9
1. Bagaimana akibat hukum pembubaran koperasi yang diputus pailit oleh Pengadilan Niaga?
2. Bagaimana menurut hukum pembagian harta koperasi dalam likuidasi?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang tujuan dari penelitian tesis ini berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas adalah :
1. Untuk mengetahui akibat hukum pembubaran koperasi yang diputus pailit oleh Pengadilan Niaga.
2. Untuk mengetahui bagaimakah menurut hukum pembagian harta koperasi dalam likuidasi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam tesis ini selain memiliki manfaat teoritis juga memiliki manfaat praktis sesuai dengan tujuan penelitian ini. Manfaat penelitian ini :
1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
perkembangan ilmu hukum khususnya hukum koperasi tentang akibat hukum pembubaran koperasi serta pembagian harta koperasi dalam likuidasi.
2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada penegak hukum
dan pembuat peraturan perundang undangan dan memberikan masukan bagi penyempurnaan pranata hukum koperasi khususnya tentang pembubaran
koperasi dan likuidasipenyelesaian.
Universitas Sumatera Utara
10
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang didapat tanggal 25 Juli 2012 dari penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara ternyata penelitian tentang “
Analisis Yuridis Tentang Pembubaran Dan Likuidasi Penyelesaian Atas Pailitnya Koperasi tidak ada ditemukan judul yang sama maka penelitian ini adalah asli dan
dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Suatu teori merupakan seperangkat konstruk konsep, batasan , dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci
hubungan-hubungan variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala itu.
32
Tujuan utama teori adalah menjelaskan atau memperkirakan agar masalah yang dikaji mudah dipahami. Umumnya kekuatan suatu teori terletak pada kemampuannya
untuk membawa banyak pemikiran dan informasi mengenai suatu problem khusus atau seperangkat problem dan dengan demikian melampaui pemikiran yang tidak
sistematis didalam detail dan ketepatan untuk pembentukan dan manipulasi konsep berikutnya.
33
Teori hukum adalah pengertian hukum, bukan istilah istilah hukum, karena pengertian hukum itu sama, sedangkan untuk menyebut pengertian hukum
yang sama bisa digunakan istilah yang berlainan
34
dengan kata lain “teori hukum”
35
pada hakikatnya suatu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan berkenaan
32
Khudzaifah Dimiyati, Teorisasi Hukum Studi Tentang Perkembangan Pemikiran Hukum di Indonesia 1945-1990 [ Yogyakarta: Gajah Mada University,1990], hlm,14. Dikutip dari bukunya Fred N Kerlinger, The
Foundation of Behavioral Research, Third Edition, 1986,by Holt, Reinhart and Winston Inc, diterjemahkan oleh Landung R Simatupang,.
33
Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi, [Jakarta : Erlangga,1986] , hlm,3.
34
Ahmad Rustandi, Resfonsi Filsafat Hukum [ Bandung: Armiko,1984], hlm, 20.
35
Khudzaifah Dimiyati, Op. Cit, hlm 42 dikutip dari J.J. H. Bruggink, Refleksi tentang Hukum ,
Pengertian-Pengertian Dasar dalam Teori Hukum, [Bandung: Citra Aditya Bakti,1996], hlm, 159-160.
Universitas Sumatera Utara
11
dengan sistem konseptual aturan-aturan dan putusan-putusan hukum dan sistem tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan. Dalam persepsi Karl Raimund
Popper
36
suatu teori harus bersifat praktis dan berguna dalam pemecahan masalah. Hukum akan terbentuk, apabila suatu teori telah diuji dan telah diterima oleh
kalangan ilmuan, sebagai suatu yang benar dalam keadaan-keadaan tertentu.
37
Dengan teori hukum tidak akan berhenti pada rumusan teks-teks hukum. Ia akan bergerak lebih jauh pada konteks dibalik teks tersebut
38
sehingga teori hukum itu berusaha untuk menjelaskan mengapa teks atau pasal pasal
hukum saling berhubungan, apa maksud, tujuan dan untuk kepentingan siapa pasal tersebut dibuat.
Pada pendekatan analitis, berbagai peraturan perundang-undangan koperasi dianalisa diuraikan sebagai peraturan pelaksana struktur koperasi yang khas,
masalah yang aktual dan kemudian ketentuan-ketentuan apa yang ditawarkan oleh pembentuk undang-undang untuk memecahkan masalah ini.
39
Tesis ini menganalisis secara hukum tentang akibat hukum pembubaran dan likuidasi atas koperasi dengan menggunakan:
1. Teori tentang pribadi hukum “The juristic person”.
40
2. Teori kewajiban dan hak kolektif.
41
3. Teori tanggungjawab.
42
36
Ibid, hlm, 44. Dikutip buku Lili Rasjidi, Op. Cit, hlm, 29.
37
Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum [Jakarta: UI Press, 2010] , hlm, 127.
38
Bernard L.Tanya , dkk Teori Hukum Stategi Manusia Lintas Ruang dan Generasi [ Genta Publishing, 2010], hlm, 8.
39
Hans.H. Munkner, Hukum Koperasi , Alih bahasa Abdulkadir Muhammad , [Bandung: Alumni, 1987 ], hlm, 3.
40
Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, [ Jakarta: Konstitusi Press, 2012] , hlm, 76.
41
Ibid, hlm 80.
42
Ibid, hlm 61.
Universitas Sumatera Utara
12
4. Teori perjanjian agreement theory atau teori persetujuan approval theory.”
43
Bahwa setiap legal person pada dasarnya “juristic person”
44
yang mempunyai kewajiban dan hak serta tanggungjawab hukum liablity. Kasus tipikal
dari juristic person dalam arti sempit adalah suatu korporasi corporation.
45
Untuk mencari landasan teoritis dari badan hukum dalam memahami badan hukum sebagai pribadi hukum “The juristic person”
kita dapat melihat badan hukum rechtperson bertindak sebagai subjek hukum seperti halnya manusia
natural person. Terdapat beberapa teori mengenai badan hukum antara lain: 1. Teori Fiksi yang dikemukakan oleh Friedrich Carl von Savigny dan Opzomer.
Bahwa adanya badan hukum merupakan suatu abstraksi, bukan merupakan suatu hal yang konkrit.
46
2. Teori Organ yang leer der volledige reliteit ajaran realitas sempurna dikemukakan oleh Otto von Gierke. Badan hukum seperti halnya manusia
memiliki alat kelengkapan. Maka suatu badan hukum harus memiliki organ- organ penunjangnya sendiri.
47
3. Teori kekayaan bersama berasal dari Rudolf von Jhering.Menurut teori ini badan hukum sebenarnya adalah
kumpulan manusia
yang memiliki
kepentingan bersama.
48
43
T ri Budiyono, Hukum Perusahaan : Telaah Yuridis terhadap Undang Undang No.40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas,[Salatia: Griya Media, 2011], hlm,235.
44
Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’at oc.Cit, dikutip dari Kelsen , Pure Theory, hlm, 174 -176.
45
Ibid, hal 77. Lihat Kelsen, Introduction , hlm, 96.
46
Chidir Ali, Badan Hukum, [Bandung: Alumni, 1987], hlm, 31-32
47
Ibid, hlm 32-33
48
Ibid, hlm 34
Universitas Sumatera Utara
13
4. Teori Kekayaan bertujuan collectiviteit theori yang dikemukakan oleh A. Brinz. Dikatakan bahwa kekayaan badan hukum itu tidak terdiri dari hak-hak
sebagaimana lazimnya. Kekayaan dipandang sebagai wewenang terlepas dari yang memegangnya. Yang penting bukan siapakah badan hukum itu, tetapi
kekayaan itu diurus dengan tujuan tertentu.
49
5. Teori kanyataan yuridis Juridische realiteit. Teori dikekmukakan oleh E.M.Meijers dan dianut oleh Paul Scholtel. Badan hukum itu merupakan
suatu realitas, konkrit, riil walaupun tidak dapat diraba, bukan hayal tetapi suatu kenyataan yuridis.
50
Berdasarkan doktrin mengenai badan hukum, bahwa sesuatu lembaga atau badan disebut sebagai badan hukum, apabila memiliki unsur-unsur antara lain:
51
a. Adanya harta kekayaan yang terpisah. b. Mempunyai tujuan tertentu.
c. Mempunyai kepentingan sendiri. d. Adanya organisasi yang teratur.
Menurut Pasal
1653 selain
perseroan perrdata
sejati, perhimpunan-
perhimpunan orang orang sebagai badan hukum diakui undang-undang. Perkumpulan yang dimaksud pasal 1653 tersebut diatas adalah apa yang kita kenal sebagai badan
hukum
52
atau juristic person dan yang dapat dikategorikan sebagai subjek hukum yaitu:
53
1. Badan hukum yang didirikan oleh pemerintah
49
Ibid, hlm 34-35
50
Ibid, hlm 35
51
Ali Rido, Badan Hukum dan kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf [Bandung: Alumni, 1986].hlm.50
52
Anjar Panca W, Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay, Op.Cit, hlm 76.
53
Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’at Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
14
2. Badan hukum yang diakui keberadaanya 3. Badan hukum yang diperbolehkan atau diijinkan keberadaanya; dan
4. Badan hukum yang didirikan dengan maksud tertentu oleh siapa saja. Pendapat lain yang mengatakan “alasan utama korporasi diakui sebagai legal
person adalah karena fakta bahwa pertanggungjawaban delik perdata yang dilakukan oleh korporasi pada prinsipnya terbatas pada kekayaan korporasi itu sendiri”.
54
Pendapat ini hampir sama dengan teori propriete collective yang mengatakan hak dan kewajiban badan hukum itu pada hakekatnya adalah hak dan kewajiban anggota
bersama sama yang merupakan korporasi, badan hukum yang mempunyai anggota.
55
“Perkumpulan koperasi diartikan perkumpulan perkumpulan orang orang, dimana anggota anggota dileluasakan masuk atau keluar, dan bertujuan untuk
memperbaiki kepentingan kebendaan materiil para anggota dengan jalan bersama-sama menyelenggarakan usaha mendapat bahan bahan untuk
keperluan hidup atau keperluan perusahaan bersama, maupun mengusahakan uang panjar atau kredit.”
56
“Bahwa korporasi sebagai juristic person memiliki hak relatif atau absolut berarti bahwa individu tertentu atau sejumlah individu tertentu
diwajibkan oleh hukum negara atas suatu perbuatan tertentu terhadap korporasi dan jika kewajiban
tidak dipenuhi, suatu sanksi akan dieksekusikan berdasarkan tuntutan yang dibawa oleh korporasi.”
57
“Hak tidak dilaksanakan oleh individu berdasarkan keinginan mereka, tetapi berdasarkan ketentuan korporasi. Mereka memiliki hak tetapi dalam
arti hak kolektif”.
58
54
Ibid
55
Ali Rido, Hukum Dagang Tentang Aspek-aspek Hukum Dalam Asuransi Udara dan Perkembangan Perseroan Terbatas [ Bandung: Remadja Karya, 1984 ], hlm. 34.
56
Sularso, E.D. Manik, Peraturan dan Perundang Undangan Koperasi Indonesia,[ Jakarta: Dwi Segera, 1981] hlm, 9.
57
Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’at Loc.Cit.
58
Ibid
Universitas Sumatera Utara
15
Menurut Bentens, “teori hak merupakan suatu aspek dari deontologi teori kewajiban karena hak tidak dapat dipisahkan dari kewajiban. Bila suatu hak bagi
seseorang, maka sebenarnya tindakan yang sama merupakan kewajiban bagi orang lain.”
59
“Kewajibannya adalah pada individu tertentu. Tetapi pada saat individu ini ditentukan oleh aturan parsial yang membentuk korporasi, dan sejak individu
ini harus
melaksanakan kewajiban
sebagai organ
korporasi maka
dimungkinkan mengimputasi kewajiannya pada korporasi dan menyebutnya sebagai kewajiban korporasi. Fakta bahwa korporasi memiliki kewajiban
memperhatikan perbuatan tertentu juga bahwa berarti jika kewajiban tidak dipenuhi, suatu sanksi dapat dikenakan terhadap kekayaan korporasi”
60
Satu perjanjian yang dibuat para pihak menimbulkan hak dan kewajiban serta mengikat bagi mereka yang membuatnya. “Hak kontraktual contractual right,
mengikat individu-individu yang membuat kesepakatan kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing kontrak.” Pandangan tentang perusahaan
sebagai nexus of contract dikemukakan oleh Armen Alchian dan Harold Demsetz.
61
“Pada dasarnya teori kontrak menyatakan bahwa perusahaan merupakan rangkaian kontrak diantara paktor produksi. Meskipun setiap individu memiliki kepentingan
pribadi, sebagai tim mereka juga solit sebagai kesatua yang mengalami kompetisi dengan tim lain.”
62
Koperasi sebagai Pribadi Hukum “The Juristic Person” yang mempunyai hak dan kewajiban diperlukan suatu “peristiwa” yang oleh hukum dihubungkan
sebagai suatu akibat. Jadi hak pada pihak yang satu berakibat timbulnya kewajiban pada pihak yang lain. Koperasi sebagai legal person mempunyai hak dan kewajiban
59
Teori Etika, [Staaf.uny.ac.idsites], diaksek tanggal 15 Oktober 2012
60
Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’at Op.Cit. hlm. 81. Dikutip dari kelsen, General Teori, Op.cit, hlm 101-102.
61
A. Prasetyantoko, Op.Cit, hlm, 26.
62
Ibid
Universitas Sumatera Utara
16
serta tanggungjawab yang telah diatur oleh hukum. “Hak dan
kewajiban ini
merupakan kewenangan yang diberikan kepada seseorang oleh hukum.”
63
Hak itu tertuju kepada orang lain, yaitu yang menjadi pemegang kewajiban. Antara hak dan
kewajiban terdapat hubungan yang korelatif.
64
Kewajiban publik adalah yang berkorelasi dengan hak-hak publik seperti kewajiban memenuhi hukum pidana.
Kewajiban perdata adalah korelatif dari hak-hak perdata, seperti kewajiban yang timbul dari perjanjian.
65
Tanggung jawab liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab yang pasti, yang
bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang
menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang.
66
“Prinsip tanggungjawab berarti bahwa orang-orang yang memutuskan untuk bergabung dengan maksud untuk
saling tolong-menolong pada waktu yang sama juga sepakat untuk menerima tanggungjawab, resiko, kerugian-kerugian dan kewajiban-kewajiban yang timbul dari
usaha itu”.
67
“Suatu konsep yang terkait dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggungjawab hukum liability. Seseorang yang bertanggungjawab secara
hukum atas perbuatan tertentu bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatannya bertentanganberlawanan hukum. Sanksi dikenakan deliquet,
karena perbuatannya sendiri yang membuat orang tersebut bertanggungjawab.”
68
63
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, [Yogyakarta: Liberty, Cet ke 2, 2005], hlm,42.
64
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum,[Bandung: PT Citra Aditya Bakti, cet keV, 2000], hlm,55.
65
Jimly Asshiddiqie, Ali Safa’at, Op.Cit, hlm, 60.
66
Sonny Tabelo Manyawa, Teori Pertanggunggjawaban [http:sonny-tobelo.blogspot.com ] diakses tanggal 5 Januai 2013,
dikutip, Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi, [Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia 2006], hlm. 73-79
67
Hans Munkner, Op.Cit .hlm, 8
68
Jimly Asshiddiqie, Ali Safa’at, Op.Cit hlm 65,dikutip dari Kelsen General Teori, hlm 65, Kelsen, Pure Theori, hlm 119-123
Universitas Sumatera Utara
17
Mengenai persoalan pertanggungjawaban pejabat menurut Kranenburg dan Vegtig ada dua teori yang melandasinya yaitu:
69
a. Teori fautes personalles, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap
pihak ketiga dibebankan kepada pejabat yang karena tindakannya itu telah menimbulkan kerugian. Dalam teori ini beban tanggung jawab ditujukan pada
manusia selaku pribadi.
b. Teori fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap
pihak ketiga dibebankan pada instansi dari pejabat yang bersangkutan. Menurut teori ini tanggung jawab dibebankan kepada jabatan. Dalam penerapannya,
kerugian yang timbul itu disesuaikan pula apakah kesalahan yang dilakukan itu merupakan kesalahan berat atau kesalahan ringan, dimana berat dan ringannya
suatu kesalahan berimplikasi pada tanggung jawab yang harus ditanggung.
Secara teori tradisional terdapat dua macam pertanggungjawaban yang dibedakan yaitu pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan base on fault dan
pertanggungjawaban mutlak absolut responsibility.
70
Koperasi yang berbadan hukum merupakan subjek hukum cakap untuk mempunyai kekayaan tersendiri yang terpisah dari kekayaan orang perseorangan,
sehingga baik pendiri maupun pengurus badan hukum tersebut statusnya hanya merupakan salah satu organ dari badan hukum tersebut.
71
Calvert memberi defenisi koperasi sebagai organisasi orang orang yang hasratnya dilakukan oleh manusia atas
dasar kesamaan untuk mencapai tujuan ekonomi masing masing,
72
dan menurut M. Iskandar Soesilo koperasi adalah perusahaan, dimana orang-orang berkumpul tidak
untuk menyatukan modal atau uang, melainkan sebagai akibat adanya kesamaan kebutuhan dan kepentingan ekonomi,
73
dengan demikian koperasi bersifat suatu kerjasama antara orang orang yang tergolong kurang mampu dalam hal kekayaan
69
Sonny Tabelo Manyawa,
Op.Cit dikutip
dari Ridwan
H.R.,Hukum Administrasi
Negara,[Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006], hlm. 365.
70
Jimly Asshiddiqie, Ali Safa’at, Loc.Cit, dikutip, Kelsen Pure Theory, Op.Cit, hlm 119-123.
71
Ibid
72
M. Iskandar Soesilo, Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia Corak Perjuangan ekonomi Rakyat dalam Mnggapai Sejahtera Bersama, [Jakarta : PT. Wahana Semesta Intermedia, 2008], hlm,3.
73
Ibid, hlm, 4.
Universitas Sumatera Utara
18
“kleine luiden” yang ingin bersama meringankan beban hidup atau beban kerja
74
. Senada dengan pendapat ini koperasi selain bentuk perkumpulan juga merupakan
bentuk perusahaan bedriijf .
75
Koperasi sebagai badan hukum secara tegas disebutkan dalam Stb. 91 Tahun 1927, Stb. 108 Tahun 1933, Stb. 179 Tahun 1949,
UU No. 79 Tahun 1958
76
, UU No. 12 Tahun 1967
77
, UU No. 25 Tahun 1992
78
dan Pasal 1 angka 1 UU No. 17 Tahun 2012 Koperasi adalah badan hukum yang didirikan
oleh orang perorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usahanya, yang memenuhi aspirasi dan
kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial dengan nilai dan prinsip koperasi. Timbulnya suatu kewajiban koperasi sebagai pribadi hukum juristic person
oleh karena diperoleh suatu hak yang membebani syarat untuk memenuhi kewajiban atau berdasarkan suatu perjanjian yang telah disepakati atau adanya kesalahan
maupun kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi orang lain sehingga koperasi wajib membayar ganti rugi, atau karena telah menikmati hak tertentu yang harus
diimbangi dengan kewajiban tertentu. Dalam pengertiannya sebagai penyandang hak dan kewajiban, badan hukum dapat digugat ataupun menggugat di pengadilan, jadi
keberadaannya dan ketidakberadaannya tidak digantungkan kepada kehendak pendiri atau anggotanya melainkan pada sesuatu yang ditentukan oleh hukum.
79
74
Wiriyono Projodikoro, Hukum Perkumpulan Perseroan dan Koperasi di Indonesia [Jakarta: Dian Rakyat, 1969], hlm, 98.
75
Sigmun M.D, Koperasi Indonesia [ Jakarta: PT Inti Jndayu Press, 1988], hlm 7.
76
Pasal 2 ayat 2 UU No. 79 tahun 1958, badan hukum ialah badan badan koperasi yang telah memperoleh sifat koperasi menurut undang undang ini.
77
Pasal 39 UU No. 12 tahun 1967, Koperasi yang akta pendiriannya disahkan menurut ketentuan undang undang ini adalah badan hukum.
78
Pasal 9 UU No. 25 tahun 1992, Koperasi memperoleh satus badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh Pemerintah.
79
Gunawan Wijaya, Kartini Muljadi, Seri Hukum Perikatan Perikatan Yang Lahir Dari Undang Undang, Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada, 2003],hlm,181
Universitas Sumatera Utara
19
Hapusnya suatu kewajiban koperasi sebagai pribadi hukum juristic person karena koperasi dibubarkan, masa berlakunya telah habis dan tidak diperpanjang,
kewajiban telah dipenuhi oleh yang bersangkutan, hak yang melahirkan kewajiban telah dihapus, ketentuan undang-undang, kewajiban telah beralih atau dialihkan
kepada orang lain. Koperasi sebagai “badan hukum ada karena dibuat berdasarkan teori
perjanjian agreement theory maupun berdasarkan teori persetujuan approval theory.”
80
Perkumpulan dalam arti luas ada beberapa sarjana berpendapat bahwa sifat perkumpulan adalah perjanjian seperti yang diatur dalam Pasal 1313 KUH
perdata.
81
Dengan demikian koperasi sebagai badan hukum legal person yang didirikan berdasarkan dengan satu perjanjian antara anggota pendiri yang dituangkan
dalam akta pendirian koperasi dan dibuat dengan akta notaris dimana akta
pendiriannya disahkan menteri supaya memperoleh status badan hukum. Koperasi berbadan hukum adalah subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam
hubungan hukum. Koperasi sebagai subjek hukum dapat memiliki harta kekayaan yang berasal dari anggotanya dan harta yang bersumber dari pinjaman
82
dan khusus KSP dapat menghimpun dana dari anggota.
83
Koperasi yang tidak dapat mengembalikan modal pinjaman
tersebut sesuai dengan yang diperjanjian baik
seluruhnya atau sebagaian karena suatu alasan tertentu, maka koperasi wanprestasi sehingga koperasi akan diminta pertanggungjawabannya secara hukum untuk
80
Tri Budiyono, Tri, Hukum Perusahaan : Telaah Yuridis terhadap Undang Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Loc. Cit.
81
Chidir Ali, Op.Cit, hlm 132
82
Pasal 66 ayat 2 Huruf c UU No. 17 Tahun 2012 mengenai sumber modal pinjaman.
83
Pasal 89 huruf a UU No. 17 Tahun 2012. Dana yang dihimpun ini adalah merupakan hutang kewajiban KSP.
Universitas Sumatera Utara
20
membayar hutangnya. “Dengan demikian harta kekayaan menjadi objek tuntutan dari pihak ketiga yang mengadakan hubungan hukum dengan badan”
84
hukum koprasi. Koperasi sebagai debitur, mengabaikan atau mengalpakan kewajiban dan
karena itu melakukan cacat prestasi maka kreditornya dapat menuntut pemenuhan
prestasi dan ganti rugi.
85
Ketentuan mengenai ganti rugi dalam KUH Perdata diatur dalam Pasal 1243 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1252 KUH Perdata. Dari
ketentuan pasal-pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan ganti rugi adalah sanksi yang dapat dibebankan kepada debitor yang tidak memenuhi
prestasi dalam suatu perikatan untuk memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga.
86
Koperasi yang wanprestasi
87
atau tidak dapat melaksanakan prestasi membayar utangnya kepada krediturnya dapat digugat di pengadilan
88
dan apabila krediturnya lebih dari satu orang dapat dimohonkan pailit melalui Pengadilan Niaga.
Koperasi yang diputus pailit dan apabila harta koperasi tidak cukup untuk membayar biaya pailit, curator dapat mengusulkan kepailitan tersebut dicabut kembali,
89
dan
84
Ali Ridho, Badan Hukum dan kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,
Koperasi, Yayasan, Wakaf ,Op. Cit, hlm ,50
85
Sunarmi, Prinsip Keseimbangan Dalam Hukum Kepailitan di Indonesia A Critical Review on Bankkrupty Law: ards The Bankrupty Laws That Protect Creditor And Debitor Interest , [ Medan:
PT Sofmedia, Edisi 2, 2010],hlm,12
86
Hubungan-sebab-akibat-dan-sifat-melawan, [http:mamluatulrohmah.blogspot.]diakses
Tanggal 12 September 2012.
87
Bentuk dari wansprestasi bisa berupa empat kategori, yakni :Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya, Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang
dijanjikan, Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat,
Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
88
Dapat digugat di Pengadilan untuk 1.Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur ganti rugi. Ganti rugi seperti biaya, rugi dan bunga. 2.Pembatalan perjanjian atau pemecahan
Perjanjian..3. Peralihan resiko
89
Munir Fuady Hukum Pailit Dalam Teori Dan Praktek, Edisi Revisi Disesuaikan dengan UU NO. 37 Tahun2004, [Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005], hlm, 83
Universitas Sumatera Utara
21
kepailitan juga dapat di cabut atas anjuran hakim pengawas
90
maka koperasi tersebut wajib dibubarkan.
Tuntutan terhadap kewajiban koperasi sebagai debitur untuk melaksanakan prestasinya maka koperasi bertanggungjawab dengan seluruh harta kekayaannya baik
yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan baru ada di kemudian hari menjadi jaminan untuk segala perikatan debitor pasal
1131, 1133 KUH Perdata.
91
Pasal 1132 KUH Perdata menyebutkan harta kekayaan debitor menjadi agunan bersama bagi semua keditornya
hasil penjualan harta kekayaan itu dibagi bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut perbandingan besar
kecilnya tagihan masing masing kreditor, kecuali apabila ada diantara para kreditor itu terdapat alasan yang sah untuk didahulukan daripada kredior lain.
“Dikenal adagium yang disebut “missio in bona.” Arti dari adagium itu adalah bahwa harta kekayaan debitor dapat dijual untuk melunasi utang kepada
kreditornya venditio bonorum. Pembelinya bonorum emptor adalah seseorang yang memperoleh hak atas harta kekayaan debitor berdasarkan asas umum yang
berkaitan dengan pelunasan utang terhadap kekayaan debitor tersebut. Dari hasil penjualan harta kekayaan tersebut debitor akan melunasi utang – utangnya itu
secara proporsional sesuai dengan besarnya tagihan masing – masing kreditor.”
92
Pasal 1131 dan 1132 merupakan asas-asas tentang hak-hak si kreditor yaitu:
93
1. Apabila debitur tidak membayar utangnya dengan sukarela atau tidak membayarnya, walaupun telah ada putusan pengadilan yang menghukumnya
supaya melunasi hutangnya atau karena tidak mampu membayar seluruh utangya maka semua harta bendanya disita untuk dijual dan hasil penjualan itu
dibagi bagi antara semua kreditornya “ponds-ponds gewijze” artinya menurut perimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing masing kreditor
90
Ibid, Lihat Pasal 18 UU NO 37 Tahun 2004
91
Ibid
92
Irwan, Pembatalan Pailit, [Lontar
.ui.ac.id] hlm 2 diakses tanggal 25 Nopember 2012.
93
Kartono, Kepailitan dan Pengunduran Pembayan, [Jakarta: PT. Pradyna Paramita, 1985] hlm, 9.
Universitas Sumatera Utara
22
kecuali apabila diantara para kreditor itu ada alasan yang sah untuk didahulukan.
2. Semua kreditor mempunyai hak yang sama 3. Tidak ada nomor urut dari kreditor yang didasarkan atas timbulnya piutang
masing masing Koperasi yang memiliki lebih dari satu orang
kreditor dapat dimohonkan pailit melalui lembaga hukum kepailitan. Lembaga hukum kepailitan disediakan
untuk menyelesaikan utang piutang diantara debitor dan kreditor. Koperasi yang sudah diputus pailit oleh Pengadilan Niaga dan kepailitannya diangkat karena
berhenti membayar
insolvensi dapat
dibubarkan melalui
lembaga hukum
“Pembubaran dan Likuidasipenyelesaian.” Lembaga hukum pembubaran dan likuidasi ini disediakan untuk menyelesaikan hak dan kewajiban koperasi kepada para
kreditornya dan juga untuk mengakhiri status badan hukum koperasi. Jadi ada dua tujuan instrument pembubaran dan likuidasi yaitu untuk membagikan harta kekayaan
koperasi secara adil dan berimbang kepada seluruh kreditornya dan mengakhiri status badan hukum koperasi.
Menurut Sutan Remy Syahdeini tujuan kepailitan bankruptcy law adalah:
94
1. Menjamin pembagian yang sama terhadap harta kekayaan debitur diantara para kreditornya.
2. Mencegah agar debitur tidak melakukan perbuatan perbuatan yang dapat merugikan kepentingan para kreditor.
3. Memberikan Perlindungan kepada debitor yang beritikat baik dari para kreditornya, dengan cara pembebasan hutang.
Likuidasi dan kepailitan tujuannya sama yaitu untuk membereskan kewajiban debitor kepada kreditor dengan membagikan harta likuidasi atau harta pailit kepada
debitor, melindungi kepentingan kreditor, melindungi debitor yang beritikat baik.
94
Sutan Remi Syahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Undang Undang No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan ,[Jakarta: Grafiti, 2009] hlm, 28.
Universitas Sumatera Utara
23
Perbedaannya bahwa kepailitan adalah sita umum atas harta pailit debitor sedangkan likuidasi bukan sita umum atas harta likuidasi.
Pada umumnya undang-undang kepailitan atau bankrupty law berkaitan dengan “utang” debitor debt atau “piutang” atau “tagihan” kreditor claim.
95
Dari keseluruhan sumber dana KSP adalah simpanan dan utang koperasi. Menurut Pasal 1
angka 14 UU No 17 Tahun 2012 “Simpanan adalah sejumlah uang yang disimpan oleh anggota kepada koperasi simpan pinjam, dengan memperoleh jasa dari Koperasi
Simpan Pinjam sesuai perjanjian,” dan berdasarkan PP 9 Tahun 1995 simpanan
adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya kepada KSPUSP dalam bentuk tabungan dan simpanan koperasi
berjangka. Pengertian simpanan sebagaimana dinyatakan dalam PP tersebut simpanan merupakan utang KSPUSP, sementara itu terdapat jenis simpanan lain dari anggota
yang merupakan kekayaan bersih bagi KSPUSP, yaitu simpanan pokok dan simpanan wajib bagi KSP. Dalam UU No. 17 Tahun 2012 modal koperasi terdiri
dari modal awal bersumber dari setoran pokok dan sertifikat modal koperasi, modal yang bersumber dari hibah, modal penyertaan dan modal yang bersumber dari
pijaman. Modal pinjaman merupakan utang koperasi. Utang bisa dalam arti luas dan dalam arti sempit.
Menurut Setiawan: utang seogianya diberi dalam arti luas; arti kewajiban membayar sejumlah uang tertentu yang timbul karena ada perjanjian utang-
piutang dimana debitor telah menerima sejumlah uang tertentu dari kreditornya, maupun kewajiban pembayaran sejumlah uang tertentu yang
timbul dari perjanjian atau kontrak lain yang menyebabkan debitor harus membayar sejumlah uang tertentu.
96
95
Ibid, hlm, 71.
96
Ibid, hlm 87-88, Setiawan, dalam Lontoh dkk, 2001:117
Universitas Sumatera Utara
24
Utang timbul karenan perjanjian antara debitor dengan kreditor. Perjanjian melibatkan sedikitnya dua pihak yang saling memberikan kesepakatan diantara
mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub hak dan
kewajiban. Pihak yang berkewajiban memenuhi isi perjanjian disebut debitur,
97
sedangkan pihak lain yang berhak atas pemenuhan kewajiban itu disebut kreditur.
98
Pinjaman antara KSP dengan kreditur anggota koperasi, koperasi lain dan anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, pemerintah dan pemerintah daerah
dibuat dengan suatu perjanjian. Selain orang-perorangan, para pihak dalam perjanjian bisa juga terdiri dari badan hukum. Koperasi merupakan badan hukum yang dapat
menjadi salah satu pihak atau keduanya dalam perjanjian. Keduanya merupakan
subyek hukum, yaitu pihak-pihak yang dapat melakukan perbuatan hukum, pihak- pihak yang mengemban hak dan kewajiban. Segala perbuatan hukum dari badan akan
mengikat badan hukum itu sebagai sebuah entitas legal legal entity. Meskipun perbuatan badan hukum itu diwakili pemimpinnya pengurus koperasi namun
perbuatan itu tidak mengikat pemimpin badan hukum itu secara perorangan, melainkan mewakili perusahaan sebagai legal entity.
99
Sampai saat ini berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada yang mengatur perkoperasian, khususnya KSP, diatur dalam UU No 17 Tahun 2012
Tentang Perkoperasian Jo PP No. 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi Jo. Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha
97
Debitor adalah pihak yang yang berutang pada pihak lain yang dijanjikan akan di bayar kembali pada masa yang akan dating, Kreditor adalah pihak yang mempunyai pituang atau pihak yang
memberikan kredit atau memberikan utang pada pihak lain.
98
Dadang Sukandar, Pengertian dan Syarat Syarat Perjanjian,[ http:legalakses.com perjanjian], diakses tanggal 15 Maret 2013
99
Dadang Sukandar,
Pengertian dan
Syarat Syarat
Perjanjian,[ http:legalakses.
comperjanjian], diakses tanggal 15 Maret 2013
Universitas Sumatera Utara
25
Kecil dan Menengah RI Nomor 351KepMXII1998 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi, belum terdapat adanya pengaturan
secara khusus mengenai perlindungan maupun jaminan bagi kreditur dalam penyelesaian harta koperasi bila dibubarkan.
Koperasi sebagai legal person memiliki hak klaim, kepemilikan hak ini sama dengan hak klaim kolektif para anggota.
100
Jika legal person diwajibkan melaksanakan suatu tindakan tertentu, dan apabila tidak dilaksanakan maka
pelaksanaan penyelesaiannya bukan asset individu, tetapi asset kolektif mereka. Pasal 1661 KUH Perdata menyebutkan “para anggota badan hukum sebagai perseorangan
tidak bertanggungjawab atas perjanjian-perjanjian perkumpulannya. Semua utang perkumpulan itu hanya dapat dilunasi dengan harta benda perkumpulan.” Membatasi
penyelesaian asset asset kolektif individu-individu pembentuk komunitas yang berfungsi sebagai legal person
inilah yang disebut pembatasan tanggungjawab adalah karakter khusus legal person dalam hukum privat.
101
Pelaksanaan sanksi yang ditentukan oleh aturan hukum terhadap debitor yang gagal memenuhi kewajibannya
adalah untuk kepentingan semua yang mungkin menjadi kreditor atau setiap orang yang ingin aturan hukum dilaksanakan.
102
Demikian juga halnya jika koperasi
dikenakan sanksi pembubaran maka akan dilakukan perbuatan hukum likuidasi penyelesaian untuk memenuhi kewajibannya terhadap para kreditornya dan
anggotanya. Pembubaran perusahaan adalah bahwa suatu tindakan yang menyebabkan
perusahaan berhenti eksistensinya dan tidak lagi menjalankan binis untuk
100
Siwi Purwandari Penerjemah , Hans Kelsen, Pengantar Teori Hukum [Bandung: Nusa Media, 2010], hlm, 89.
101
Ibid , hlm, 90.
102
Jimly Asshiddiqie, M.Aali Safa’at, Op Cit, hlm, 68.
Universitas Sumatera Utara
26
selama lamanya,
diikuti dengan
proses pengadministrasiannya
berupa pemberitahuan, pengumuman dan pemutusan kerja dengan karyawannya.
Bubarnya perusahaan ini, baik dengan proses likuidasi secara keseluruhan dengan dilakukan pemberesan atau dengan proses likuidasi tanpa proses
pemberesan sama sekali.
103
Koperasi sebagai badan hukum tidak dapat didirikan atau berdiri dan kemudian bubar atau dibubarkan. Mendirikan dan membubarkan koperasi harus melalui
prosedur tertentu dan ada peraturan peraturan yang harus diperhatikan. Misalnya ada pembubaran koperasi harus dijalankan dan diselesaikan menurut
peraturan yang ada dan berlaku. Jadi membubarkan koperasi tidaklah semudah membubarkan usaha kerjasama secara tradisional atau gotong royong.
104
Menurut Pasal 1663 KUH Perdata menyebutkan “badan hukum tetap berdiri sampai pada saat dibubarkannya secara tegas menurut akta pendirian, reglemen atau
perjanjian atau pada saat berhentinya pengejararan tujuan badan hukum.” Koperasi yang dibubarkan menurut tata cara yang diatur dalam peraturan perundang undangan
harus diselesaikan semua yang menyangkut hak dan kewajiban badan hukum koperasi sebelum status badan hukumnya hapus dengan melakukan likuidasi koperasi
atau penyelesaian pembubaran.
105
Pasal 1165 KUH Perdata menyebutkan bila terjadi pembubaran badan hukum maka para anggota yang masih ada atauanggota yang tingal satu satunya wajib
membayar utang-utang badan hukum dengan kekayaan badan hukum itu, dan hanya sisa kekayaan itu yang boleh mereka bagi antara mereka dan mereka
serahkan kepada ahli waris mereka.
Pembubaran koperasi adalah merupakan tindakan hukum, jadi akibat hukum dari pembubaran
adalah akibat dari tindakan hukum pembubaran. Pembubaran
103
Munir Fuady , Perseroan Terbatas Paradigma Baru [ Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2003 ], hlm 178
104
Sagimun, M.D, Koperasi Indonesia , [Jakarta : CV Haji Masagung, 1985 ], hlm ,6.
105
Lihat pasal 106 UU No. 17 Tahun 2012
Universitas Sumatera Utara
27
koperasi merupakan suatu perbuatan hukum yang akibatnya “diatur oleh hukum, karena akibat itu bisa dianggap sebagai kehendak dari yang melakukan hukum.”
106
Pembubaran koperasi wajib diikuiti likuidasi penyelesaian.Yang dimaksud dengan pembubaran adalah penghentian kegiatan badan hukum koperasi sebagai
akibat berakhirnya tujuan koperasi. Elips dalam kamus ekonominya mengartikan liquidation
sebagai pembubaran
perusahaan diikuti
proses penjualan
harta perusahaan, penagihan piutang, pelunasan utang serta penyelesaian sisa harta atau
utang antara pemegang saham
107
. Likuidasi perusahaan adalah keseluruhan proses penutupan dan pengakhiran perusahaan dari awal proses sampai selesai, baik
pengakhiran bisnis maupun pengakhiran badan hukum termasuk proses pembubaran dan penutupan perusahaan,
pemberesan dan penyelesaian administratif dari pemberesannya.
108
Untuk melaksanakan penyelesaian likuidasi ditunjuk likuidator.” Likuidator
adalah orang yang ditunjuk atau diangkat menjadi penyelenggara likuidasi.
109
Pada dasarnya yang dilakukan likuidator sama dengan yang dilakukan oleh pengurus koperasi dalam keadaan koperasi nomal tidak dalam dalam rangka
pembubaran.
110
Salah satu akibat hukum pembubaran harus dilakukan penyelesaianlikuidasi atas hak dan kewajiban koperasi. “Akibat hukum ialah suatu akibat tindakan yang
106
R. Soeroso, Penagantar Ilmu Hukum, [Jakarta: Sinar Grafika, 2000], hlm, 291
107
M. Hadi Shubhan, Op.Cit, hlm, 64 dalam Elipsi 1997, dikutip dari Kamus Hukum Ekonomi, Penerbit Proyek Elips, Jakarta, h. 105.
108
Munir Fuady , Perseroan Terbatas Paradigma Baru, [Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003], hlm, 104.
109
Tri Budiyono, Tri, Hukum Perusahaan : Telaah Yuridis terhadap Undang Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Op. Cit, hlm 236.
110
Ibid, hlm, 238. Pada dasarnya yang dilakukan likuidator sama dengan yang dilakukan oleh direksi perseroan dalam keadaan perseroan nomal tidak dalam dalam rangka pembubaran.
Universitas Sumatera Utara
28
dilakukan suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan diatur oleh hukum.”
111
Akibat pembubaran dilaksanakan pemberesan dan pembagian atau pendistribusikan harta koperasi dalam likuidasi didasarkan pada pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata
dengan menggunakan: 1. Prinsip paritas creditorium kesetaraan kedudukan para kreditor.
2. Prinsip pari passu pro rata parte. 3. Prinsip structured pro rata atau yang disebut juga dengan istilah structured
creditors. 4. Prinsip debt collection debt collection principle.
Dalam UU No. 37 Tahun 2004 yang dapat dimohonkan pailit adalah orang perseorangan atau korporasi termasuk korporasi yang berbadan hukum maupun
bukan badan hukum.
112
Namun dalam likuidasi yang dapat dibubarkan adalah badan hukum yang ditunjuk oleh undang-undang sebagai badan hukum, baik badan hukum
berbentuk yayasan, perseroan terbatas dan koperasi.
113
Koperasi yang statusnya sebagai badan hukum, segala perbuatan pengurus atas nama perusahaan dengan itikat
baik yang bertanggungjawab adalah lembaganya atau perusahaanya.
114
Prinsip dasar pembagian asset koperasi dibagikan kepada kreditor separatis, kreditor preference, kreditor konkuren koperasi dan apabila ada sisa lalu dibagikan ke
yang lain sesuai dengan jumlah utang pada mereka
115
oleh likuidator liquidateur,
111
Ibid, hlm,295.
112
UU Nomor 37 tahun 2004 pasal 1 angka 11
113
Yang ditujuk secara tegas sebagai badan adalah dalam UU No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan UU No. 17 Tahun 2012 Tentang
Perkoperasian.
114
Gatot Supramoto, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek Dalam Gugatan Perdata di Pengadilan,[ Jakarta: PT. Rineka Cipta 2007 ] hlm, 136.
115
Seri Intisari Manajemen Keuangan Inti Pemikiran Teori Manajemen dari A hingga Z, hlm.135.
Universitas Sumatera Utara
29
liquidator yaitu orang yang ditunjuk atau diangkat menjadi penyelenggara likuidasi.
116
Likuidasi penyelesaian dilakukan oleh badan pengurus koperasi yang bertindak sebagai likuidator, kecuali jika ditentukan undang undang koperasi,
anggaran dasar atau keputusan rapat anggota memberikan persetujuan kepada orang lain sebagai likuidator.
117
Menurut H.M.N. Purwosutjipto,SH penyelesaian dapat disistematisir sebagai berikut:
118
1. Menginventarisir semua harta kekayaan koperasi. 2. Melakukan penagihan kepada para debitur koperasi.
3. Menetapkan sejumlah uang sebagai tanggungan masing masing anggota serta bekas anggota.
4. Membayar utang koperasi, termasuk biaya penyelesaian. 5. Menggunakan sisa kekayaan koperasi sesuai dengan ketentuan yang ada.
6. Menetapkan siapa yang berkewajiban untuk menyimpan arsip koperasi. 7. Membuat laporan kepada para pejabat.
2. Konsepsi
Konsepsi merupakan
pedoman operasional
yang akan
memudahkan pelaksanaan proses penelitian.
“Di dalam penelitian hukum normatif maupun sosiologis atau empiris dimungkinkan untuk menyusun kerangka konsepsional yang didasarkan atau
diambil dari peraturan perundang-undangan tertentu. Biasanya kerangka konsepsional tersebut, sekaligus merumuskan definisi-definisi tertentu , yang
dapat dijadikan pedoman operasional di dalam proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan konstruksi data”.
119
Untuk memperoleh penjelasan yang relevan bagi pemahaman pengkajian ilmiah di dalam penulisan tesis ini, maka terdapat istilah-istilah yang dijumpai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
116
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas,Jakarta [Jakarta: Sinar Grafika, 2009], hlm, 556.
117
Hans .H.Munkner, 10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law[ Jakarta: Rekadesa, 2012], hlm, 184.
118
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Pokok Hukum Dagang 2 Bentuk Bentuk Perusahaan ,[Klaten: Intan Sejati, 2005], hlm, 231.
119
Soerjono Soekamto, Op.Cit, hlm, 137.
Universitas Sumatera Utara
30
1. Analisis yuridis. Dalam analisis yuridis itu bahan bahan hukum dipelajari isinya,
120
atau bagian pasal pasal dari undang-undang koperasi ditafsirkan sebagai pernyataan dari prinsip koperasi.
2. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai
modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan
prinsip koperasi.
121
3. Badan hukum adalah perkumpulan orang organisasi, dapat melakukan perbuatan hukum rechtshandeling dalam hubungan-hubungan hukum
rechtsbetrekking, mempunyai harta kekayaan sendiri, mempunyai pengurus, mempunyai hak dan kewajiban, dapat digugat dan dapat menggugat di depan
pengadilan.
122
4. Pembubaran adalah suatu tindakan yang menyebabkan perusahaan berhenti dan tidak lagi menjalankan bisnis untuk selama lamanya, diikuti proses
administrasinya berupa
pemberitahuan, pengumuman
dan pemutusan
hubungan kerja dengan karyawannya.
123
5. Pemberesan suatu tindakan yang dilakukan dalam suatu proses likuidasi untuk mendata dan menjual atau mencaikan asset asset dalam perusahaan likuidasi
untuk kemudian hasilnya dibagi bagikan kepada pihak pihak yang berhak.
124
120
Theo Huijbers, Filsafat hukum Dalam Lintasan Sejarah,[Yogyakarta: Kanisius,1982],hlm, 131
121
Pasal 1 angka 1 UU No. 17 Tahun 2012
122
Chidir Ali, Op.Cit, hlm 21.
123
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Pradigma Baru, Op.Cit, hlm 178
124
Ibid ,hlm, 179.
Universitas Sumatera Utara
31
6. Likuidasi liquidation pendistribusian asset perusahaan setelah usaha terhenti atau proses, diawali dengan pembubaran dandiikuti dengan pemberesan.
125
Menurut Sutan Remy Sjahdeini, “Likuidasi adalah tindakan pemberesan terhadap harta kekayaan atau aset aktiva dan kewajiban-kewajiban pasiva
suatu perusahaan sebagai tindak lanjut dari bubarnya perusahaan.
126
7. Pailit adalah
suatu keadaan
dimana seseorang
yang oleh suatu
pengadilan dinyatakan bankrupt dan yang aktivanya atau warisannya telah diperuntukkan untuk membayar
utang-utangnya
127
atau keadaan dimana
debitor dalam keadaan berhenti membayar hutang dikarenakan tidak mampu. 8. Tanggung jawab hukum adalah suatu konsep yang terkait dengan konsep
kewajiban hukum. 9. Akibat hukum
128
ialah segala akibatkonsekuensi yang terjadi dari segala
perbuatan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum terhadap objek hukum ataupun akibat-akibat lain yang disebabkan oleh kejadian-kejadian tertentu
yang oleh hukum yang bersangkutan sendiri telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum.
129
125
Mariam Darus Badulzaman, Aneka Hukum Bisnis, [Bandung: Alumni,1994.], hlm, 124.
126
Yeny Abdullah, Beberapa Defenisi Terkait Likuidasi, http:yenaset.wordpress. Com ], diakses tanggal 16 Maret 2016
127
Jeany Tabita, Pengertian dan Syarat Kepailitan [ http:www.hukumkepailitan.co Pailit menurut Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan ] diakses tanggal 20 Oktober 2012
128
Akibat hukum ialah suatu akibat tindakan yang dilakukan untuk memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh hukum. Dikutip dari R. Soeroso, Op. Cit, hlm 295.
129
Ika Agustini, Pengertian subjek hukum, objek hukum, dan akibat hukum [http:ikaagustini. blogspot.com], diakses tanggal 15 Maret 2013
Universitas Sumatera Utara
32
10. Pengurusan adalah menginventarisasi, menjaga dan memelihara agar harta pailit atau likuidasi tidak berkurang dalam jumlah, nilai dan bahkan bertambah dalam
jumlah dan nilai.
130
11. Pemberesan merupakan salah satu tugas yang dilakukan oleh kurator terhadap pengurusan harta debitor pailit, dimana pemberesan baru dapat dilakukan setelah
Debitor pailit benar-benar dalam keadaan tidak mampu membayar insolvensi setelah adanya putusan pernyataan pailit.
131
G. Metode Penelitian 1.
Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian pada dasarnya adalah “suatu upaya pencarian ” dan bukannnya sekedar mengamati dengan teliti terhadap suatu objek.
132
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan
pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.
133
Jenis penelitian dalam tesis ini adalah penelitan
hukum normatif yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif
adalah pengkajian terhadap bahan hukum primer maupun sekunder.
134
Untuk mencapai tujuan pada penelitian ini, maka penelitian ini akan bersifat preskriptif. Penelitian preskriptif yaitu mempelajari tujuan hukum, nilai nilai keadilan
130
Tri Reni Novita, Pengurusan Dan Pemberesan Harta Perusahaan Pailit,Studi Kasus Pada Pengadilan Niaga Medan,[ www.umnaw.comkultura], diakses Tanggal 16 Maret 2013
131
Ibid
132
Bambang Sunggono, Metologi Penelitian Hukum, [ Jakarta : PT Grafindo Persada, 2003], hlm , 27
133
Soerjono Soekamto, Op.Cit ,hal 43
134
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, [Bandung: CV Mandar Maju, 2008], hlm , 97.
Universitas Sumatera Utara
33
validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum,
135
dan penelitian ditujukan untuk mendapatkan saran-saran mengenai
apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah masalah tertentu.
136
2. Pendekatakan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan perundang-undangan statute approach dilakukan dengan menelaah semua undang undang dan regulasi yang
bersangkut paut dengan isu hukum yang ditangani,
137
tingkat sinkronisasi hukum baik vertikal maupun horisontal termasuk penelusuran kaedah meliputi asas hukum,
kaedah dalam arti sempit value, peraturan hukum konkret.
138
3. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penelitian ini menggunakan penelitian kepustakan library research yaitu untuk mendapatkan bahan baku atau data primer hukum
normatif yuridis normatif merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.
139
4. Bahan Penelitian
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder yaitu bahan pustaka merupakan data dasar dalam ilmu penelitian digolongkan
sebagai data sekunder
140
seperti : a. Bahan hukum primer
135
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum , [ Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005], hlm,22.
136
Soerjono Soekanto, Op.Cit ,hlm, 10.
137
Ibid, hlm, 93.
138
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, Sebuah Pengantar [ Yogyakarta: Liberty
,1996], hlm, 29.
139
Soerjono Soekamto, Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif:Suatu tinjauan Singkat [ Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1983], hlm,14.
140
Ibid, hlm 24
Universitas Sumatera Utara
34
Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang undangan dan putusan putusan
hakim
141
putusan-putusan pengadilan yang berkaitan dengan isu yang dihadapi.
142
Dalam penelitian ini yaitu sumber data primer yang berasal dari perundang-undangan khususnya UU No 17 Tahun 2012, UU No. 37 tahun
2004, PP No.17 Tahun 1994, PP No.9 Tahun 1995. b. Bahan hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder terutama buku-buku teks berisi prinsip-prinsip dasar dalam ilmu hukum dan pandangan pandangan klasik para sarjana yang
mempunyai kualifikasi tinggi
143
termasuk skripsi, tesis dan disertasi.
144
c. Bahan hukum tersier Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
5. Analisis Data
Keseluruhan data yang diperoleh baik bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dianalisis secara kualitatif yaitu “analisis data yang tidak menggunakan
angka-angka, melainkan memberikan gambaran-gambaran deskripsi dengan kata- kata atas temuan-temuan, dan karenanya ia lebih mengutamakan mutukualitas dari
141
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit, hlm, 141
142
Ibid, hlm ,146
143
Ibid
144
Ibid, hlm, 155
Universitas Sumatera Utara
35
data bukan kuantitas.”
145
Analisis dilakukan terhadap pasal pasal yang isinya merupakan kaedah hukum. Setelah dianalisis, maka konstruksi dilaksanakan dengan
cara memasukkan pasal pasal tertentu ke dalam kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian dasar dari sistem hukum tersebut. Hasil dari telaah tersebut
merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang dihadapi
146
dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara deduktif-induktif.
145
H.Salim,HS, Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan Disertasi [Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013], hlm,19.
146
Peter Mahmud Marzuki, Loc.cit
Universitas Sumatera Utara
36
BAB II PEMBUBARAN KOPERASI DAN AKIBAT HUKUMNYA