Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN

4.8.4. Akses Lahan

Lahan merupakan tempat yang digunakan untuk memulai aktivitas usaha yang dibutuhkan oleh hampir setiap jenis kegiatan usaha dan merupakan aspek penting untuk menciptakan iklim investasi yang baik bagi pelaku usaha. Kebijakan yang berpihak kepada kemudahan lahan akan mendukung terciptanya investasi baru. Masalah utama yang dihadapi adalah permintaan terhadap lahan semakin tinggi, sedangkan ketersediaan lahan yang terbatas. Di samping itu, masalah administrasi pertanahan pun sering muncul, seperti sengketa lahan karena adanya kepemilikan sertifikat ganda ataupun perubahan tanah ulayat. Kewenangan atas administrasi tanah ini dikelola oleh Badan Pertananahan Nasional dan belum didesentralisasikan kepada Pemda. Secara umum, hak atas tanah dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu hak legal formal, hak atas tanah adat dan hak untuk menggarap. Pasal 2 ayat 2Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Ketentuan Pokok-Pokok Agraria UUPA menjelaskan mengenai hak legal formal atas tanah. Negara memiliki hak atas permukaan bumi tanah yang diantaranya adalah: 1. Hak milik HM adalah satu-satunya hak yang tidak memiliki batas waktu dan merupakan hak yang paling kuat yang dapat dimiliki seseorang atau badan hukum, serta dapat diwariskan secara turun temurun. 2. Hak Guna Usaha HGU adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara. 3. Hak Guna Bangunan HGB adalah hak untuk mendirikan dan memiliki bangunan di atas tanah yang bukan miliknya dengan jangka waktu tertentu. 4. Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang, dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikan atau dalam perjanjian dengan pemilik. Gambaran Kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mengenai akses lahan diatur dalam Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah, Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Kota. Berikut adalah penjabaran detil mengenai kewenangan pemerintah daerah dalam bidang pertanahan untuk setiap kabupaten dan kota: 1. Izin Lokasi 2. Pengadaan tanah 3. Penyelesaian sengketa tanah garapan 4. Penyelesaian masalah ganti kerugian 5. Penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah 6. Penetapan tanah ulayat 7. Pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong 8. Izin membuka tanah 9. Perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupaten dan kota Hak atas tanah dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat. Sertifikat tanah diperoleh melalui pendaftaran tanah oleh Badan Pertanahan Nasional BPN. Pendaftaran tanah pada dasarnya meliputi dua hal, yaitupendaftaran untuk tanah yang belum bersertifikat dan pendaftaran untuk pengalihan atau peningkatan hak. Pendaftaran tanah dimulai dari pengumpulan dan pengolahan data fisik, pembuktian hak dan pembukuannya, penerbitan sertifikat, penyajian data fisik dan data yuridis, dan penyimpanan daftar umum dan dokumen. Dalam kenyataannya di lapangan, biaya pengurusan tanah dapat memberatkan dunia usaha, sehingga banyak tanah yang tidak terdaftar. Walaupun PP No. 462002 telah mengatur tentang biaya pendaftaran tanah, dalam pelaksanaannya di lapangan biayanya menjadi sangat mahal dan bervariasi antar daerah. Prosedur yang tidak jelas pun menjadikan standar waktu penyelesaian sertifikat tanah menjadi tidak baku.

4.8.5. Perizinan Usaha

Saat ini masalah perizinan usaha adalah salah satu masalah utama yang dihadapi seseorangbadan usaha ketika akan memulai usaha. Izin usaha merupakan bentuk pendaftaran perusahaan kepada pemerintah untuk mendapatkan formalitas status usaha. Formalitas usaha diperlukan agar perusahaan bersangkutan bisa mengakses modal dari lembaga keuangan formal