4.6 Pengukuran Kinerja SCM dengan Analytic Hierarchy Process AHP
4.6.1 Kerangka Umum AHP
Analytic Hierarchy Process AHP merupakan hirarki yang menunjukkan tingkatan antara tujuan utama yaitu “Penentuan Bobot Metrik Kinerja”, Proses
Bisnis, Parameter Kinerja, dan Metrik Pengukuran Kinerja. Gambar 11 menunjukkan kerangka umum untuk AHP yang terdiri dari lima tingkatan.
KP = Kinerja Pengiriman
PP = Pemenuhan Pesanan
SPP = Siklus Pemenuhan Pesanan
LTPP = Lead time Pemenuhan Pesanan FP
= Fleksibilitas Pasokan KS
= Kesesuaian dengan standar mutu BSCM = Biaya Rantai Pasok
SCTC = Siklus cash-to-cash PH
= Persediaan Harian Gambar 11. Struktur hirarki penentuan bobot metrik kinerja rantai pasok sayuran
Penentuan bobot metrik pengukuran kinerja
PLAN perencanaan
SOURCE pengadaan
MAKE budidaya
PROCESS pengolahan
DELIVER pengiriman
Nilai Tambah Mutu
Risiko
Reliabilitas Responsivitas
Fleksibilitas Biaya
Aset
KP PP
SPP LTPP
FP KS
BSCM SCTC
PH
Dari struktur hirarki di atas terlihat bahwa tujuan utama adalah Penentun Bobot Metrik Kinerja Rantai Pasokan. Pada level kedua merupakan proses bisnis
dalam rantai pasokan sayuran yang terdiri dari plan perencanaan, source pengadaan, make budidaya, process pengolahan, dan deliver pengiriman.
Level ketiga merupakan parameter kinerja yang diukur yang terdiri dari nilai tambah, mutu, dan risiko. Level keempat merupakan atribut kinerja rantai
pasokan yang terdiri dari reliabilitas, responsivitas, fleksibilitas, biaya, dan aset. Level terakhir atau level lima merupakan metrik pengukuran kinerja. Metrik
kinerja yang diukur yaitu kinerja pengiriman KP, pemenuhan pesanan PP, siklus pemenuhan pesanan SPP, lead time pemenuhan pesanan LTPP,
fleksibilitas pesanan FP, kesesuaian standar mutu KS, biya SCM BSCM, siklus cash-to-cash SCTC, dan persediaan harian PH.
4.6.2 Hasil AHP
Pada analisis menggunakan AHP, dilakukan penilaian oleh pakar. Pakar yang digunakan sebanyak empat orang yang terdiri dari Manajer Pemasaran dan
Pengadaan, Manajer Processing, Manajer Kemitraan, dan Akademisi Dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura. Ketiga Manajer tersebut adalah manajer
dari PT Saung Mirwan. Dari penilaian beberapa pakar dihitung rata-rata penilaian dengan mnggunakan rata-rata geometrik. Data diolah menggunakan software
SuperDecision. Gambar 12 menunjukkan hasil matriks penilaian dengan tujuan utama yaitu penentuan bobot metrik kinerja sebagai kontrol terhadap proses bisnis.
Gambar 12. Perbandingan berpasangan antara tujuan dengan proses bisnis
Dari perbandingan berpasangan tersebut, maka prioritas dan nilai Consistency Ratio CR akan diperoleh dengan cara klik computation, show new
priorities, dan hasilnya terlihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Prioritas dan nilai CR dari hasil perbandingan berpasangan antara tujuan dengan proses bisnis
Dari gambar di atas terlihat, bahwa proses perencanaan plan yang mempunyai nilai prioritas paling tinggi yaitu sebesar 0.416204. Proses
perencanaan memiliki pengaruh paling besar diantara keempat proses yang lain. Dalam gambar juga terlihat bahwa nilai CR sebesar 0.0070 yang berarti penilaian
dianggap konsisten karena nilai CR 0.1. Setelah menguji penilaian dengan perbandingan berpasangan pada tujuan terhadap proses bisnis, maka dilakukan
penilaian terhadap parameter kinerja dengan proses bisnis sebagai kriteria kontrol. Matriks perbandingan berpasangan masing-masing proses bisnis terhdap
parameter kinerja dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat dalam Gambar 14 dan Gambar 15.
Gambar 14. Perbandingan berpasangan antara proses bisnis dan parameter kinerja
Gambar 15. Prioritas dan nilai CR dari perbandingan berpasangan antara proses bisnis dan parameter kinerja
Dari hasil perbandingan berpasangan kelima proses bisnis, nilai prioritas terbesar adalah mutu dan menghasilkan nilai CR 0,1 untuk semua proses bisnis.
Kemudian untuk penilaian perbandingan berpasangan dengan parameter kinerja sebagai kriteria kontrol dengan atribut kinerja dapat dilihat dalam Gambar 16 dan
Gambar 17 Untuk prioritas dan nilai CR-nya.
Gambar 16. Perbandingan berpasangan antara parameter kinerja dengan atribut kinerja
Gambar 17. Prioritas dan nilai CR dari hasil perbandingan berpasangan antara parameter kinerja dengan atribut kinerja
Dari Gambar 17 terlihat bahwa nilai prioritas terbesar adalah reliabilitas pada masing-masing parameter kinerja dan menghasilkan nilai CR 0.1 pada
ketiga proses bisnis. Kemudian untuk matriks perbandingan berpasangan antara atribut kinerja dengan mektrik pengukuran kinerja dapat dilihat pada Gambar 18
dan Gambar 19 untuk prioritas dan nilai CR-nya.
Gambar 18. Perbandingan berpasangan antara reliabilitas dengan metrik pengukuran kinerja
Gambar 19. Prioritas dan nilai CR dari perbandingan berpasangan antara reliabilitas dengan metrik pengukuran kinerja
Pada reliabilitas, siklus pemenuhan pesanan menjadi prioritas paling tinggi. Pada responsivitas, kinerja pengiriman menjadi prioritas paling tinggi. Pada
fleksibilitas, fleksibilitas pasokan menjadi prioritas paling tinggi. Pada biaya, kesesuaian standar mutu menjadi prioritas paling tinggi. Sedangkan pada aset,
kesesuaian standar mutu juga menjadi prioritas paling tinggi.
Setelah melakukan penilaian tersebut, maka dihasilkan prioritas akhir yang dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Prioritas akhir AHP
Keterangan Normalized
by cluster Limiting
PROSES BISNIS
1. Plan 0.41620
0.104051 2. Source
0.14030 0.350750
3. Make 0.18161
0.045403 4. Process
0.13449 0.033623
5. Deliver 0.12740
0.031849
PARAMETER KINERJA
1. Nilai Tambah 0.36790
0.091975 2. Mutu
0.43822
0.109555 3. Risiko
0.19388 0.048470
ATRIBUT KINERJA
1. Reliabilitas
0.40017
0.100042 2. Responsivitas
0.25386 0.062466
3. Fleksibilitas 0.12709
0.031773 4. Biaya
0.11546 0.028866
5. Aset 0.10341
0.025853
METRIK PENGUKURAN KINERJA
1. Kinerja Pengiriman KP 0.15759
0.039398 2. Pemenuhan Pesanan PP
0.13684 0.034209
3. Siklus Pemenuhan Pesanan SPP 0.12653
0.031632 4. Lead Time Pemenuhan Pesanan LTPP
0.10016 0.025040
5. Fleksibilitas Pasokan FP 0.10099
0.025247 6. Kesesuaian Standar Mutu KS
0.13012 0.032530
7. Biaya SCM BSCM 0.08683
0.021707 8. Siklus Cash-to-Cash SCTC
0.08300 0.020750
9. Persediaan Harian PH 0.07795
0.019488
Dari Tabel 11. dapat dilihat bahwa pada proses bisnis, plan perencanaan menjadi prioritas tertinggi bobot 0.41620. Mutu menjadi prioritas tertinggi pada
parameter kinerja bobot 0.43822. Pada atribut kinerja, reliablitas menjadi prioritas tertinggi bobot 0.40017. Dan untuk metrik pengukuran kinerja yang
menjadi tujuan utama pada AHP, kinerja pengiriman KP menjadi prioritas
tertinggi bobot 0.15759 yang dapat terlihat pada hasil sintesis AHP pada Gambar 20.
Gambar 20. Sintesis prioritas Metrik Pengukuran Kinerja pada AHP
4.7 Pengukuran Kinerja SCM dengan Analytic Network Process ANP