Tabel 17. Peningkatan output dan penurunan input pada komoditas paprika hijau PT Saung Mirwan semester 2 tahun 2011
Sebelum Peningkatan Sesudah
Input Persediaan harian hari
3 -41.53
2 Siklus cash-to-cash hari
12 -29.6
10 Biaya SCM Rpkg
6900 -56.53
3000 Output
Kesesuaian dengan standar mutu 64
35.22 86
Pemenuhan pesanan 64
35.22 86
Hal yang dapat dilakukan agar paprika hijau dapat mencapai kinerja 100 adalah dengan menurunkan input persediaan harian menjadi 2 hari. Hal yang dapat
dilakukan adalah perusahaan mengurangi persediaan harian. Siklus cash-to-cash juga harus diturunkan menjadi 10 hari untuk mencapai tingkat efisiensi 100. Hal yang
dapat dilakukan perusahaan adalah customer industri membayar lebih cepat produk yang sudah diterima. Selain itu biaya SCM juga harus diturunkan menjadi Rp
3.000kg dengan cara mengurangi biaya pengadaan. Selain menurunkan ketiga nilai input, perusahaan juga harus meningkatkan nilai output untuk mencapai efisiensi
100. Nilai output yang harus ditingkatkan yaitu kesesuaian dengan standar mutu dan pemenuhan pesanan menjadi 86. Hal ini berarti perusahaan harus
meningkatkan pengirimian sayuran sesuai dengan jumlah dan mutu yang diminta oleh pelanggan.
4.10 Implikasi Manajerial
Seperti yang telah diketahui pada hasil AHP dan ANP, metrik pengukuran kinerja yang mempunyai prioritas tertinggi yaitu kinerja pengiriman. Itu berarti
bahwa kinerja pengiriman mempunyai andil yang besar pada rantai pasokan sayuran serta mempengaruhi nilai perusahaan di mata pelanggan. Sedangkan prioritas
terendah pada metrik pengukuran kinerja adalah biaya SCM, siklus cash-to-cash, dan persediaan harian. Hal ini berarti perusahaan harus memperhatikan ketiga metrik
pengukuran kinerja tersebut agar dapat meningkatkan efisiensi pada produk-produk yang memiliki tingkat efisiensi di bawah 100 agar dapat mencapai 100.
Perusahaan harus dapat mengatur sedemikian rupa agar biaya SCM, siklus cash-to- cash, dan persediaan harian menjadi seminimal mungkin. Dengan begitu, maka akan
berpengaruh pada harga sebuah produk dan akhirnya berpengaruh juga pada konsumen. Tidak hanya ketiga metrik itu saja yang perlu diperhatikan, tetapi
perusahaan juga harus memperhatikan metrik lain seperti kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan, dan kesesuaian dengan standar mutu karena ketiga metrik
tersebut akan berpengaruh besar terhadap kepercayaan konsumen. Jika pada metrik biaya SCM, siklus cash-to-cash, dan persediaan harian harus seminimal mungkin,
maka sebaliknya pada kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan, dan kesesuaian dengan standar mutu harus semaksimal mungkin. Dengan begitu, maka kepercayaan
konsumen terhadap perusahaan akan terbangun karena kebutuhan konsumen dapat terpenuhi sesuai dengan jumlah dan standar yang diinginkan.
Perusahaan dapat meningkatkan kinerja dengan cara membuat target baru pada masing-masing metrik. Hal ini akan memberikan tingkat efisiensi 100 pada target
yang baru sehingga perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya hingga mencapai target yang baru tersebut. Selain itu perusahaan juga dapat menggunakan e-business
strategies to reduce cost. Tidak hanya itu, tetapi perusahaan hendaknya fokus pada kelompok pelanggan tertentu dan menjadi lebih customer oriented dengan
memberikan apa yang pelanggan inginkan serta lebih komunikatif kepada para pemasok atau petani.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Struktur rantai pasokan sayuran pada PT Saung Mirwan terdiri dari anggota
primer rantai pasokan dan anggota sekunder rantai pasokan. Anggota primer terdiri dari petani, PT Saung Mirwan, dan customer. Sedangkan anggota
sekunder terdiri dari pemasok sarana petani dan pemasok non sayur. Terdapat tiga aliran dalam rantai pasokan tersebut yaitu alirang barang, aliran informasi,
dan aliran keuangan financial. b.
Analytic Hierarchy Process AHP digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan pada masing-masing hirarki. Terdapat lima hirarki dalam analisis
menggunakan AHP. Faktor yang paling penting pada proses bisnis adalah plan perencanaan dengan bobot sebesar 0.41620. Mutu menjadi faktor yang paling
penting pada parameter kinerja dengan bobot sebesar 0.43822. Pada atribut kinerja faktor yang paling penting adalah reliabilitas atau kepercayaan dari
konsumen terhadap kinerja SCM dengan bobot sebesar 0.40017. Sedangkan pada metrik pengukuran kinerja yang menjadi faktor yang paling penting
adalah kinerja pengiriman, yang menjadi tujuan utama dalam AHP, yaitu penentuan bobot metrik pengukuran kinerja, dengan bobot sebesar 0.15759.
c. Analytic Network Process ANP digunakan untuk mengetahui faktor yang
paling berpengaruh pada masing-masing cluster. Pada proses bisnis faktor yang paling mempengaruhi adalah plan perecanaan dengan bobot sebesar 0.27308.
Kemudian untuk parameter kinerja faktor yang paling berpengaruh adalah mutu dengan bobot sebesar 0.40226. Pada atribut kinerja faktor yang paling
berpengaruh adalah reliabilitas atau kepercayaan dari konsumen terhadap kinerja SCM dengan bobot sebesar 0.33310. Sedangkan pada metrik
pengukuran kinerja faktor yang paling berpengaruh adalah kinerja pengiriman yang menjadi tujuan utama dalam ANP yaitu penentuan bobot metrik
pengukuran kinerja dengan bobot sebesar 0.14957.
d. Pengukuran dengan AHP dan ANP menghasilkan nilai bobot yang berbeda
pada masing-masing elemen. Prioritas tertinggi pada masing-masing level atau cluster adalah sama, namun peringkat prioritas terdapat perbedaan pada atribut
kinerja dan metrik pengukuran kinerja. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan timbal balik atau ketergantungan feedback pada ANP yang tidak
terdapat pada AHP. Pada AHP level atas hanya mempengaruhi elemen-elemen yang ada pada level di bawahnya. Pada AHP level bawah tidak mempengaruhi
elemen-elemen yang ada di atasnya karena bersifat hirarki sehingga penilaian hanya terpaku pada hirarki dari atas ke bawah. Sedangkan pada ANP, elemen-
elemen pada level bawah dapat memepengaruhi elemen-elemen yang ada pada level di atasnya sehingga level dalam ANP disebut dengan cluster karena
terdapat hubungan ketergantungan baik antara elemen satu dengan yang lain maupun antara cluster satu dengan yang lain. Pada ANP tidak hanya
membandingkan elemen, tetapi juga membandingkan antar cluster. e.
Selain dilakukan pengukuran kinerja menggunakan AHP dan ANP, maka dilakukan juga pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan Data
Envelopment Analysis DEA. Dari hasil analisis tersebut, dihasilkan tingkat efisiensi dari sepuluh komoditas terpilih dari sekitar 80 komoditas sayuran yaitu
Lettuce head 100, caysin 100, tomat TW 97.05, seledri 96.77, bawang bombay 94.50, daun bawang 92.40, jamur champ 91.51, tomat Rianto
88.94, Lettuce romaine 88.54, dan paprika hijau 79.14. Tingkat efisiensi terbesar terdapat pada caysin dan Lettuce head yaitu sebesar 100. Sedangkan
tingkat efisiensi terendah terdapat pada paprika hijau yaitu sebesar 79.14.
2. Saran
Saran yang dapat penulis berikan untuk perusahaan berupa rancangan aksi perbaikan untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang sudah ada pada implikasi
manajerial. Tidak hanya saran untuk perusahaan saja, tetapi penulis juga memberikan saran untuk penelitian selanjutnya, diantaranya adalah :
a. Penelitian lanjutan untuk pengukuran kinerja terhadap petani sayuran dan
membandingkan kinerja antara mitra tani dengan mitra beli.
b. Penelitian untuk mengukur risiko pada anggota rantai pasokan sayuran agar
dapat dianalisis pembagian risiko yang adil pada setiap anggota rantai pasokan sehingga tercipta kerjasama yang saling menguntungkan.
c. Penelitian untuk mengukur nilai tambah anggota rantai pasokan sayuran agar
dapat dianalisis pembagian keuntungan yang adil pada setiap anggota rantai pasokan.
DAFTAR PUSTAKA
Anatan, L. dan L. Ellitan. 2008. Supply Chain Management Teori dan Aplikasi. Bandung : Alfabeta.
Feifi, D. 2008. Kajian manajemen rantai pasokan pada produk dan komoditas Kedelai Edamame studi kasus PT Saung Mirwan, Bogor. Skripsi pada Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fewidarto, P.D. 1996. Proses Hirarki Analitik Analytical Hierarchy Process. Bogor
: Institut Pertanian Bogor. Indrajit, R.E. dan Djokopranoto, R. 2002. Konsep Manajemen Supply Chain. Jakarta :
Grasindo. Izik, Z., I. Dikmen, dan M.T. Birgonul. 2011.
Using Analytic Network Process ANP for Performance Measurement in Construction. Turkey : Civil Engineering
Department, Faculty of Engineering Middle East Technical University. Latifah, S. 2005. Prinsip-prinsip dasar Analytic Hierarchy Process. Skripsi pada
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Ma’arif, M.S. dan H. Tanjung. 2003. Manajemen Operasi. Jakarta : Grasindo.
Marimin dan N. Maghfiroh. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor : IPB Press.
Nugroho, A. 2008. Analisis faktor penentu kinerja sistem Just In Time dengan metode Analytic Network Process studi kasus di PT Nippon Indosari
Corpindo. Skripsi pada Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pradipta. 2007. Microsoft Excel 2007 Mengolah Beragam Data Bisnis dan
Perkantoran. Jakarta : Penerbit Salemba Infotek. Pujawan, N.I. 2005. Supply Chain Management. Surabaya : Guna Widya.
Saaty, T.L. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta : PT. Dharma Aksara Perkasa
Saaty, T.L. and L.G. Vargas. 2006. Decision Making with The Analytic Network Process. United States of America : Springer.
Setiawan, A. , Marimin, Y. Arkeman, dan F. Udin. 2010. Integrasi model SCOR dna Fuzzy AHP untuk perancangan metrik kinerja rantai pasok sayuran. Bogor,
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 13 : 151-166.
Setyawan, F. 2009. Analisis rantai pasokan sayuran unggulan dataran tinggi di Jawa Barat. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Siagian, Y.M. 2005. Aplikasi Supply Chain Management dalam Dunia Bisnis. Jakarta : Grasindo.
Subarkah, L.A. 2009. Analisis kinerja rantai pasokan Lettuce head Lactuca sativa dengan menggunakan Data Envelopment Analysis studi kasus PT Saung
Mirwan, Bogor. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Susilo, J. 2008. Rumusan strategi pengembangan PT BPRS Amanah Ummah dengan pendekatan Analytic Network Process. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KUISIONER
JUDUL PENELITIAN : PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOKAN
SAYURAN DAN PERUSAHAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTIC
NETWORK PROCESS SERTA DATA ENVELOPMENT ANALYSIS
Oleh : CHOIRUL AMALIA
H24080024
2011
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lampiran 1. Menentukan Bobot Normal AHP dan ANP
KUISIONER PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOKAN
SAYURAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTIC NETWORK PROCESS
SERTA DATA ENVELOPMENT ANALYSIS
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk penelitian dengan judul : Analisis Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan Sayuran Dataran Tinggi Dengan Model
SCOR Dan Pendekatan
Analytic Network Process ANP. Kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis
. Terima kasih atas bantuan dan kerjasama BapakIbu.
Nama Responden :....................................................................................................
Jabatan : ...................................................................................................
Lama Bekerja : ...................................................................................................
Petunjuk
: Anda diminta untuk memberikan penilaian terhadap setiap perbandingan berpasangan berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan intuisi Anda.
Intensitas Kepentingan
Definisi Keterangan
1 Kedua faktor
Sama Penting
Dua kegiatan berkontribusi sama terhadap tujuannya 3
Faktor yang satu
Sedikit Lebih Penting
daripada yang lain Pengalaman dan penilaian suatu kegiatan sedikit
berkontribusi atas yang lain 5
Faktor yang satu
Lebih Penting
daripada yang lain Pengalaman dan penilaian suatu kegiatan
berkontribusi sangat kuat atas yang lain, menunjukkan dominasinya dalam praktek
7 Faktor yang satu
Sangat Lebih Penting
daripada yang lain Suatu kegiatan yang favorit berkontribusi sangat
kuat atas yang lain; menunjukkan dominasinya dalam praktek
9 Faktor yang satu
Mutlak Lebih Penting
daripada yang lain Bukti yang menguntungkan satu kegiatan di atas
yang lain merupakan kemungkinan urutan afirmasi tertinggi
2, 4, 6, 8 Nilai tengah
di antara dua nilai berdekatan
Kadang-kadang perlu melakukan interpolasi penilaian kompromi secara numerik karena tidak ada
istilah yang pas untuk menggambarkan hal tersebut
Lanjutan Lampiran 1.
Contoh Bentuk Perbandingan Berpasangan :
A B
C A
1 3
3 B
1 1
C 1
-
Faktor A sedikit lebih penting daripada faktor B
-
Faktor A sedikit lebih penting daripada faktor C
-
Faktor B sama penting dengan faktor C
Berikut ini adalah kerangka ANP yang akan digunakan dalam penelitian :
Parameter Kinerja : Nilai Tambah
Mutu Resiko
Proses Bisnis : Plan Perencanaan
Source Pengadaan Make Budidaya
Process Pengolahan Deliver Pengiriman
Atribut Kinerja : Reliabilitas
Responsivitas Fleksibilitas
Biaya Aset
Metrik Pengukuran Kinerja : Kinerja Pengiriman KP
Pemenuhan Pesanan PP Siklus Pemenuhan Pesanan SPP
Lead Time Pemenuhan Pesanan LTPP Fleksibilitas Pasokan FP
Kesesuaian Standar Mutu KS Biaya SCM BSCM
Siklus Cash-to- Cash SCTC Persediaan Harian PH
Lanjutan Lampiran 1.
Bagian 1 1.1 Tujuan – Proses Bisnis
Plan Source
Make Process
Deliver Plan
1 Source
1 Make
1 Process
1 Deliver
1 1.2 Tujuan – Parameter Kinerja
Nilai Tambah Mutu
Risiko Nilai Tambah
1 Mutu
1 Risiko
1
1.3 Tujuan – Atribut Kinerja
Reliabilitas Responsivitas
Fleksibilitas Biaya
Aset Reliabilitas
1 Responsivitas
1 Fleksibilitas
1 Biaya
1 Aset
1 1.4 Tujuan – Metrik Pengukuran Kinerja
KP PP
SPP LTPP
FP KS
BSCM SCTC
PH KP
1 PP
1 SPP
1 LTPP
1 FP
1 KS
1 BSCM
1 SCTC
1 PH
1 Keterangan :
- KP
: Kinerja Pengiriman - BSCM
: Biaya SCM -
PP : Pemenuhan Pesanan
- SCTC : Siklus Cash-to-Cash
- SPP : Siklus Pemenuhan Pesanan - PH
: Persediaan Harian -
LTPP : Lead Time Pemenuhan Pesanan -
FP : Fleksibilitas Pasokan
- KS
: Kesesuaian Standar Mutu
Lanjutan Lampiran 1.
BAGIAN 2 2.1 Proses – Parameter Kinerja
2.1.1 Plan
Nilai Tambah Mutu
Risiko Nilai Tambah
1 Mutu
1 Risiko
1 2.1.2 Source
Nilai Tambah Mutu
Risiko Nilai Tambah
1 Mutu
1 Risiko
1 2.1.3 Make
Nilai Tambah Mutu
Risiko Nilai Tambah
1 Mutu
1 Risiko
1 2.1.4 Process
Nilai Tambah Mutu
Risiko Nilai Tambah
1 Mutu
1 Risiko
1 2.1.5 Deliver
Nilai Tambah Mutu
Risiko Nilai Tambah
1 Mutu
1 Risiko
1 2.2 Proses – Atribut Kinerja
2.2.1 Plan
Reliabilitas Responsivitas
Fleksibilitas Biaya
Aset Reliabilitas
1 Responsivitas
1 Fleksibilitas
1 Biaya
1 Aset
1
Lanjutan Lampiran 1.