Biaya Transaksi Program Pengembangan Usaha Swasta PPUS

Tabel 11 Uji beda berpasangan antara Indeks dari Sub Indikator TKED 2007 dan 2010di Provinsi Jawa Timur SUB INDIKATOR Mean Sig 2 tailed AKSES LAHAN AL -0.8842 0.572 IZIN USAHA IU 4.1394 0.003 INTERAKSI PEMDA PELAKU USAHA IPPU -1.5789 0.335 PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA SWASTA PPUS -1.1868 0.634 KAPASITAS INTEGRITAS BUPATI WALIKOTA KIBW -5.5552 0.010 KEAMANAN PENYELESAIAN SENGKETA KPS 1.0421 0.577 BIAYA TRANSAKSI BT 5.8973 0.001 INFRASTRUKTUR INF 5.7947 0.000 KUALITAS PERDA PERDA -3.1789 0.387 ket: Variabel signifikan pada tingkat 0.05 2-tailed. Variabel signifikan pada tingkat 0.1 2-tailed. Sumber: data olahan Secara umum kita dapat melihat bahwa dari Sembilan sub indikator TKED, lima diantaranya yaitu AL,IPPU,PPUS,KIBW, dan PERDA mengalami penurunan indeks persepsi, tetapi hanya KIBW yang signifikan penurunan indeksnya. Sementara itu , tiga sub indikator lainnya, IU, KPS BT dan INF mengalami kenaikan indeks persepsi , tetapi hanya IU, BT dan INF kenaikannya signifikan. Dari hasil uji beda berpasangan di atas Tabel 11 dapat kita lihat bahwa, beberapa indikator yaitu Izin Usaha IU, Kapasitas Integritas Bupati dan Walikota KIBW, Biaya TransaksiBT dan Infrastruktur INF mengalami perubahan angka indeks yang signifikan p value taraf nyata 5 namun dalam arah yang berbeda-beda. Untuk sub indikator IU, BT dan INF rata-rata perbedaan indeksnya adalah positif, artinya secara agregat pelaku usaha meyakini bahwa tata kelola izin usaha, biaya transaksi dan infrastrukturnya lebih baik dalam taraf kepercayaan 95. Sementara itu sub indikator KPS rata-rata perbedaan indeksnya adalah negatif, yang artinya secara agregat pelaku usaha di Jawa Timur meyakini bahwa tata kelola kapasitas dan integritas bupatiwalikotanya makin memburuk dalam taraf kepercayaan 95. Jika diuraikan lebih lanjut, para pelaku usaha di kabupatenkota di Jawa Timur berpersepsi bahwa tata kelola izin usaha di tahun 2010 lebih baik dari tahun 2007 sebesar rata-rata 4 poin. Sementara itu, persepsi untuk tata kelola biaya transaksi dan kualitas infrastruktur daerah lebih baik sebesar-rata-rata 5.8 dan 5.7 poin. Akan tetapi ternyata para pelaku usaha juga berpersepsi bahwa tata kelola kualitas dan integritas bupatiwalikota lebih buruk sebesar rata-rata 5.55 poin. Analisis uji beda rata-rata berdasarkan indeks agregat KPPOD di atas tidak boleh langsung kita jadikan tolok ukur bahwa memang suatu sub indeks persepsinya membaik atau memburuk. Elaborasi lebih lanjut sangat diperlukan terutama untuk benar-benar melihat variabel manakah dari suatu sub indikator yang mengalami perbedaan signifikan ke arah yang lebih baik atau bahkan lebih buruk. Untuk itu, uji beda rata-rata juga dilakukan terhadap seluruh variabel penyusun sub indikator tata kelola. Tabel 12 Uji Beda Berpasangan Variabel Penyusun Sub Indikator Akses Lahan Survei TKED 2007 dan 2010di Provinsi Jawa Timur Variabel Rata-rata Sig 2 tailed Durasi pengurusan status tanah Q30 -3.38158 0.004 Kemudahan perolehan lahan Q32 5.963355 0.138 Kecilnya kemungkinan lokasi usaha akan digusur Q33 3.24297 0.003 Frekuensi terjadinya penggusuran lahan : jarang Q34 -0.19257 0.667 Frekuensi terjadinya konflik : jarang Q35 0.51736 0.427 Keseluruhan permasalahan lahan usaha kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan Q36 1.07512 0.232 ket: Variabel signifikan pada tingkat 0.05 2-tailed. Variabel signifikan pada tingkat 0.1 2-tailed. Sumber: data olahan Untuk sub indikator akses lahan Tabel 12, ternyata hanya ada 2 variabel yang berbeda nyata yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pengurusan status tanah Q30 dan persepsi kecilnya kemungkinan lokasi usaha akan digusur Q33. Secara rata-rata pelaku usaha di Jawa Timur berpersepsi bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mengurus sertifikat tanah di tahun 2010 berkurang sebesar rata- rata 3 minggu dari tahun 2007. Hal ini semakin menunjukkan semakin sigapnya aparat pemerintah di bagian pertanahan seperti BPN Badan Pertanahan Nasional serta perangkat desa seperti lurah dan camat yang sangat akomodatif dalam pengurusan status tanah sehingga pelaku usaha tidak perlu menunggu terlalu lama akibat ketidaksigapan aparat pengurusan administrasi status tanah. Kabupaten