dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk
mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan akan diselesaikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan
tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya Marimin dan Maghfiroh, 2010.
2.5.1 Keuntungan Penerapan AHP
Menurut Saaty 1991, ada beberapa keuntungan yang didapat dari penerapan AHP, diantaranya adalah :
1
Kesatuan. AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti,
luwes untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur. 2
Kompleksitas. AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan
berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks. 3
Saling ketergantungan. AHP dapat menangani saling ketergantungan
elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.
4
Penyusunan hirarki. AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran
untuk memilah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
5
Pengukuran. AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan
metode untuk menetapkan prioritas. 6
Penilaian dan konsensus. AHP tidak memaksakan konsensus tetapi
mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda.
7
Tawar-menawar. AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif
dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan tertentu.
8
Sintesis. AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan
setiap alternatif.
9
Konsistensi. AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-
pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.
2.5.2 Prinsip-prinsip Dasar AHP
Terdapat tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan menggunkn AHP Marimin dan Maghfiroh, 2010. Ketiga prinsip tersebut adalah :
• Penyusunan Hirarki
Penyusunan hirarki dilkukan dengan cara mengidentifikasi pengetahuan atau informasi yang sedang diamati. Penyusunan tersebut dimulai dari
permasalahan yang kompleks yang diuraikan menjadi elemen pokoknya. Kemudaian elemen pokok ini diuraikan lagi ke dalam bagian-bagiannya
lagi, dan seterusnya secara hirarki. Penilaian setiap level hirarki dinilai melalui perbandingan berpasangan.
• Penentuan Prioritas
Untuk setiap level hirarki perlu dilakukan perbandingan berpasangan untuk menentukan prioritas. Sepasang elemen dibandingkan berdasarkan kriteria
tertentu dan menimbang intensitas preferensi antarelemen. Hubungan antarelemen dari setiap tingkatan hirarki ditetapkan dengan
membandingkan elemen itu dalam pasangan. Hubungannya menggambarkan pengaruh relatif elemen pada tingkat hirarki terhadap
setiap elemen pada tingkat yang lebih tinggi. Dalam konteks ini, elemen pada tingkat yang tinggi tersebut berfungsi sebagai suatu kriteria yang
disebut sifat. Hasil dari proses pembedaan ini adalah suatu vektor prioritas atau tingkat kepentingan relatif elemen terhadap setiap sifat. Perbandingan
berpasangan diulangi lagi untuk semua elemen dalam tiap tingkat. Langkah terakhir adalah dengan memberi bobot setiap vektor dengan prioritas
sifatnya.
• Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Penilaian yang
mempunyai konsistensi tinggi sangat diperlukan dalam persoalan
pengambilan keputusan agar dihasilkan keputusan yang akurat. Dalam kehidupan nyata, konsistensi sempurna sukar dicapai. Jika buah apel lebih
disukai daripada jeruk dan jeruk lebih disukai daripada pisang maka dalam hubungan yang konsisten sempurna, apel seharusnya lebih disukai daripada
pisang, tetapi dengan orang yang sama, dapat kadangkala lebih menyukai pisang daripada apel, tergantung waktu dan kondisi tertentu.
Konsistensi sampai batas tertentu dalam menetapkan prioritas sangat diperlukan untuk memperoleh hasil-hasil yang sahih dalam dunia nyata.
AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui suatu rasio konsistensi. Nilai rasio konsistensi harus 10 persen atau
kurang. Jika lebih dari 10 persen, maka penilaiannya masih acak dan perlu diperbaiki.
2.5.3 Prosedur AHP