yang memenuhi preferensi masyarakat. Dalam merumuskan kebijakan yang menyangkut penciptaan iklim investasi yang sehat, Pemda dapat menawarkan opsi tarif pajak dan biaya transaksi yang rendah. Diharapkan biaya yang rendah ini dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya di daerah tersebut. Antara Pemda satu dengan lainnya pun berlomba untuk menetapkan tarif pajak dan biaya transaksi seoptimal mungkin yang dapat menggiatkan dunia bisnis dan investasi daerahnya yang pada akhirnya diharapkan akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi regionalnya. Otonomi daerah menurut UU No. 22 Tahun 1999 adalah penyerahan wewenang oleh pemerintah kepala daerah otonom kepada kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Berdasarkan penjelasan UU No. 25 Tahun 1999 disebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, NKRI dibagi atas daaerah-daerah provinsi,kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dapat dipandang sebagai suatu strategi yang memiliki tujuan ganda, yaitu 1 sebagai suatu strategi untuk merespon tuntutan masyarakat daerah terhadap sharing of income distribution dan kemandirian sistem manajemen di daerah dan 2 memperkuat perekonomian daerah untuk memperkokoh perekonomian nasional dalam rangka menghadapi era perdagangan bebas. Selain itu, otonomi daerah yang diberlakukan sejak Januari 2001 juga memberikan kesempatan yang luas bagi daerah untuk meningkatkan kinerja daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Prinsip otonomi bukanlah berdiri sendiri, melainkan merupakan subsistem dari sistem pemerintahan nasional. Ada 4 tipe dari desentralisasi menurut Rodindelli Mellis 1986, Blair 1998: 1. Deconcentration Tahap dekonsentrasi merupakan peralihan desentralisasi, yaitu peubahan institusi dengan pemusatan dan penyebaran pegawai negeri sipil ke daerah-daerah. 2. Devolution Pada tahap ini tanggung jawab dan sumber daya ditransfer kepada daerah secara lebih luas untuk mengatur penggunaan sumber daya. 3. Delegation Daerah punya autonomous source of revenue, termasuk kewenangan untuk meminjam dari capital market serta transfer sumber daya. 4. Privatisation and partnerships Ada transfer tanggung jawab kepada perusahaan swasta dan civil society organizations untuk mobilitas capital dan inisiatif. Peran pemerintah pusat hanya melakukan ex-post control terhadap penggunaan sumber daya, dan tidak mencampuri urusan anggaran ataupun perencanaan. Adapun asas desentralisasi yang diterapkan di Indonesia ditunjang oleh dua asas lainnya yaitu dekonsentrasi dan perbantuan.Kebijakan nasional di seluruh wilayah NKRI adalah bersifat mengikat dan harus dipatuhi daerah- daerah.Ini berarti kebijakan pembangunan nasional dilakukan Pemerintah Pusat