AHP, kita melihat faktor mana yang lebih disukai atau lebih penting, sedangkan jika dalam ANP kita melihat faktor mana yang mmpunyai pengaruh yang lebih besar
terhadap faktor lain. Oleh karena itu, pada AHP level atas hanya mempengaruhi elemen-elemen yang ada pada level di bawahnya. Pada AHP level bawah tidak
mempengaruhi elemen-elemen yang ada di atasnya karena bersifat hirarki sehingga penilaian hanya terpaku pada hirarki dari atas ke bawah. Sedangkan pada ANP,
elemen-elemen pada level bawah dapat memepengaruhi elemen-elemen yang ada pada level di atasnya sehingga level dalam ANP disebut dengan cluster karena
terdapat hubungan ketergantungan baik antara elemen satu dengan yang lain maupun antara cluster satu dengan yang lain. Pada ANP tidak hanya membandingkan elemen,
tetapi juga membandingkan antar cluster.
4.9 Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Data Envelopment Analysis DEA
Pengukuran kinerja PT Saung Mirwan dilakukan untuk membandingkan kinerja sayuran di PT Saung Mirwan berdasarkan jumlah permintaan customer. Data yang
diukur adalah data satu semester terakhir tahun 2011 dan customer yang dipilih adalah customer industri. Sayuran yang dipilih untuk diukur kinerjanya sebanyak
sepuluh jenis dari semua jenis sayuran yang dijual ke customer industri. Sayuran tersebut mempunyai permintaan kumulatif sebesar 95 pada semester akhir tahun
2011. Sayuran tersebut terdiri dari caisim, lettuce head, tomat TW, bawang bombay, tomat rianto, paprika hijau, jamur champ, daun bawang, lettuce romaine, dan seledri.
Tabel 14 dan Tabel 15 menyajikan daftar nilai input dan output pengukuran kinerja PT Saung Mirwan semester 2 tahun 2011.
Tabel 14. Rekapitulasi nilai input pengukuran kinerja PT Saung Mirwan tahun 2011 semester 2
No Komoditas
Lead time pemenuhan
pesanan hari Siklus
pemenuhan pesanan
hari Fleksibilitas
pasokan hari
Biaya SCM Rp
Siklus cash-to-
cash hari Persediaan harian
hari
1 Caysin
1 3
2 3,420
11 2
2 Lettuce head
1 3
2 6,210
10 1
3 Tomat TW
1 3
2 4,760
11 2
4 Bawang bombay
1 3
2 6,660
11 2
5 Tomat rianto
1 3
2 5,000
12 3
6 Paprika hijau
1 3
2 6,900
12 3
7 Jamur champ
1 3
2 9,700
10 1
8 Daun bawang
1 3
2 5,060
12 3
9 Lettuce romaine
1 3
2 6,450
13 4
10 Seledri
1 3
2 4,620
11 2
Asumsi pada lead time pemenuhan pesanan, siklus pemenuhan pesanan, dan fleksibilitas pasokan adalah rata-rata perusahaan dalam memenuhi permintaan
pelanggan baik permintaan yang sudah direncanakan maupun permintaan yang tidak direncanakan. Permintaan yang sudah direncanakan, perusahaan mempunyai rata-rata
waktu tunggu pemenuhan pesanan untuk semua komoditas selama satu hari dan untuk siklus pemenuhan pesanan, perusahaan mempunyai rata-rata pemenuhan
pesanan selama tiga hari yang terdiri dari waktu pengadaan selama satu hari, waktu untuk membuat atau mengolah selama satu hari, dan waktu pengiriman selama satu
hari sehingga siklus pemenuhan pesanan membutuhkan waktu selama tiga hari. Sedangkan untuk permintaan yang tidak direncanakan, perusahaan mempunyai rata-
rata siklus pemenuhan pesanan atau yang disebut dengan fleksibilitas pasokan selama dua hari yang terdiri dari waktu membuat atau mengolah selama satu hari dan waktu
pengiriman selama satu hari sehingga dibutuhkan waktu selama dua hari.
Tabel 15. Rekapitulasi nilai output pengukuran kinerja PT Saung Mirwan tahun 2011 semester 2
No Komoditas
Kinerja pengiriman
Pemenuhan pesanan
Kesesuaian standar mutu
1 Caysin
100 98
98 2
Lettuce head 100
91 91
3 Tomat TW
100 97
97 4
Bawang bombay 100
98 98
5 Tomat rianto
100 85
85 6
Paprika hijau 100
64 64
7 Jamur champ
100 82
82 8
Daun bawang 100
98 98
9 Lettuce romaine
100 83
83 10
Seledri 100
95 95
Pada pemenuhan pesanan dan kesesuaian standar mutu menghasilkan nilai yang sama. Hal ini disebabkan karena pada customer industri tidak pernah ada barang
kembalian yang biasanya berupa barang yang rusak sehingga nilai barang kembalian dianggap nol. Barang kembalian tersebut dianggap tidak sesuai dengan standar mutu.
Oleh karena itu, pemenuhan pesanan dan kesesuaian dengan standar mutu mempunyai nilai yang sama.
Dengan karakteristik sayuran yang mudah rusak, perusahaan sudah mengantisipasi hal tersebut dengan menggunakan teknologi untuk menghindari atau
mencegah sayuran menjadi busuk dalam waktu yang singkat yaitu dengan menggunakan pendingin pada tempat penyimpanan sayuran. Pendingin tersebut dapat
mencegah sayuran cepat rusak dan mempunyai daya tahan yang lebih lama. Tidak hanya tempat penyimpanan saja, tetapi perusahaan juga menggunakan kendaraan
mobil dan truk yang dilengkapi dengan pendingin untuk mencegah kerusakan sayuran pada waktu pengiriman ke pelanggan.
Setelah dihasilkan nilai input dan output pengukuran kinerja PT Saung Mirwan, maka data tersebut diolah menggunakan software Frontier Analysis dan diperoleh
tingkat efisiensi dari sepuluh komoditas sayuran terpilih. Hasil tersebut disajikan dalam Tabel 16.
Tabel 16. Tingkat efisiensi kinerja PT Saung Mrirwan semester 2 tahun 2011 No
Komoditas Tingkat Efisiensi
1 Caysin
100 2
Lettuce head 100
3 Tomat TW
97.05 4
Bawang bombay 94.50
5 Tomat rianto
88.94 6
Paprika hijau 79.14
7 Jamur champ
91.51 8
Daun bawang 92.40
9 Lettuce romaine
88.54 10 Seledri
96.77 Tingkat efisiensi 100 pada tabel hasil perhitungan tingkat efisiensi berarti
bahwa tingkat efisiensi tersebut adalah tingkat efisiensi relatif terbaik dari sepuluh komoditas yang dibandingkan dan bukan tingkat efisiensi yang absolut. Berdasarkan
hasil perhitungan efisiensi kinerja PT Saung Mirwan pada sepuluh komoditas semester 2 tahun 2011, hanya ada dua komoditas yang kinerjanya efisien yaitu caysin
dan Lettuce head karena menunjukkan nilai 100, sedangkan kinerja delapan
komoditas lainnya tidak efisien karena nilainya di bawah 100. Namun, dari delapan komoditas yang tidak efisien tersebut, paprika hijau mempunyai nilai terendah yaitu
sebesar 79.14. kinerja tersebut masih dapat ditingkatkan lagi dengan membuat target baru dari perusahaan karena tingkat efisiensi tersebut adalah tingkat efisiensi
relatif. Untuk melihat metrik kinerja apa saja yang belum optimal pada paprika hijau, dapat dilihat pada Gambar 28.
Gambar 28. Reference comparison antara paprika hijau dan caysin Grafik reference comparison menunjukkan perbandingan nilai input dan nilai
output pada komoditas yang memiliki kinerja terendah dengan komoditas yang memiliki kinerja 100. Gambar 28. menunjukkan reference comparison antara
paprika hijau dengan caysin pada semester 2 tahun 2011. Grafik tersebut menunjukkan bahwa komoditas caysin mempunyai nilai input yang lebih rendah pada
persediaan harian, siklus cash-to-cash, dan biaya SCM. Komoditas caysin juga menghasilkan nilai output yang lebih besar pada presentase kesesuaian dengan
standar mutu dan presentase pemenuhan pesanan. Tindakan yang dapat dilakukan pada komoditas yang belum mencapai kinerja
yang maksimal, adalah meningkatkan nilai outptnya dan menurunkan nilai inputnya. Tabel 17.
Tabel 17. Peningkatan output dan penurunan input pada komoditas paprika hijau PT Saung Mirwan semester 2 tahun 2011
Sebelum Peningkatan Sesudah
Input Persediaan harian hari
3 -41.53
2 Siklus cash-to-cash hari
12 -29.6
10 Biaya SCM Rpkg
6900 -56.53
3000 Output
Kesesuaian dengan standar mutu 64
35.22 86
Pemenuhan pesanan 64
35.22 86
Hal yang dapat dilakukan agar paprika hijau dapat mencapai kinerja 100 adalah dengan menurunkan input persediaan harian menjadi 2 hari. Hal yang dapat
dilakukan adalah perusahaan mengurangi persediaan harian. Siklus cash-to-cash juga harus diturunkan menjadi 10 hari untuk mencapai tingkat efisiensi 100. Hal yang
dapat dilakukan perusahaan adalah customer industri membayar lebih cepat produk yang sudah diterima. Selain itu biaya SCM juga harus diturunkan menjadi Rp
3.000kg dengan cara mengurangi biaya pengadaan. Selain menurunkan ketiga nilai input, perusahaan juga harus meningkatkan nilai output untuk mencapai efisiensi
100. Nilai output yang harus ditingkatkan yaitu kesesuaian dengan standar mutu dan pemenuhan pesanan menjadi 86. Hal ini berarti perusahaan harus
meningkatkan pengirimian sayuran sesuai dengan jumlah dan mutu yang diminta oleh pelanggan.
4.10 Implikasi Manajerial