Infrastruktur Daerah Program Pengembangan Usaha Swasta PPUS
biaya transaksi dan kualitas infrastruktur daerah lebih baik sebesar-rata-rata 5.8 dan 5.7 poin. Akan tetapi ternyata para pelaku usaha juga berpersepsi bahwa tata
kelola kualitas dan integritas bupatiwalikota lebih buruk sebesar rata-rata 5.55 poin.
Analisis uji beda rata-rata berdasarkan indeks agregat KPPOD di atas tidak boleh langsung kita jadikan tolok ukur bahwa memang suatu sub indeks
persepsinya membaik atau memburuk. Elaborasi lebih lanjut sangat diperlukan terutama untuk benar-benar melihat variabel manakah dari suatu sub indikator
yang mengalami perbedaan signifikan ke arah yang lebih baik atau bahkan lebih buruk. Untuk itu, uji beda rata-rata juga dilakukan terhadap seluruh variabel
penyusun sub indikator tata kelola. Tabel 12 Uji Beda Berpasangan Variabel Penyusun Sub Indikator Akses Lahan
Survei TKED 2007 dan 2010di Provinsi Jawa Timur
Variabel Rata-rata
Sig 2 tailed
Durasi pengurusan status tanah Q30 -3.38158
0.004 Kemudahan perolehan lahan Q32
5.963355 0.138
Kecilnya kemungkinan lokasi usaha akan digusur Q33
3.24297 0.003
Frekuensi terjadinya penggusuran lahan : jarang Q34 -0.19257
0.667 Frekuensi terjadinya konflik : jarang Q35
0.51736 0.427
Keseluruhan permasalahan lahan usaha kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan Q36
1.07512 0.232
ket:
Variabel signifikan pada tingkat 0.05 2-tailed. Variabel signifikan pada tingkat 0.1 2-tailed.
Sumber: data olahan
Untuk sub indikator akses lahan Tabel 12, ternyata hanya ada 2 variabel yang berbeda nyata yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pengurusan status tanah
Q30 dan persepsi kecilnya kemungkinan lokasi usaha akan digusur Q33. Secara rata-rata pelaku usaha di Jawa Timur berpersepsi bahwa waktu yang
dibutuhkan untuk mengurus sertifikat tanah di tahun 2010 berkurang sebesar rata- rata 3 minggu dari tahun 2007. Hal ini semakin menunjukkan semakin sigapnya
aparat pemerintah di bagian pertanahan seperti BPN Badan Pertanahan Nasional serta perangkat desa seperti lurah dan camat yang sangat akomodatif dalam
pengurusan status tanah sehingga pelaku usaha tidak perlu menunggu terlalu lama akibat ketidaksigapan aparat pengurusan administrasi status tanah. Kabupaten
dengan median durasi pengurusan status tanah tercepat adalah Kabupaten Gresik, yaitu dari 23 minggu menjadi 6 minggu di tahun 2010.
Penggusuran yang biasanya dialami para pelaku usaha kecil dan menengah juga tidaklah mejadi hambatan utama,terbukti dari kenaikan rata-rata persepsi
pelaku usaha yang berkeyakinan bahwa kecil kemungkinan lokasi usaha mereka akan digusur, sebesar 3.2 poin dari tahun 2007. Hal ini menunjukkan semakin
baiknya kualitas tata kelola pemerintahan daerah dalam sub indikator akses lahan.
Tabel 13 Uji Beda Berpasangan Variabel Penyusun Sub Indikator Izin Usaha Survei TKED 2007 dan 2010 di Provinsi Jawa Timur
Variabel Mean
Sig 2 tailed
Persentase Perusahaan Yang Memiliki TDP Q38aR1
39.714 0.000
Kemudahan perolehan TDP Q40cR1
0.905 0.731
Rata-rata waktu perolehan TDP Q40dR1
-1.684 0.29
Biaya perizinan tidak memberatkan usaha Q41dR1
3.550 0.051
Pelayanan izin usaha efisien Q43R1
5.148 0.043
Pelayanan izin usaha bebas pungli Q43R2
4.834 0.27
Pelayanan izin usaha bebas KKN Q43R3
6.269 0.152
Persentase pelaku usaha yang mengetahui keberadaan mekanisme pengaduan Q45
3.167 0.52
Izin usaha kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan Q46
2.560 0.094
ket:
Variabel signifikan pada tingkat 0.05 2-tailed. Variabel signifikan pada tingkat 0.1 2-tailed.
Sumber: data olahan
Pada sub indikator izin usaha Tabel 13, ternyata hanya ada 4 variabel yang berbeda nyata. Variabel pertama adalah persentase perusahaan yang
memiliki TDP. Persentase perusahaan yang memiliki TDP naik sebesar rata-rata 39,714 dari tahun 2007 dengan kabupaten Blitar sebagai kabupaten yang
tertinggi kenaikan persentasenya. Sementara itu pelaku usaha juga berpersepsi bahwa biaya yang dikeluarkan pada saat mengurus izin usaha tidak memberatkan
dunia usaha, terbukti dengan naiknya rata-rata indeks sebesar 3.55 poin dari tahun 2007. Pelaku usaha juga berpersepsi bahwa pelayanan izin usaha selama ini sudah
cukup efisien, dilihat dari kenaikan rata-rata sebesar 5.1 poin. Secara umum pun para pelaku usaha di Jawa Timur beranggapan bahwa izin usaha makin kecil
hambatannya terhadap kinerja perusahaan, dengan kenaikan rata-rata sebesar 2.5 poin.