Dari struktur hirarki di atas terlihat bahwa tujuan utama adalah Penentun Bobot Metrik Kinerja Rantai Pasokan. Pada level kedua merupakan proses bisnis
dalam rantai pasokan sayuran yang terdiri dari plan perencanaan, source pengadaan, make budidaya, process pengolahan, dan deliver pengiriman.
Level ketiga merupakan parameter kinerja yang diukur yang terdiri dari nilai tambah, mutu, dan risiko. Level keempat merupakan atribut kinerja rantai
pasokan yang terdiri dari reliabilitas, responsivitas, fleksibilitas, biaya, dan aset. Level terakhir atau level lima merupakan metrik pengukuran kinerja. Metrik
kinerja yang diukur yaitu kinerja pengiriman KP, pemenuhan pesanan PP, siklus pemenuhan pesanan SPP, lead time pemenuhan pesanan LTPP,
fleksibilitas pesanan FP, kesesuaian standar mutu KS, biya SCM BSCM, siklus cash-to-cash SCTC, dan persediaan harian PH.
4.6.2 Hasil AHP
Pada analisis menggunakan AHP, dilakukan penilaian oleh pakar. Pakar yang digunakan sebanyak empat orang yang terdiri dari Manajer Pemasaran dan
Pengadaan, Manajer Processing, Manajer Kemitraan, dan Akademisi Dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura. Ketiga Manajer tersebut adalah manajer
dari PT Saung Mirwan. Dari penilaian beberapa pakar dihitung rata-rata penilaian dengan mnggunakan rata-rata geometrik. Data diolah menggunakan software
SuperDecision. Gambar 12 menunjukkan hasil matriks penilaian dengan tujuan utama yaitu penentuan bobot metrik kinerja sebagai kontrol terhadap proses bisnis.
Gambar 12. Perbandingan berpasangan antara tujuan dengan proses bisnis
Dari perbandingan berpasangan tersebut, maka prioritas dan nilai Consistency Ratio CR akan diperoleh dengan cara klik computation, show new
priorities, dan hasilnya terlihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Prioritas dan nilai CR dari hasil perbandingan berpasangan antara tujuan dengan proses bisnis
Dari gambar di atas terlihat, bahwa proses perencanaan plan yang mempunyai nilai prioritas paling tinggi yaitu sebesar 0.416204. Proses
perencanaan memiliki pengaruh paling besar diantara keempat proses yang lain. Dalam gambar juga terlihat bahwa nilai CR sebesar 0.0070 yang berarti penilaian
dianggap konsisten karena nilai CR 0.1. Setelah menguji penilaian dengan perbandingan berpasangan pada tujuan terhadap proses bisnis, maka dilakukan
penilaian terhadap parameter kinerja dengan proses bisnis sebagai kriteria kontrol. Matriks perbandingan berpasangan masing-masing proses bisnis terhdap
parameter kinerja dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat dalam Gambar 14 dan Gambar 15.