Pembubaran Koperasi Berdasarkan Keputusan Menteri.

41 Listrik bubar sesudah di daerah tersebut sudah ada listik nasional. 160 Alasan pembubaran bisa karena tujuan koperasi sudah tercapai atau tujuan yang ditetapkan tidak mungkin tercapai.

3. Pembubaran Koperasi Berdasarkan Keputusan Menteri.

Sebagai suatu organisasi ekonomi yang berstatus badan hukum, hidup berkembang, tumbuh mati dan bubarnya koperasi diatur dengan suatu peraturan, baik yang dibuat oleh pemerintah maupun yang dibuat anggota koperasi yang dimuat dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. 161 Pembatalan perjanjian oleh pihak yang berwewenang hanya “atas kuasa undang-undang yang secara eksplisit menyatakan hal itu.Maksudnya terdapat sebuah norma hukum dalam sebuah UU yang menyatakan bahwa lembaga atau pejabat publik tertentu berdasarkan UU tersebut berwewenang untuk membatalkan perjanjian tertentu.” 162 Koperasi ada karena didirikan berdasarkan perjanjian, maka pembatalan perjanjian merupakan pembubaran koperasi. Menteri dapat membubarkan Koperasi apabila: 163 1. Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; danatau 2. Koperasi tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan usahanya selama 2 dua tahun berturut-turut. Kewenangan untuk membubarkan koperasi tersebut timbul sebagai konsekuensi dari: 164 160 Ibid 161 H. Budi Untung, Hukum Koperasi dan Peranan Notaris Indonesia,[Yogyakarta, Andi,2005], hlm 47 162 Elly Erawati, Herlien Budiono, Penjelasan Hukum Tentang Kebatalan Perjanjian, [Jakarta: PT Gramedia, 2010], hlm, 31 163 Pasal 105 UU No. 17 Tahun 2012 164 Menimbang pada PP No 17 Tahun 1994. Universitas Sumatera Utara 42 a. Pemerintah berkewajiban menciptakan iklim serta kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan koperasi melalui kegiatan penyuluhan, pemberian bimbingan, kemudahan dan perlindungan. b. Salah satu tugas pemerintah dalam upaya menciptakan iklim serta kondisi dimaksud, adalah mewujudkan sistem perkoperasian yang sehat, efisien, tangguh dan mandiri. Koperasi yang tidak melakukan kegiatan usahanya secara nyata selama 2 dua tahun berturut-turut terhitung sejak tanggal pengesahan akta pendirian koperasi merupakan alasan yang mendasar, untuk membubarkan koperasi apabila sejak didirikan ternyata belum melaksanakan kegiatan apapun, maka berarti koperasi tersebut sebenarnya tidak bermanfaat bagi anggotanya. Pada umumnya pembubaran koperasi dilakukan berdasarkan alasan-alasan tertentu yang mengakibatkan kegiatan koperasi tersebut menghambat dan rnembahayakan sistem perkoperasian yang sehat. Oleh karena itu pembubaran Koperasi tidak boleh dilakukan atas dasar kemauan subjektif, akan tetapi harus dilakukan secara objektif, setelah dilakukan upaya pembinaan tetapi tidak mencapai hasil 165 . Apabila berdasarkan alasan-alasan tertentu 166 kegiatannya dirasakan dapat menghambat dan membahayakan sistem perkoperasian yang sehat, efisien, tangguh dan mandiri, maka koperasi tersebut lebih baik dibubarkan. Berdasarkan Pasal 105 UU No. 17 tahun 2012 Menteri dapat membubarkan koperasi apabila: a. Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; danatau 165 Petunjuk pelaksanaan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 269MIX1994 tanggal 9 september 1994. 166 Kelangsungan hidupnya tidak dapat dipertahankan meskipun sudah diberikan bimbingan dan bantuan, atau terbukti bertentengan dengan ketertiban umum dan kesusilaan, tidak menjalankan UU dan Anggaran Dasar Koperasi. Universitas Sumatera Utara 43 b. Koperasi tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan usahanya selama 2 dua tahun berturut-turut.

3.1. Pembubaran koperasi

karena tidak memenuhi Undang Undang Perkoperasian Koperasi yang tidak memenuhi ketentuan UU No 17 Tahun 2012 menjadi alasan bagi koperasi tersebut bubar demi hukum sebab koperasi tersebut tidak lagi memenuhi syarat yang ditentukan dalam undang-undang. Koperasi diakui sebagai badan hukum apabila dipenuhi persyaratan yang ditentukan undang-undang, dan jika persyaratan yang ditetukan dalam undang-undang tidak dipenuhi koperasi tersebut dapat dikategorikan koperasi yang melawan hukum menurut undang undang. Sifat dan akibat keadaan melawan hukum menurut undang-undang berbeda-beda menurut syarat-syarat yang ditetapkan dalam undang-undang yang bersangkutan. 167 Pasal 1337 KUH Perdata menegaskan, suatu sebab adalah terlarang, bila dilarang undang-undang atau bila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum. Jadi suatu perjanjian batal bila bertentangan dengan undang-undang atau kepentingan umum. Biasanya dalam perjanjian ada klausula yang mengatakan, bila suatu bagian perjanjian tidak berlaku, bagian lain dari perjanjian tersebut dapat dirumuskan kembali agar memenuhi persyaratan hukum. Koperasi dapat dibubarkan oleh menteri jika koperasi tersebut tidak melaksanakan ketentuan undang-undang dan anggaran dasarnya. Undang undang No. 17 Tahun 2012 menetukan bahwa koperasi asas tujuan dan landasan koperasi, 168 nilai 167 S.B. Marsh, and J Soulsby, Business Law, Terjemahan Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, [Bandung, Alumni, 1986],hlm 185 168 UU No. 17 Tahun 2012, Pasal 2 Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 3 Koperasi berdasar atas asas kekeluargaan. Pasal 4 Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan Anggota pada khususnya dan masyarakat pada Universitas Sumatera Utara 44 dan prinsip koperasi, 169 syarat minimal jumlah anggota 170 . Jika koperasi terbukti tidak menerapkan asas tujuan dan landasan koperasi Pasal 2,3, dan 4 UU No. 17 Tahun 2012 dan nilai dan prinsip koperasi Pasal 5 dan 6 UU No. 17 Tahun 2012 maka menteri harus membubarkan koperasi tersebut. Jika jumlah anggota koperasi berkurang dibawah mininum yang diatur dalam Pasal 7 UU No. 17 Tahun 2012 dan keadaan ini tidak hanya sementara melainkan berlangsung lama melampaui jangka waktu yang ditetapkan, badan pengurus koperasi harus mengajukan permohonan untuk membubarkan koperasi kepada instansi pemerintah yang menangani urusan koperasi atau pejabat pendaftaran lainnya. 171 Akan tetapi jika pejabat pendaftaran itu pejabat koperasi mengetahui bahwa jumah anggota koperasi telah berkurang di bawah jumlah minimum yang ditetapkan, maka koperasi harus dibubarkan secara ex officio setelah mendengar penjelasan secukupnya dari badan pengurus koperasi yang bersangkutan. 172 umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan. 169 Pasal 5 ayat 1 UU No.17 Tahun 2012, Nilai yang mendasari kegiatan Koperasi yaitu : kekeluargaan, menolong diri sendiri, bertanggung jawab, demokrasi, persamaan, berkeadilan dan kemandirian. Ayat 2 Nilai yang diyakini Anggota Koperasi yaitu: kejujuran; keterbukaan, tanggung jawab; dan kepedulian terhadap orang lain. Pasal 6 ayat 1 Koperasi melaksanakan Prinsip Koperasi yang meliputi: keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka, pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara demokratis, Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi Koperasi, Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan independen, Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Anggota, Pengawas, Pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan Koperasi, Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat Gerakan Koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional, dan Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh anggota. 170 Pasal 7 atat 1 UU No. 17 Tahun 2012, Koperasi Primer didirikan oleh paling sedikit 20 dua puluh orang perseorangan dengan memisahkan sebagian kekayaan pendiri atau Anggota sebagai modal awal Koperasi. Ayat 2, Koperasi Sekunder didirikan oleh paling sedikit 3 tiga Koperasi Primer. 171 Hans-H.Munkner, 10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law, Op. Cit, hlm 176 172 Ibid Universitas Sumatera Utara 45

3.2. Pembubaran koperasi karena bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan

Pasal 1337 KUH Perdata menegaskan, suatu sebab adalah terlarang, bila dilarang undang-undang atau bila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum. Perjanjian seperti ini tidak boleh atau tidak dapat dilaksanakan sebab melanggar hukum atau kesusilaan atau ketertiban umum. Kondisi seperti ini menurut Subekti sudah sangan jelas dapat diketahui seketika oleh hakim dan juga oleh umum sehingga untuk alasan ketertiban dan keamanan umum maka perjanjian semacam itu dengan sendirinya batal demi hukum. 173 Untuk mengetahui ketentuan manakah dalam peraturan perundang undang yang bersifat boleh disimpangi para pihak, perlu diperhatikan apakah rumusan ketentuan itu menyebut secara eksplisit akibat hukum bila apa yang diatur dalam perundang undangan itu dilanggar. 174 Menurut Pasal 1365 KUH Perdata “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian.” Sejak tahun 1919 dipelopori Pengadilan Tinggi di Belanda putusan Hoge Raad tanggal 31 januari 1919 “ istilah onrechmatige daad perbuatan melawan hukum ditafsirkan secara luas sehingga meliputi juga perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan atau dengan yang dianggap pantas dalam pergaulan hidup masyarakat”. 175 Perbuatan melawan hukum dapat juga merupakan tidak tindak pidana disamping aspek perdata. Apabila perbuatan tersebut memenuhi unsur-unsur 173 Elly Erawati, OP.Cit, hlm, 10, dikutip dari R subekti, Catatan No 4 hlm.19. 174 Ibid 175 H. Budi Untung, Hukum dan Etika Bisnis , dilengkapi studi Kasus dan UU, [Yogyakarta: Andi, 2012], hlm, 34. Universitas Sumatera Utara 46 perbuatan melawan hukum maupun unsur-unsur pidana, maka kedua macam sanksi dapat dijatuhkan secara berbarengan. Artinya korban dapat menerima ganti rugi perdata dengan dasar gugatan perdata tetapi pada watu yang bersamaan dengan proses pidana pelaku dapat dijatuhkan sanksi pidana sekaligus. 176 Koperasi dapat juga dibubarkan karena koperasi tersebut bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Ketertiban dan kesusilaan yang dimaksud disini adalah dalam ranah hukum pidana, sehingga harus terlebih dahulu ada putusan pengadilan yang menyatakan koperasi tersebut melakukan perbuatan melawan hukum yaitu bertentangan ketertiban umum dan kesusilaan. Maka dalam hal ini kejaksaanlah yang mengajukan permohonan pembubaran koperasi, untuk membuktikan ketertiban umum dan kesusilaan yang dilanggar koperasi. Apabila telah ada keputusan pengadilan yang telah mempunyai ketentuan hukum yang pasti bahwa kegiatan koperasi membahayakan keamanan masyarakat, melanggar norma kesusilaan yang berlaku atau melanggar ketertiban umum, maka pemerintah wajib membubarkan koperasi yang bersangkutan. 177 Namun sampai saat ini belum ada kesepakatan para ahli tentang defenisi ketertiban umum dan dalam undang undang pun belum ada ditetapkan secara limitatif apa yang dimaksud ketertiban umum. Namun sebagai contoh koperasi melanggar ketertiban umum apabila koperasi mendanai kegiatan teroris, Koperasi yang mengelola perhotelan menyediakan hotelnya sebagai tempat prostitusi.

3.3. Pembubaran koperasi karena tidak melaksanakan usaha secara nyata dalam dua tahun berturut turut

176 Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005, hlm 21. 177 Penjelasan Pasal 3 ayat 1 huruf b PP No. 17 tahun 1994. Universitas Sumatera Utara 47 Koperasi yang tidak melakukan usaha secara nyata setelah akta pendirian koperasi disahkan dalam dua tahun berturut-turut “ maka pembubaran koperasi dapat diperintahkan ex officio oleh pendaftaran atau oleh istansi pemerintah yang menangani pengembangan koperasi.” 178 Pembubaran koperasi yang tidak melakukan usaha secara secara nyata sejak dua tahun berturut turut sejak akta koperasi disahkan, hal ini merupakan alasan yang mendasar untuk membubarkan, oleh karena apabila sejak didirikan ternyata belum melaksanakan kegiatan apapun, maka koperasi tersebut sebenarnya tidak bermanfaat kepada anggotanya. 179 Juga hal ini tidak sesuai dengan tujuan koperasi Pasal 4 UU No.17 Tahun 2012 yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan.

3.4. Pembubaran Dissolution koperasi karena dinyatakan pailit berdasarkan

putusan pengadilan. Berdasarkan Pasal 105 UU No. 17 Tahun 2012 secara tegas disebutkan bahwa salah satu alasan pembubaran koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Pengadilan yang dimaksud disini adalah Pengadilan Niaga sesuai dengan UU No 37 tahun 2004 tentang UUK- PKPU. Koperasi yang diputus pailit oleh pengadilan dan keputusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti bahwa koperasi dinyatakan pailit, Pemerintah 178 Hans-H.Munkner, 10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law, Op. Cit, hlm 181. 179 Suhardi, Taufik Makarao,Fauziah ,Hukum Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia, [ Jakarta: Akademia, 2012], hlm 194. Universitas Sumatera Utara 48 wajib membubarkan koperasi yang bersangkutan. Ketentuan ini merupakan kewajiban Pemerintah cq. Menteri, dan pelaksanaannya tidak tergantung pada kebijaksanaan Menteri. 180 Jika koperasi tidak lagi mampu melunasi utang-utangnya kepada para kreditor atau jika seluruh jumlah utangnya melebihi prosentasi tertentu dari harta kekayaan koperasi, termasuk utang-utang perorangan dari para anggotanya, maka badan pengurus koperasi itu harus mengajukan permohonan untuk penyelesaian kepailitan petition in bankrupcy. 181 Bagaimana jika koperasi diputus pailit oleh Pengadilan Niaga, dan koperasi tersebut tidak mampu membayar lunas hutang-hutangnya? Alasan yang dipakai sebagai dasar pembubaran koperasi dalam kepailitan, menimbulkan dua bentuk atau model pembubaran koperasi yaitu : 182 1. Pembubaran koperasi berlakunya demi hukum by the operation of law. Akibat yuridis yang berlaku demi hukum by the operation of law segera setelah pernyataan pailit dinyatakan atau setelah pernyataan pailit mempunyai hukum tetap, ataupun setelah berakhirnya kepailitan. Berlaku karena hukum by the operation of law begitu putusan pailit dikabulkan oleh Pengadilan Niaga. 183 2. Pembubaran koperasi berlaku secara Rule of Reason. 180 Lihat Penjelasan pasal 3 ayat 1 huruf c PP No.17 Tahun 1994 181 Hans-H.Munkner, 10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law, Op. Cit, hlm 178 182 Bandingkan Arif Indra Setyadi, Analisa Hukum Tentang Pembubaran Likuidasi Perseroaan Terbatas PT Akibat Keputusan Pailit Pengadilan Niaga, Mahasiswa Pasca Sarjana Kenotariatan UNDIP 2011 183 Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, Op Cit hal 65-66. Universitas Sumatera Utara 49 Untuk akibat-akibat hukum tertentu dari kepailitan berlaku Rule of Reason, adalah bahwa akibat hukum tersebut tidak otomatis berlaku, akan tetapi baru berlaku jika diberlakukan oleh pihak-pihak tertentu, setelah mempunyai alasan yang wajar untuk diberlakukan. Jadi perlu dimintakan oleh pihak tertentu dan perlu pula persetujuan institusi tertentu. Menurut UU No. 37 Tahun 2004 bahwa kepailitan badan hukum koperasi di Indonesia tidak secara otomatis terjadi pembubaran koperasi karena masih dimungkinkan koperasi pailit direhablitasi apabila mampu membayar lunas utangnya disamping itu kepailitan dan pembubaran koperasi merupakan lembaga hukum yang berbeda. Putusan pailit koperasi hanya membuat koperasi kehilangan haknya untuk mengurus dan menguasai harta kekayaan koperasi tersebut. Debitor koperasi yang tidak dapat membayar lunas utangnya atau tidak terjadi perdamaian setelah diputus pailit, maka terhadap hal tersebut tidak berlaku rehabilitasi. Kepailitan koperasi dapat berakhir karena tidak terjadi perdamaian atau tidak dapat membayar lunas hutangnya atau telah dinyatakan insolvensi, maka terhadap hal demikian pada prinsipnya tidak ada rehablitasi. 184 Jika keadaan ini terjadi maka tindakan hukum yang akan dilakukan adalah melakukan pembubaran koperasi oleh pemerintah yang diikuti penyelesaian likuidasi koperasi. Alasan pembubaran koperasi berhubung dengan kepailitan adalah dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit koperasi tidak cukup untuk membayar biaya 184 Eduard Manik, Cara Mudah Memahami Proses Kepailitan Dan penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Dilengkapi Dengan Studi Kasus Kepailitan, [Bandung: CV Mandar Maju, 2012],hlm,178. Universitas Sumatera Utara 50 kepailitan 185 dan karena harta pailit koperasi yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 186 Dengan demikian hanya koperasi yang tidak dapat membayar lunas utangnya atau tidak terjadi perdamaian setelah diputus pailit yang wajib dibubarkan. Dalam putusan pailit ada beberapa kemungkinan yaitu: a. Koperasi mampu membayar lunas utang-utangngnya. b. Koperasi tidak mampu membayar lunas hutang-hutangnya. c. Koperasi diberikan kesempatan untuk menjadual ulang utang-utangnya terjadi perdamaian. Jika koperasi sudah membayar lunas hutang-hutangnya atau terjadi perdamaian maka koperasi kembali dapat melanjutkan usahanya. Akan tetapi lain halnya dalam pranata hukum pembubaran koperasi, dimana setelah dikeluarkan keputusan pembubaran maka yang harus dilakukan adalah likuidasi penyelesaian untuk menyelesaikan hak dan kewajibannya koperasi.

3.4.1. Pengertian kepailitan

Secara tata bahasa, kepailitan berarti segala hal yang berhubungan dengan ”pailit”. Black’s Law Dictionary memberikan pengertian bahwa pailit dihubungkan dengan ”ketidakmampuan untuk membayar” dari seorang debitor atas utang utangnya yang telah jatuh tempo. “Kapailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah 185 Analogi Pasal 142 ayat 1 huruf d UU No. 40 Tahun 2007, Lihat juga Pasal 18 ayat 1 UU No 37 Tahun 2004 186 Analogi Pasal 142 ayat 1 huruf e UU No. 40 Tahun 2007, Lihat juga Pasal 178 ayat 1 UU No 37 Tahun 2004. Universitas Sumatera Utara 51 pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.” 187 Dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan kepailitan adalah merupakan sita umum terhadap semua kekayaan debitur yang nantinya masuk dalam budel pailit. 188 Setelah permohonan untuk kepailitan diajukan oleh koperasi atau salah satu krediturnya, maka kreditur kreditur secara individual tidak dapat lagi memaksakan tuntutannya claim terhadap koperasi. 189 Sejak putusan pailit koperasi maka semua kreditor harus mengajukan tuntutannya secara bersama-sama. Mereka membentuk kelompok kreditor untuk membagi harta kekayaan yang dinyatakan pailit bankrupt’s estate demikian pula kerugian yang timbul. 190

3.4.2. Kreditor dari koperasi

Objek yang dapat dinyatakan pailit adalah debitur yang tidak membayar utang-utangnya kepada para kreditornya 191 dengan kata lain bahwa debitur tersebut mempunyai kreditor lebih dari satu dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. 192 Pengertian debitur bisa orang perseorang, 193 pesekutuan yang bukan badan hukum, 194 badan hukum 195 dan harta 187 Lihat Pasal 1 angka 1 UU No. 37 Tahun 2004 188 Edward Manik, Op.Cit, hlm 31 189 Hans-H.Munkner, 10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law, Loc. Cit. 190 Ibid 191 Sutan Remy Syahdeini, Op.Cit, hlm 96 192 Lihat Pasal 2 ayat 1 UU No 37 Tahun2004 193 Lihat Pasal 4 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004, “Dalam hal permohonan diajukan oleh debitur yang masih terikat dalam pernikahan yang sah, permohonannya dapat diajukannya atas persetujuan suami atau isterinya”. 194 Pasal 5 UU No. 37 Tahun 2004, “Permohonan pailit terhadap suatu firma harus memuat tempat tinggal masing-masing pesero yang tanggung renteng terikat untuk seluruh utang firma”. 195 Pasal 3 ayat 5 UU No. 37 Tahun 2004, Dalam hal debitor badan hukium , tempat kedudukan hukumnya adalah sebagaima dimaksud dalam anggaran dasarnya Universitas Sumatera Utara 52 peningggalan. 196 Subyek hukum yang dapat memohonkan pailit adalah debitor dan kreditor. Kreditor koperasi menurut diatur dalam Pasal 66 ayat 2 huruf UU No. 17 tahun 2012 berbunyi: Selain modal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 modal koperasi dapat berasal dari: a. Hibah; b. Modal penyertaan; c. Modal pinjaman yang berasal dari: 1. Anggota; 2. Koperasi lainnya danatau anggotanya; 3. Bank dan lembaga keuangan lainnya; 4. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; danatau 5. Pemerintah dan Pemerintah Daerah.danatau d. Sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar danatau ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan pasal 66 tersebut diatas yang menjadi kreditor dari koperasi adalah para pihak memberikan pinjaman kepada koperasi yaitu: 1. Anggota koperasi yang bersangkutan. 2. Koperasi lain dan atau anggotanya. 3. Bank dan lembaga keuangan lainnya. 4. Pemerintah dan Pemerintah daerah. 5. Pihak yang diakui oleh undang-undang. Koperasi sebagai subjek hukum dapat mempunyai utang kepada dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunar sedikitnya satu utang yang sudah jatuh tempo dapat ditagih diputus pailit oleh Pengadilan Niaga.Piahak yang dapat 196 Lihat Pasal 207 UU No. 37 Tahun 2004 Harta kekayaan orang yang meninggal harus dinyatakan dalam keadaan pailit apabila dua atau lebih kreditor mengajukan permohonan untuk itu dan secara singkat dapat membuktikan bahwa utang yang meninggal, semasa hidunya tidak dibayar lunas; atau pada saat meninggalnya orang tersebut, harta peninggalnya tidak cukup untuk membayar utangnya. Universitas Sumatera Utara 53 memohonkan pailit koperasi adalah pengurus koperasi yang bersangkutan, dan para kreditor koperasi yang disebut diatas.

3.4.3. Syarat-syarat permohonan kepailitan

Setiap permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit telah terpenuhi. 197 Syarat-syarat kepailitan dalam pasal 2 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 yang menyatakan “debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.” Jika terpenuhi syarat kumulatif yaitu dua kreditor atau lebih dan tidak dibayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih maka hakim wajib memutus pailit debitor.

3.4.4. Keharusan adanya dua kreditor

198 Syarat mengenai keharusan adanya dua atau lebih kreditor dikenal dengan concursus creditorium. 199 Hal ini merupakan konsekuensi pelaksanaan dari ketentuan Pasal 1132 KUH Perdata. Rasio kepailitan adalah jatuhnya sita umum atas semua harta benda debitor yang setelah dilakukan rapat verifikasi utang piutang tidak tercapai perdamaian atau accord, dilakukan proses likuidasi atas seluruh harta benda debitornya sesuai dengan tata urutan tingkat kreditor yang ditentukan oleh undang- undang. 200 Apabila seorang debitor hanya memiliki satu orang kreditor maka eksistensi dari UU No. 37 Tahun 2004 kehilangan raison d’etere-nya. Apabila 197 Lihat Pasal 8 ayat 4 UU No. 37 Tahun 2004 198 Pasal 2 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2007 199 Sutan Remy Syahdeini, Op.Cit, hlm 53 200 Ibid Universitas Sumatera Utara 54 seorang debitor hanya memiliki seorang kreditor tidak dibolehkan mengajukan pernyataan pailit terhadapnya, karena harta kekayaan debitor menurut ketentuan pasal 1131 KUH Perdata merupakan jaminan utangnya sehingga tidak perlu diatur mengenai pembagian hasil penjual harta kekayaannya. 201 Debitor dan kreditor yang mengajukan permohonan pailit maka berlaku Pasal 1132 KUH Perdata. Hasil penjualan harta kekayaan debitor dibagi menurut keseimbangan berdasarkan Pasal 1132 KUH Perdata yaitu bahwa harta kekayaan tersebut harus dibagi secara : 1. Pari passu, dengan pengertian bahwa harta kekayaan tersebut harus dibagikan secara bersama-sama diantara para kreditor tersebut. 2. Pro rata, sesuai dengan besarnya imbangan piutang masing-masing kreditor terhadap utang debitur secara keseluruhan. Maka eksistensi dari kepailitan sekurangnya dua orang kreditor merupakan suatu syarat mutlak karena jika hanya ada satu kreditor tidak perlu kepailitan karena tidak perlu pengaturan pembagian hasil eksekusi harta pailit kepada beberapa kreditor.

3.4.5. Utang yang jatuh waktu

Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontijen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitur dan bila tidak 201 Ibid Universitas Sumatera Utara 55 dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitur. 202 Pengertian ”jatuh waktu” dapat di lihat dalam Pasal 1238 KUH Perdata yang mengatur bahwa pihak yang berhutang dianggap lalai apabila ia diperingatkan dengan surat teguran dan dalam surat tersebut debitur diberi jangka waktu tertentu untuk melunasi hutangya. Pasal 1238 KUH Perdata “ debitor adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika menetapkan, bahwa debitor akan harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”. Jadi “pernyataan lalai” inbrekesteling adalah upaya hukum rechtimiddle dengan mana kreditor memberitahukan, menegur, memperingatkan aanmaning, sommatie, kenningsgeving debitur saat selambat- lambatnya ia wajib memenuhi prestasi dan apabila saat dilampaui maka debitur telah lalai. 203

3.4.6. Tindakan yuridis setelah putusan pailit

Pernyataan pailit mengakibatkan debitor yang dinyatakan pailit kehilangan segala “hak perdata” untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah dimasukkan ke dalam harta pailit. 204 Hal ini dapat dilihat dari adanya kewenangan kurator untuk mengurus dan atau melakukan pemberesan harta pailit. 205 Setelah putusan kepailitan, masih banyak tahapan yang harus dilakukan sampai akhirnya kepailitan ditutup. Pasal 15 ayat 1 dan 2 UUK-PKPU menyebutkan dalam 202 Pasal 1 angka 6 UU No. 37 Tahun 2004 203 Mariam Darus Badrulzaman , K.U.H. Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasannya, [Bandung: Alumni, 2006], hlm, 17 lihat juga Ahmad Miru, Sakka Pati, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai 1456 BW, [Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011],hlm, 8-9 204 Akibat Hukum PernyataanPailit [http:diaz_fhuns.staff.uns.ac.id] dikutif dari Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Kepailitan Seri Hukum Bisnis, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 30 dan lihat pula ketentuan Pasal 24 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 205 Lihat ketentuan Pasal 16 ayat 1 dan Pasal 69 ayat 1 UU No. 37 Tahun Universitas Sumatera Utara 56 putusan pernyataan pailit, harus diangkat kurator dan seorang hakim pengawas yang ditunjuk dari hakim pengadilan. Dalam hal debitor, kreditor, atau pihak yang berwenang mengajukan permohonan pernyataan pailit tidak mengajukan usul pengangkatan kurator kepada pengadilan maka balai harta peninggalan diangkat selaku kurator. Setelah adanya pengangkatan kurator dalam putusan pernyataan pailit maka sejak saat itu kurator melakukan tugas pengurusan danatau pemberesan harta pailit. Setelah harta pailit dinyatakan dalam keadaan insolvensi maka curator harus memulai pemberesan melalui penjualan harta pailit tanpa memerlukan persetujuan debitur. 206 Diagram Kepailitan dilihat secara keseluruhan. 207 206 Adrian Sutedi, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi dan Kepailitan, [Jakarta: Sinar Grafika,2010],hlm 215, lihat juga pasal 178 ayat 1 UU No. 37 tahun 2004. 207 Sumber diagram proses kepailitan diambil dari Buku Edward Manik, Op Cit, hlm 60 Putusan pailit berkekuatan hukum tetap Putusan PailitTingkat Pertama mulai berlaku penangguhan eksekusi hak jaminan stay Dicapai komposisi akkord, Perdamaian Mulai dilakukan tindakan Verifikasi pencocokan piutang Atau dinyatakan Insolvensi debitor dalam keadaan tidak mampu membayar utang Pengadilan memberikan Homologasi Mengesahkan Perdamaian Dilakukan Pemberesan termasuk penyusunan daftar piutang dan pembagian Kepailitan Dilakukan rehablitasi Universitas Sumatera Utara 57

B. Pembubaran Dissolution Koperasi Menurut Undang-Undang

1. Pembubaran Koperasi Menurut UU No. 25 Tahun 1992