Alasan Pembubaran Koperasi PEMBUBARAN KOPERASI DAN AKIBAT HUKUMNYA

36

BAB II PEMBUBARAN KOPERASI DAN AKIBAT HUKUMNYA

A. Alasan Pembubaran Koperasi

Pembubaran juga diartikan sebagai pemberhentian kegiatan perseroan sebagai akibat dari berakhirnya tujuan perseroan. Pembubaran tidak berarti berakhirnya eksistensi perseroan, dimana perseroan sebagai subyek hukum yang mempunyai aktiva dan pasiva yang setelah deklarasi pembubarannya diucapkan eksistensinya tetap ada tetapi dalam kondisi likuidasi pembubaran. Hak yang dimiliki perseroan harus direalisasikan dan kewajibannya harus dipenuhi dan selama kondisi likuidasi, perseroan tidak menjalankan tugas biasa, tetapi terbatas yaitu khusus untuk membereskan hak dan kewajiban itu. Eksistensi perseroan tetap ada sepanjang diperlukan untuk pemberesan. 147 Koperasi dan perseroan sama sama badan hukum yang akta pendiriannya disahkan oleh menteri dan secara eksplisit disebukan UU sebagai badan hukum, maka pembubaran perseroan tersebut diatas sama dengan pengertian pembubaran koperasi yaitu penghentian bisnis kegiatan koperasi dengan diikuti tindakan pemberesan dan penyelesaian hak dan kewajiban koperasi terhadap pihak ketiga dan para kreditornya. Pembubaran, likuidasipenyelesaian dan berakhirnya status badan hukum koperasi diatur dalam Pasal 102 sampai 111 UU No. 17 Tahun 2012. Dasar yang memutuskan pembubaran koperasi diatur dalam Pasal 102 UU No. 17 Tahun 2012. Dasar pembubaran koperasi dapat di gambarkan sebagai berikut: 147 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, OP.Cit, hlm. 124 36 Universitas Sumatera Utara 37

1. Pembubaran Koperasi Berdasarkan Rapat Anggota

Koperasi didirikan oleh anggota pendiri koperasi dengan suatu perjanjian yang dibuat dalam akta autentik akta notaris. 148 Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 149 Sebelum dibuat akta pendirian koperasi terlebih dahulu dilakukan rapat 148 Pasal 9 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2012: Pendirian Koperasi dilakukan dengan Akta Pendirian Koperasi yang dibuat oleh Notaris dalam bahasa Indonesia. 149 Lihat Pasal 1313 KUH Perdata. Lihat juga Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan ,[Bandung :Citra Citra Aditya Bakti, 1990], hlm,77-78. Perjanjian adalah adalah suatu persetujuan dengan dua atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. DASAR PEMBUBARAN KOPERASI Berdasarkan keputusan Menteri Jangka waktu berdirinya telah berakhir Berdasarkan rapat anggota Ditentukan dalam anggaran dasarnya 1. Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan Pengadilan Niaga 2. Tidak menjalankan organisasi dan usahanya selama 2 tahun berturut turut Diajukan ke rapat anggota oleh pengawas atau anggota mewakili paling sedikit 15 dari anggota PROSES LIKUIDASI Universitas Sumatera Utara 38 pendiri koperasi yang dibuat dalam notulen rapat. “Notulen rapat yang telah memenuhi syarat-syarat sah perjanjian akan mengikat para pihak layaknya undang- undang sejak lahirnya kesepakatan para pihak asas konsensualisme yang ditandai dengan ditandatanganinya notulen rapat tersebut oleh para pihak.” 150 Pada prinsipnya, hukum perjanjian menganut asas konsensualisme. Asas konsensualisme ini sesuai dengan Pasal 7 ayat 1 dan 2 UU No. 17 Tahun 2012 Koperasi Primer didirikan oleh paling sedikit 20 dua puluh orang perseorangan dengan memisahkan sebagian kekayaan pendiri atau anggota sebagai modal awal koperasi. Koperasi sekunder didirikan oleh paling sedikit 3 tiga koperasi primer. Dengan kata lain koperasi didirikan berdasarkan kesepakatan konsensualisme paling sedikit 20 dua puluh orang perseorangan dengan memisahkan sebagian kekayaan pendiri atau anggota sebagai modal awal koperasi. Syarat sahya suatu perjanjian menurut Pasal 1320 KUH Perdata diperlukan empat syarat: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Cakap untuk membuat suatu pejanjian; 3. Mengenai suatu hal tertentu; 4. Sesuatu sebab yang halal; Pasal 1338 1 KUH Perdata menyebutkan semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dalam pasal ini terkadung asas kebebasan berkontrak. Artinya bahwa perjanjian timbul sejak 150 Inneke Kusuma Dewi, Skripsi, Notulen Rapat Sebagai Dasar pemutusan Perjanjian Sepihak Pemberian Jasa Jasa Pengangkutan Darat Antara PT Saheda Remindo Dengan PT Kaltex Pasific Indonesia, [Fakultas Hukum UI, 2011, didownload dari lontar.ui.ac.id ]tanggal 13 Juni 2013, hlm, 84 Universitas Sumatera Utara 39 terjadi kesepakatan para pihak. Jika ditinjau dari segi hukum perjanjian, pendirian koperasi sebagai badan hukum, bersifat “contraktual” yaitu berdirinya koperasi merupakan akibat yang lahir dari perjanjian, dan juga bersifat “konsensual” yaitu adanya kesepakatan untuk mengikat perjanjian mendirikan koperasi. Bahwa asas konsensualime mempunyai hubungan yang erat dengan asas kebebasan berkontrak dan asas kekuatan mengikat yang terdapat Pasal 1338 1 BW. 151 Pembubaran koperasi berdasarkan keputusan anggota dilakukan dengan keputusan bersama anggota koperasi yang diputuskan dalam rapat anggota. Rapat anggota ini merupakan kekuasaan yang tertinggi dalam tata kehidupan koperasi, yang dalam pengejawantahannya merupakan rapat anggota dari para pemilik koperasi tersebut yang masing-masing anggota mempunyai hak satu suara. 152 Keputusan rapat anggota dituangkan dalam notulen rapat, dimana keputusan yang dibuat dalam notulen rapat itu adalah suatu kesepakatan yang diperjanjiankan anggota untuk membubarkan koperasi. Suatu kemufakatan yang telah diputuskan merupakan suatu ketentuan yang harus ditaati penuh dan dijalankan dengan penuh kedisplinan oleh para anggotanya 153 hal ini sesuai dengan Pasal 1338 KUH Perdata semua persetujuan kemufakatan yang telah dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Keputusan rapat anggota yang dituangkan dalam notulen rapat termasuk persetujuan kemufakatan. “Bahwa notulen rapat termasuk ke dalam perjanjian menurut hukum Indonesia.” 154

2. Pembubaran Koperasi Karena Jangka Waktunya Berakhir

151 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, [Jakarta, Kencana Media Group], 2010, hlm, 121. 152 G, Kartasapoetra,et,al Koperasi Indonesia Yang Berlandaskan Pancasila dan UUU 1945, [Jakarta: Bina Aksara, ]1989, hlm, 126. 153 Ibid 154 Inneke Kusuma Dewi, Skripsi, Op. Cit, hlm, 86 Universitas Sumatera Utara 40 Salah satu alasan pembubaran koperasi yaitu jika jangka waktu berdirinya koperasi telah berakhir. Apabila anggaran dasar koperasi memuat ketentuan bahwa koperasi hanya diperlukan hidup selama jangka waktu tertentu, maka tidak diperlukan ada keputusan khusus untuk membubarkan koperasi itu setelah jangka waktu tersebut berakhir. 155 Anggaran dasar koperasi berdasarkan Pasal 16 UU No. 17 Tahun 2012 sekurang-kurangnya harus dicantumkan salah satu yaitu jangka waktu berdirinya koperasi. Apabila jangka waku yang ditentukan dalam anggaran dasar sudah berakhir dan tidak diperpanjang lagi maka demi hukum koperasi tersebut bubar oleh karena jangka waktu berdirinya sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar telah berakhir. 156 Penentuan batas jangka waktu berdirinya koperasi ini akan berpengaruh langsung pada proses dan tata cara pembubaran koperasi yang bersangkutan diakhir masa yang telah ditentukan. 157 Akan tetapi “Menteri dapat memperpanjang jangka waktu berdirinya koperasi atas permohonan pengurus setelah diputuskan pada rapat anggota.” 158 Disamping pembubaran koperasi karena jangka waktu yang ditentukan dalam anggaran dasar berakhir dapat juga terjadi pembubaran secara suka rela sebelum jangka waktu yang ditetapkan 159 misalnya karena tujuan yang ditentukan dalam anggaran dasar sudah tercapai seperti Koperasi Listrik, Koperasi untuk mengelola sekolah, Koperasi Rumah Sakit, dimana tujuan koperasi sudah tercapai misalnya ketika pemerintah mengambil alih rumah sakit yang dibangun koperasi,Koperasi 155 Hans-H.Munkner, 10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law, Op.Cit, hlm 176 156 Pasal 104 ayat 1 UU No. 17 tahun 2012. 157 Andjar Pachta, et al,Hukum Koperasi Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan Modal Usaha,[Jakarta: Kencana Predana Media Grup, 2008], hlm 89 158 Pasal 104 ayat 2 UU No. 17 tahun 2012 159 Hans-H.Munkner, 10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law, Loc.Cit Universitas Sumatera Utara 41 Listrik bubar sesudah di daerah tersebut sudah ada listik nasional. 160 Alasan pembubaran bisa karena tujuan koperasi sudah tercapai atau tujuan yang ditetapkan tidak mungkin tercapai.

3. Pembubaran Koperasi Berdasarkan Keputusan Menteri.

Sebagai suatu organisasi ekonomi yang berstatus badan hukum, hidup berkembang, tumbuh mati dan bubarnya koperasi diatur dengan suatu peraturan, baik yang dibuat oleh pemerintah maupun yang dibuat anggota koperasi yang dimuat dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. 161 Pembatalan perjanjian oleh pihak yang berwewenang hanya “atas kuasa undang-undang yang secara eksplisit menyatakan hal itu.Maksudnya terdapat sebuah norma hukum dalam sebuah UU yang menyatakan bahwa lembaga atau pejabat publik tertentu berdasarkan UU tersebut berwewenang untuk membatalkan perjanjian tertentu.” 162 Koperasi ada karena didirikan berdasarkan perjanjian, maka pembatalan perjanjian merupakan pembubaran koperasi. Menteri dapat membubarkan Koperasi apabila: 163 1. Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; danatau 2. Koperasi tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan usahanya selama 2 dua tahun berturut-turut. Kewenangan untuk membubarkan koperasi tersebut timbul sebagai konsekuensi dari: 164 160 Ibid 161 H. Budi Untung, Hukum Koperasi dan Peranan Notaris Indonesia,[Yogyakarta, Andi,2005], hlm 47 162 Elly Erawati, Herlien Budiono, Penjelasan Hukum Tentang Kebatalan Perjanjian, [Jakarta: PT Gramedia, 2010], hlm, 31 163 Pasal 105 UU No. 17 Tahun 2012 164 Menimbang pada PP No 17 Tahun 1994. Universitas Sumatera Utara 42 a. Pemerintah berkewajiban menciptakan iklim serta kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan koperasi melalui kegiatan penyuluhan, pemberian bimbingan, kemudahan dan perlindungan. b. Salah satu tugas pemerintah dalam upaya menciptakan iklim serta kondisi dimaksud, adalah mewujudkan sistem perkoperasian yang sehat, efisien, tangguh dan mandiri. Koperasi yang tidak melakukan kegiatan usahanya secara nyata selama 2 dua tahun berturut-turut terhitung sejak tanggal pengesahan akta pendirian koperasi merupakan alasan yang mendasar, untuk membubarkan koperasi apabila sejak didirikan ternyata belum melaksanakan kegiatan apapun, maka berarti koperasi tersebut sebenarnya tidak bermanfaat bagi anggotanya. Pada umumnya pembubaran koperasi dilakukan berdasarkan alasan-alasan tertentu yang mengakibatkan kegiatan koperasi tersebut menghambat dan rnembahayakan sistem perkoperasian yang sehat. Oleh karena itu pembubaran Koperasi tidak boleh dilakukan atas dasar kemauan subjektif, akan tetapi harus dilakukan secara objektif, setelah dilakukan upaya pembinaan tetapi tidak mencapai hasil 165 . Apabila berdasarkan alasan-alasan tertentu 166 kegiatannya dirasakan dapat menghambat dan membahayakan sistem perkoperasian yang sehat, efisien, tangguh dan mandiri, maka koperasi tersebut lebih baik dibubarkan. Berdasarkan Pasal 105 UU No. 17 tahun 2012 Menteri dapat membubarkan koperasi apabila: a. Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; danatau 165 Petunjuk pelaksanaan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 269MIX1994 tanggal 9 september 1994. 166 Kelangsungan hidupnya tidak dapat dipertahankan meskipun sudah diberikan bimbingan dan bantuan, atau terbukti bertentengan dengan ketertiban umum dan kesusilaan, tidak menjalankan UU dan Anggaran Dasar Koperasi. Universitas Sumatera Utara 43 b. Koperasi tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan usahanya selama 2 dua tahun berturut-turut.

3.1. Pembubaran koperasi

karena tidak memenuhi Undang Undang Perkoperasian Koperasi yang tidak memenuhi ketentuan UU No 17 Tahun 2012 menjadi alasan bagi koperasi tersebut bubar demi hukum sebab koperasi tersebut tidak lagi memenuhi syarat yang ditentukan dalam undang-undang. Koperasi diakui sebagai badan hukum apabila dipenuhi persyaratan yang ditentukan undang-undang, dan jika persyaratan yang ditetukan dalam undang-undang tidak dipenuhi koperasi tersebut dapat dikategorikan koperasi yang melawan hukum menurut undang undang. Sifat dan akibat keadaan melawan hukum menurut undang-undang berbeda-beda menurut syarat-syarat yang ditetapkan dalam undang-undang yang bersangkutan. 167 Pasal 1337 KUH Perdata menegaskan, suatu sebab adalah terlarang, bila dilarang undang-undang atau bila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum. Jadi suatu perjanjian batal bila bertentangan dengan undang-undang atau kepentingan umum. Biasanya dalam perjanjian ada klausula yang mengatakan, bila suatu bagian perjanjian tidak berlaku, bagian lain dari perjanjian tersebut dapat dirumuskan kembali agar memenuhi persyaratan hukum. Koperasi dapat dibubarkan oleh menteri jika koperasi tersebut tidak melaksanakan ketentuan undang-undang dan anggaran dasarnya. Undang undang No. 17 Tahun 2012 menetukan bahwa koperasi asas tujuan dan landasan koperasi, 168 nilai 167 S.B. Marsh, and J Soulsby, Business Law, Terjemahan Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, [Bandung, Alumni, 1986],hlm 185 168 UU No. 17 Tahun 2012, Pasal 2 Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 3 Koperasi berdasar atas asas kekeluargaan. Pasal 4 Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan Anggota pada khususnya dan masyarakat pada Universitas Sumatera Utara 44 dan prinsip koperasi, 169 syarat minimal jumlah anggota 170 . Jika koperasi terbukti tidak menerapkan asas tujuan dan landasan koperasi Pasal 2,3, dan 4 UU No. 17 Tahun 2012 dan nilai dan prinsip koperasi Pasal 5 dan 6 UU No. 17 Tahun 2012 maka menteri harus membubarkan koperasi tersebut. Jika jumlah anggota koperasi berkurang dibawah mininum yang diatur dalam Pasal 7 UU No. 17 Tahun 2012 dan keadaan ini tidak hanya sementara melainkan berlangsung lama melampaui jangka waktu yang ditetapkan, badan pengurus koperasi harus mengajukan permohonan untuk membubarkan koperasi kepada instansi pemerintah yang menangani urusan koperasi atau pejabat pendaftaran lainnya. 171 Akan tetapi jika pejabat pendaftaran itu pejabat koperasi mengetahui bahwa jumah anggota koperasi telah berkurang di bawah jumlah minimum yang ditetapkan, maka koperasi harus dibubarkan secara ex officio setelah mendengar penjelasan secukupnya dari badan pengurus koperasi yang bersangkutan. 172 umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan. 169 Pasal 5 ayat 1 UU No.17 Tahun 2012, Nilai yang mendasari kegiatan Koperasi yaitu : kekeluargaan, menolong diri sendiri, bertanggung jawab, demokrasi, persamaan, berkeadilan dan kemandirian. Ayat 2 Nilai yang diyakini Anggota Koperasi yaitu: kejujuran; keterbukaan, tanggung jawab; dan kepedulian terhadap orang lain. Pasal 6 ayat 1 Koperasi melaksanakan Prinsip Koperasi yang meliputi: keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka, pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara demokratis, Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi Koperasi, Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan independen, Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Anggota, Pengawas, Pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan Koperasi, Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat Gerakan Koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional, dan Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh anggota. 170 Pasal 7 atat 1 UU No. 17 Tahun 2012, Koperasi Primer didirikan oleh paling sedikit 20 dua puluh orang perseorangan dengan memisahkan sebagian kekayaan pendiri atau Anggota sebagai modal awal Koperasi. Ayat 2, Koperasi Sekunder didirikan oleh paling sedikit 3 tiga Koperasi Primer. 171 Hans-H.Munkner, 10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law, Op. Cit, hlm 176 172 Ibid Universitas Sumatera Utara 45

3.2. Pembubaran koperasi karena bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan

Pasal 1337 KUH Perdata menegaskan, suatu sebab adalah terlarang, bila dilarang undang-undang atau bila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum. Perjanjian seperti ini tidak boleh atau tidak dapat dilaksanakan sebab melanggar hukum atau kesusilaan atau ketertiban umum. Kondisi seperti ini menurut Subekti sudah sangan jelas dapat diketahui seketika oleh hakim dan juga oleh umum sehingga untuk alasan ketertiban dan keamanan umum maka perjanjian semacam itu dengan sendirinya batal demi hukum. 173 Untuk mengetahui ketentuan manakah dalam peraturan perundang undang yang bersifat boleh disimpangi para pihak, perlu diperhatikan apakah rumusan ketentuan itu menyebut secara eksplisit akibat hukum bila apa yang diatur dalam perundang undangan itu dilanggar. 174 Menurut Pasal 1365 KUH Perdata “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian.” Sejak tahun 1919 dipelopori Pengadilan Tinggi di Belanda putusan Hoge Raad tanggal 31 januari 1919 “ istilah onrechmatige daad perbuatan melawan hukum ditafsirkan secara luas sehingga meliputi juga perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan atau dengan yang dianggap pantas dalam pergaulan hidup masyarakat”. 175 Perbuatan melawan hukum dapat juga merupakan tidak tindak pidana disamping aspek perdata. Apabila perbuatan tersebut memenuhi unsur-unsur 173 Elly Erawati, OP.Cit, hlm, 10, dikutip dari R subekti, Catatan No 4 hlm.19. 174 Ibid 175 H. Budi Untung, Hukum dan Etika Bisnis , dilengkapi studi Kasus dan UU, [Yogyakarta: Andi, 2012], hlm, 34. Universitas Sumatera Utara 46 perbuatan melawan hukum maupun unsur-unsur pidana, maka kedua macam sanksi dapat dijatuhkan secara berbarengan. Artinya korban dapat menerima ganti rugi perdata dengan dasar gugatan perdata tetapi pada watu yang bersamaan dengan proses pidana pelaku dapat dijatuhkan sanksi pidana sekaligus. 176 Koperasi dapat juga dibubarkan karena koperasi tersebut bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Ketertiban dan kesusilaan yang dimaksud disini adalah dalam ranah hukum pidana, sehingga harus terlebih dahulu ada putusan pengadilan yang menyatakan koperasi tersebut melakukan perbuatan melawan hukum yaitu bertentangan ketertiban umum dan kesusilaan. Maka dalam hal ini kejaksaanlah yang mengajukan permohonan pembubaran koperasi, untuk membuktikan ketertiban umum dan kesusilaan yang dilanggar koperasi. Apabila telah ada keputusan pengadilan yang telah mempunyai ketentuan hukum yang pasti bahwa kegiatan koperasi membahayakan keamanan masyarakat, melanggar norma kesusilaan yang berlaku atau melanggar ketertiban umum, maka pemerintah wajib membubarkan koperasi yang bersangkutan. 177 Namun sampai saat ini belum ada kesepakatan para ahli tentang defenisi ketertiban umum dan dalam undang undang pun belum ada ditetapkan secara limitatif apa yang dimaksud ketertiban umum. Namun sebagai contoh koperasi melanggar ketertiban umum apabila koperasi mendanai kegiatan teroris, Koperasi yang mengelola perhotelan menyediakan hotelnya sebagai tempat prostitusi.

3.3. Pembubaran koperasi karena tidak melaksanakan usaha secara nyata dalam dua tahun berturut turut

176 Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005, hlm 21. 177 Penjelasan Pasal 3 ayat 1 huruf b PP No. 17 tahun 1994. Universitas Sumatera Utara 47 Koperasi yang tidak melakukan usaha secara nyata setelah akta pendirian koperasi disahkan dalam dua tahun berturut-turut “ maka pembubaran koperasi dapat diperintahkan ex officio oleh pendaftaran atau oleh istansi pemerintah yang menangani pengembangan koperasi.” 178 Pembubaran koperasi yang tidak melakukan usaha secara secara nyata sejak dua tahun berturut turut sejak akta koperasi disahkan, hal ini merupakan alasan yang mendasar untuk membubarkan, oleh karena apabila sejak didirikan ternyata belum melaksanakan kegiatan apapun, maka koperasi tersebut sebenarnya tidak bermanfaat kepada anggotanya. 179 Juga hal ini tidak sesuai dengan tujuan koperasi Pasal 4 UU No.17 Tahun 2012 yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan.

3.4. Pembubaran Dissolution koperasi karena dinyatakan pailit berdasarkan

putusan pengadilan. Berdasarkan Pasal 105 UU No. 17 Tahun 2012 secara tegas disebutkan bahwa salah satu alasan pembubaran koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Pengadilan yang dimaksud disini adalah Pengadilan Niaga sesuai dengan UU No 37 tahun 2004 tentang UUK- PKPU. Koperasi yang diputus pailit oleh pengadilan dan keputusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti bahwa koperasi dinyatakan pailit, Pemerintah 178 Hans-H.Munkner, 10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law, Op. Cit, hlm 181. 179 Suhardi, Taufik Makarao,Fauziah ,Hukum Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia, [ Jakarta: Akademia, 2012], hlm 194. Universitas Sumatera Utara 48 wajib membubarkan koperasi yang bersangkutan. Ketentuan ini merupakan kewajiban Pemerintah cq. Menteri, dan pelaksanaannya tidak tergantung pada kebijaksanaan Menteri. 180 Jika koperasi tidak lagi mampu melunasi utang-utangnya kepada para kreditor atau jika seluruh jumlah utangnya melebihi prosentasi tertentu dari harta kekayaan koperasi, termasuk utang-utang perorangan dari para anggotanya, maka badan pengurus koperasi itu harus mengajukan permohonan untuk penyelesaian kepailitan petition in bankrupcy. 181 Bagaimana jika koperasi diputus pailit oleh Pengadilan Niaga, dan koperasi tersebut tidak mampu membayar lunas hutang-hutangnya? Alasan yang dipakai sebagai dasar pembubaran koperasi dalam kepailitan, menimbulkan dua bentuk atau model pembubaran koperasi yaitu : 182 1. Pembubaran koperasi berlakunya demi hukum by the operation of law. Akibat yuridis yang berlaku demi hukum by the operation of law segera setelah pernyataan pailit dinyatakan atau setelah pernyataan pailit mempunyai hukum tetap, ataupun setelah berakhirnya kepailitan. Berlaku karena hukum by the operation of law begitu putusan pailit dikabulkan oleh Pengadilan Niaga. 183 2. Pembubaran koperasi berlaku secara Rule of Reason. 180 Lihat Penjelasan pasal 3 ayat 1 huruf c PP No.17 Tahun 1994 181 Hans-H.Munkner, 10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law, Op. Cit, hlm 178 182 Bandingkan Arif Indra Setyadi, Analisa Hukum Tentang Pembubaran Likuidasi Perseroaan Terbatas PT Akibat Keputusan Pailit Pengadilan Niaga, Mahasiswa Pasca Sarjana Kenotariatan UNDIP 2011 183 Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, Op Cit hal 65-66. Universitas Sumatera Utara 49 Untuk akibat-akibat hukum tertentu dari kepailitan berlaku Rule of Reason, adalah bahwa akibat hukum tersebut tidak otomatis berlaku, akan tetapi baru berlaku jika diberlakukan oleh pihak-pihak tertentu, setelah mempunyai alasan yang wajar untuk diberlakukan. Jadi perlu dimintakan oleh pihak tertentu dan perlu pula persetujuan institusi tertentu. Menurut UU No. 37 Tahun 2004 bahwa kepailitan badan hukum koperasi di Indonesia tidak secara otomatis terjadi pembubaran koperasi karena masih dimungkinkan koperasi pailit direhablitasi apabila mampu membayar lunas utangnya disamping itu kepailitan dan pembubaran koperasi merupakan lembaga hukum yang berbeda. Putusan pailit koperasi hanya membuat koperasi kehilangan haknya untuk mengurus dan menguasai harta kekayaan koperasi tersebut. Debitor koperasi yang tidak dapat membayar lunas utangnya atau tidak terjadi perdamaian setelah diputus pailit, maka terhadap hal tersebut tidak berlaku rehabilitasi. Kepailitan koperasi dapat berakhir karena tidak terjadi perdamaian atau tidak dapat membayar lunas hutangnya atau telah dinyatakan insolvensi, maka terhadap hal demikian pada prinsipnya tidak ada rehablitasi. 184 Jika keadaan ini terjadi maka tindakan hukum yang akan dilakukan adalah melakukan pembubaran koperasi oleh pemerintah yang diikuti penyelesaian likuidasi koperasi. Alasan pembubaran koperasi berhubung dengan kepailitan adalah dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit koperasi tidak cukup untuk membayar biaya 184 Eduard Manik, Cara Mudah Memahami Proses Kepailitan Dan penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Dilengkapi Dengan Studi Kasus Kepailitan, [Bandung: CV Mandar Maju, 2012],hlm,178. Universitas Sumatera Utara 50 kepailitan 185 dan karena harta pailit koperasi yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 186 Dengan demikian hanya koperasi yang tidak dapat membayar lunas utangnya atau tidak terjadi perdamaian setelah diputus pailit yang wajib dibubarkan. Dalam putusan pailit ada beberapa kemungkinan yaitu: a. Koperasi mampu membayar lunas utang-utangngnya. b. Koperasi tidak mampu membayar lunas hutang-hutangnya. c. Koperasi diberikan kesempatan untuk menjadual ulang utang-utangnya terjadi perdamaian. Jika koperasi sudah membayar lunas hutang-hutangnya atau terjadi perdamaian maka koperasi kembali dapat melanjutkan usahanya. Akan tetapi lain halnya dalam pranata hukum pembubaran koperasi, dimana setelah dikeluarkan keputusan pembubaran maka yang harus dilakukan adalah likuidasi penyelesaian untuk menyelesaikan hak dan kewajibannya koperasi.

3.4.1. Pengertian kepailitan

Secara tata bahasa, kepailitan berarti segala hal yang berhubungan dengan ”pailit”. Black’s Law Dictionary memberikan pengertian bahwa pailit dihubungkan dengan ”ketidakmampuan untuk membayar” dari seorang debitor atas utang utangnya yang telah jatuh tempo. “Kapailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah 185 Analogi Pasal 142 ayat 1 huruf d UU No. 40 Tahun 2007, Lihat juga Pasal 18 ayat 1 UU No 37 Tahun 2004 186 Analogi Pasal 142 ayat 1 huruf e UU No. 40 Tahun 2007, Lihat juga Pasal 178 ayat 1 UU No 37 Tahun 2004. Universitas Sumatera Utara 51 pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.” 187 Dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan kepailitan adalah merupakan sita umum terhadap semua kekayaan debitur yang nantinya masuk dalam budel pailit. 188 Setelah permohonan untuk kepailitan diajukan oleh koperasi atau salah satu krediturnya, maka kreditur kreditur secara individual tidak dapat lagi memaksakan tuntutannya claim terhadap koperasi. 189 Sejak putusan pailit koperasi maka semua kreditor harus mengajukan tuntutannya secara bersama-sama. Mereka membentuk kelompok kreditor untuk membagi harta kekayaan yang dinyatakan pailit bankrupt’s estate demikian pula kerugian yang timbul. 190

3.4.2. Kreditor dari koperasi

Objek yang dapat dinyatakan pailit adalah debitur yang tidak membayar utang-utangnya kepada para kreditornya 191 dengan kata lain bahwa debitur tersebut mempunyai kreditor lebih dari satu dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. 192 Pengertian debitur bisa orang perseorang, 193 pesekutuan yang bukan badan hukum, 194 badan hukum 195 dan harta 187 Lihat Pasal 1 angka 1 UU No. 37 Tahun 2004 188 Edward Manik, Op.Cit, hlm 31 189 Hans-H.Munkner, 10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law, Loc. Cit. 190 Ibid 191 Sutan Remy Syahdeini, Op.Cit, hlm 96 192 Lihat Pasal 2 ayat 1 UU No 37 Tahun2004 193 Lihat Pasal 4 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004, “Dalam hal permohonan diajukan oleh debitur yang masih terikat dalam pernikahan yang sah, permohonannya dapat diajukannya atas persetujuan suami atau isterinya”. 194 Pasal 5 UU No. 37 Tahun 2004, “Permohonan pailit terhadap suatu firma harus memuat tempat tinggal masing-masing pesero yang tanggung renteng terikat untuk seluruh utang firma”. 195 Pasal 3 ayat 5 UU No. 37 Tahun 2004, Dalam hal debitor badan hukium , tempat kedudukan hukumnya adalah sebagaima dimaksud dalam anggaran dasarnya Universitas Sumatera Utara 52 peningggalan. 196 Subyek hukum yang dapat memohonkan pailit adalah debitor dan kreditor. Kreditor koperasi menurut diatur dalam Pasal 66 ayat 2 huruf UU No. 17 tahun 2012 berbunyi: Selain modal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 modal koperasi dapat berasal dari: a. Hibah; b. Modal penyertaan; c. Modal pinjaman yang berasal dari: 1. Anggota; 2. Koperasi lainnya danatau anggotanya; 3. Bank dan lembaga keuangan lainnya; 4. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; danatau 5. Pemerintah dan Pemerintah Daerah.danatau d. Sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar danatau ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan pasal 66 tersebut diatas yang menjadi kreditor dari koperasi adalah para pihak memberikan pinjaman kepada koperasi yaitu: 1. Anggota koperasi yang bersangkutan. 2. Koperasi lain dan atau anggotanya. 3. Bank dan lembaga keuangan lainnya. 4. Pemerintah dan Pemerintah daerah. 5. Pihak yang diakui oleh undang-undang. Koperasi sebagai subjek hukum dapat mempunyai utang kepada dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunar sedikitnya satu utang yang sudah jatuh tempo dapat ditagih diputus pailit oleh Pengadilan Niaga.Piahak yang dapat 196 Lihat Pasal 207 UU No. 37 Tahun 2004 Harta kekayaan orang yang meninggal harus dinyatakan dalam keadaan pailit apabila dua atau lebih kreditor mengajukan permohonan untuk itu dan secara singkat dapat membuktikan bahwa utang yang meninggal, semasa hidunya tidak dibayar lunas; atau pada saat meninggalnya orang tersebut, harta peninggalnya tidak cukup untuk membayar utangnya. Universitas Sumatera Utara 53 memohonkan pailit koperasi adalah pengurus koperasi yang bersangkutan, dan para kreditor koperasi yang disebut diatas.

3.4.3. Syarat-syarat permohonan kepailitan

Setiap permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit telah terpenuhi. 197 Syarat-syarat kepailitan dalam pasal 2 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 yang menyatakan “debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.” Jika terpenuhi syarat kumulatif yaitu dua kreditor atau lebih dan tidak dibayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih maka hakim wajib memutus pailit debitor.

3.4.4. Keharusan adanya dua kreditor

198 Syarat mengenai keharusan adanya dua atau lebih kreditor dikenal dengan concursus creditorium. 199 Hal ini merupakan konsekuensi pelaksanaan dari ketentuan Pasal 1132 KUH Perdata. Rasio kepailitan adalah jatuhnya sita umum atas semua harta benda debitor yang setelah dilakukan rapat verifikasi utang piutang tidak tercapai perdamaian atau accord, dilakukan proses likuidasi atas seluruh harta benda debitornya sesuai dengan tata urutan tingkat kreditor yang ditentukan oleh undang- undang. 200 Apabila seorang debitor hanya memiliki satu orang kreditor maka eksistensi dari UU No. 37 Tahun 2004 kehilangan raison d’etere-nya. Apabila 197 Lihat Pasal 8 ayat 4 UU No. 37 Tahun 2004 198 Pasal 2 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2007 199 Sutan Remy Syahdeini, Op.Cit, hlm 53 200 Ibid Universitas Sumatera Utara 54 seorang debitor hanya memiliki seorang kreditor tidak dibolehkan mengajukan pernyataan pailit terhadapnya, karena harta kekayaan debitor menurut ketentuan pasal 1131 KUH Perdata merupakan jaminan utangnya sehingga tidak perlu diatur mengenai pembagian hasil penjual harta kekayaannya. 201 Debitor dan kreditor yang mengajukan permohonan pailit maka berlaku Pasal 1132 KUH Perdata. Hasil penjualan harta kekayaan debitor dibagi menurut keseimbangan berdasarkan Pasal 1132 KUH Perdata yaitu bahwa harta kekayaan tersebut harus dibagi secara : 1. Pari passu, dengan pengertian bahwa harta kekayaan tersebut harus dibagikan secara bersama-sama diantara para kreditor tersebut. 2. Pro rata, sesuai dengan besarnya imbangan piutang masing-masing kreditor terhadap utang debitur secara keseluruhan. Maka eksistensi dari kepailitan sekurangnya dua orang kreditor merupakan suatu syarat mutlak karena jika hanya ada satu kreditor tidak perlu kepailitan karena tidak perlu pengaturan pembagian hasil eksekusi harta pailit kepada beberapa kreditor.

3.4.5. Utang yang jatuh waktu

Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontijen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitur dan bila tidak 201 Ibid Universitas Sumatera Utara 55 dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitur. 202 Pengertian ”jatuh waktu” dapat di lihat dalam Pasal 1238 KUH Perdata yang mengatur bahwa pihak yang berhutang dianggap lalai apabila ia diperingatkan dengan surat teguran dan dalam surat tersebut debitur diberi jangka waktu tertentu untuk melunasi hutangya. Pasal 1238 KUH Perdata “ debitor adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika menetapkan, bahwa debitor akan harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”. Jadi “pernyataan lalai” inbrekesteling adalah upaya hukum rechtimiddle dengan mana kreditor memberitahukan, menegur, memperingatkan aanmaning, sommatie, kenningsgeving debitur saat selambat- lambatnya ia wajib memenuhi prestasi dan apabila saat dilampaui maka debitur telah lalai. 203

3.4.6. Tindakan yuridis setelah putusan pailit

Pernyataan pailit mengakibatkan debitor yang dinyatakan pailit kehilangan segala “hak perdata” untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah dimasukkan ke dalam harta pailit. 204 Hal ini dapat dilihat dari adanya kewenangan kurator untuk mengurus dan atau melakukan pemberesan harta pailit. 205 Setelah putusan kepailitan, masih banyak tahapan yang harus dilakukan sampai akhirnya kepailitan ditutup. Pasal 15 ayat 1 dan 2 UUK-PKPU menyebutkan dalam 202 Pasal 1 angka 6 UU No. 37 Tahun 2004 203 Mariam Darus Badrulzaman , K.U.H. Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasannya, [Bandung: Alumni, 2006], hlm, 17 lihat juga Ahmad Miru, Sakka Pati, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai 1456 BW, [Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011],hlm, 8-9 204 Akibat Hukum PernyataanPailit [http:diaz_fhuns.staff.uns.ac.id] dikutif dari Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Kepailitan Seri Hukum Bisnis, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 30 dan lihat pula ketentuan Pasal 24 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 205 Lihat ketentuan Pasal 16 ayat 1 dan Pasal 69 ayat 1 UU No. 37 Tahun Universitas Sumatera Utara 56 putusan pernyataan pailit, harus diangkat kurator dan seorang hakim pengawas yang ditunjuk dari hakim pengadilan. Dalam hal debitor, kreditor, atau pihak yang berwenang mengajukan permohonan pernyataan pailit tidak mengajukan usul pengangkatan kurator kepada pengadilan maka balai harta peninggalan diangkat selaku kurator. Setelah adanya pengangkatan kurator dalam putusan pernyataan pailit maka sejak saat itu kurator melakukan tugas pengurusan danatau pemberesan harta pailit. Setelah harta pailit dinyatakan dalam keadaan insolvensi maka curator harus memulai pemberesan melalui penjualan harta pailit tanpa memerlukan persetujuan debitur. 206 Diagram Kepailitan dilihat secara keseluruhan. 207 206 Adrian Sutedi, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi dan Kepailitan, [Jakarta: Sinar Grafika,2010],hlm 215, lihat juga pasal 178 ayat 1 UU No. 37 tahun 2004. 207 Sumber diagram proses kepailitan diambil dari Buku Edward Manik, Op Cit, hlm 60 Putusan pailit berkekuatan hukum tetap Putusan PailitTingkat Pertama mulai berlaku penangguhan eksekusi hak jaminan stay Dicapai komposisi akkord, Perdamaian Mulai dilakukan tindakan Verifikasi pencocokan piutang Atau dinyatakan Insolvensi debitor dalam keadaan tidak mampu membayar utang Pengadilan memberikan Homologasi Mengesahkan Perdamaian Dilakukan Pemberesan termasuk penyusunan daftar piutang dan pembagian Kepailitan Dilakukan rehablitasi Universitas Sumatera Utara 57

B. Pembubaran Dissolution Koperasi Menurut Undang-Undang

1. Pembubaran Koperasi Menurut UU No. 25 Tahun 1992

Undang No. UU No. 25 Tahun 1992 telah diganti dengan dengan UU No. 17 Tahun 2012. Sebagai perbandingan Pembubaran koperasi sebagai badan hukum, menurut UU No. 25 Tahun 1992 dapat dilakukan berdasarkan 208 keputusan rapat anggota, atau keputusan pemerintah. Keputusan pembubaran oleh pemerintah dilakukan 209 apabila terdapat bukti bahwa koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan undang-undang ini, kegiatannya bertentangan dengan ketertiban umum danatau kesusilaan, kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan. Keputusan pembubaran koperasi oleh pemerintah dikeluarkan dalam waktu paling lambat 4 empat bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat pemberitahuan rencana pembubaran tersebut oleh koperasi yang bersangkutan. 210 Dalam jangka waktu paling lambat 2 dua bulan sejak tanggal penerimaan pemberitahuan, koperasi yang bersangkutan berhak mengajukan keberatan. 211 Keputusan pemerintah mengenai diterima atau ditolaknya keberatan atas rencana pembubaran diberikan paling lambat 1 satu bulan sejak tanggal diterimanya pemyataan keberatan tersebut. 212 Keputusan pembubaran koperasi oleh rapat anggota diberitahukan secara tertulis oleh kuasa rapat anggota kepada semua kreditor dan pemerintah. 213 Pemberitahuan kepada semua kreditor dilakukan oleh pemerintah, jika pembubaran 208 Pasal 46 UU No. 25 Tahun 1992 209 Pasal 47 ayat 1 UU No. 25 Tahun 1992 210 Pasal 47 ayat 2 UU No. 25 Tahun 1992 211 Pasal 47 ayat 3 UU No. 25 Tahun 1992 212 Pasal 47 ayat 4 UU No. 25 Tahun 1992 213 Pasal 49 ayat 1 UU No. 25 Tahun 1992 Universitas Sumatera Utara 58 tersebut dilakukan berdasarkan keputusan pemerintah. 214 Apabila pemberitahuan pembubaran koperasi belum diterima oleh kreditor, maka pembubaran koperasi belum berlaku baginya. 215 Dalam pemberitahuan kepada semua kreditor harus disebutkan 216 nama dan alamat likuidator tim penyelesai dan semua kreditor dapat mengajukan tagihan dalam jangka waktu 3 tiga bulan sesudah tanggal diterimanya surat pemberitahuan pembubaran.

2. Pembubaran Koperasi Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2012

Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2012 pembubaran koperasi dapat dilakukan berdasarkan 217 keputusan Rapat Anggota, jangka waktu berdirinya telah berakhir, keputusan Menteri. Rapat anggota berwewenang untuk memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan dan pembubaran koperasi. 218 Usul pembubaran koperasi diajukan kepada rapat anggota oleh pengawas atau anggota yang mewakili paling sedikit 15 satu perlima jumlah anggota. Keputusan pembubaran koperasi ditetapkan berdasarkan ketentuan rapat anggota 219 . Rapat anggota pembubaran koperasi adalah rapat anggota luar biasa. Rapat anggota luar biasa yang diselenggarakan untuk memutuskan penggabungan, peleburan, atau pembubaran koperasi dianggap sah apabila sudah mencapai kuorum yaitu dihadiri oleh paling sedikit 34 tiga perempat jumlah anggota. Keputusan rapat anggota luar biasa dianggap sah apabila disetujui oleh paling sedikit 23 dua pertiga jumlah suara yang sah. Apabila kuorum tidak tercapai, 214 Pasal 49 ayat 2 UU No. 25 Tahun 1992 215 Pasal 49 ayat 3 UU No. 25 Tahun 1992 216 Pasal 49 ayat 4 UU No. 25 Tahun 1992 217 Pasal 102 UU No. 17 Tahun 2012 218 Pasal 33 huruf h UU no. 17 Tahun 2012 219 Pasal 103 ayat 1 dan 2 UU No. 17 Tahun 1994 Universitas Sumatera Utara 59 pengurus dapat menyelenggarakan rapat anggota luar biasa kedua pada waktu paling cepat 14 empat belas hari dan paling lambat 30 tiga puluh hari dihitung dari tanggal rencana penyelenggaraan rapat anggota luar biasa pertama yang gagal diselenggarakan. . Ketentuan tentang kuorum dan pengesahan keputusan dalam rapat anggota luar biasa kedua sama dengan ketentuan dalam rapat anggota luar biasa pertama. Dalam hal kuorum rapat anggota luar biasa kedua tidak tercapai, atas permohonan pengurus kuorum ditetapkan oleh Ketua Pengadilan. 220 Pengurus bertindak sebagai kuasa rapat anggota pembubaran koperasi apabila rapat anggota tidak menunjuk pihak yang lain. Koperasi dinyatakan bubar pada saat ditetapkan dalam keputusan rapat anggota. Keputusan pembubaran koperasi oleh rapat anggota diberitahukan secara tertulis oleh kuasa rapat anggota kepada menteri dan semua kreditor. Pembubaran koperasi dicatat dalam Daftar Umum Koperasi. 221 Koperasi bubar karena jangka waktu berdirinya sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar berakhir. 222 Pembubaran ini harus disebutkan dengan tegas dalam anggaran dasar koperasi yang bersangkutan. Untuk suatu koperasi yang ditetapkan jangka waktu berdirinya, maka koperasi tersebut bubar dimi hukum jika jangka waktu yang sudah ditetapkan berakhir. Menteri dapat memperpanjang jangka waktu berdirinya koperasi atas permohonan pengurus setelah diputuskan pada rapat anggota. 223 Permohonan perpanjangan jangka waktu berdirinya koperasi yang akan berakhir jangka waktu berdirinya diajukan dalam jangka waktu paling lambat 90 220 Pasal 43 UU No. 17 Tahun 2012 221 Pasal 103 ayat 4,5,6, dan 7 UU No. 17 Tahun 2012, 222 Pasal 104 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2012 223 Pasal 104 ayat 2 UU No. 17 Tahun 2012 Universitas Sumatera Utara 60 sembilan puluh hari sebelum jangka waktu berdirinya operasi berakhir. 224 Keputusan menteri atas permohonan sebagaimana dimaksud diatas diberikan dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari setelah permohonan diterima. 225 Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak dipenuhi oleh menteri, keputusan rapat anggota mengenai perpanjangan jangka waktu berdirinya koperasi dianggap sah. 226 Menteri dapat membubarkan koperasi apabila: 227 a. Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; danatau b. Koperasi tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan usahanya selama 2 dua tahun berturut-turut. Dalam UU No. 17 Tahun 2012 tidak ada diatur apakah koperasi yang diputus pailit tetapi mampu membayar lunas utangnya harus atau wajib dibubarkan. Dan juga tidak ada pengaturanya jika koperasi yang diputus pailit dalam keadaan insolvensi atau tidak mampu membayar lunas hutangnya. Kekuranglengkapan UU No. 17 Tahun 2012 ini tentang pengaturan koperasi yang diputus pailit oleh pengadilan dapat dilengkapi dengan menggunakan menerapkan argumentum analogi Pasal 142 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Menteri dapat membubaran koperasi yang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap apabila: a. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit koperasi tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan. 228 b. Karena harta pailit koperasi yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; atau 229 224 Pasal 104 ayat 3 UU No. 17 Tahun 2012 225 Pasal 104 ayat 4 UU No. 17 Tahun 2012 226 Pasal 104 ayat 5 UU No. 17 Tahun 2012 227 Pasal 105 UU No. 17 Tahun 2012 228 Analogi Pasal 142 huruf d UU No. 40 Tahun 2007. Universitas Sumatera Utara 61 c. Karena dicabutnya izin usaha koperasi sehingga mewajibkan koperasi melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 230

3. Pembubaran Koperasi Menurut PP No. 17 Tahun 1994

Peraturan Pemerintah yang simaksud Pasal 111 UU No. 17 Tahun 2012 belum dibuat oleh Pemerintah maka sesuai dengan Pasal 124 ayat 2 UU No. 17 Tahun 2012 yang berlaku masih ketentuan mengenai pembubaran koperasi oleh pemerintah yaitu PP No. 17 Tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi Oleh Pemerintah. Menteri dapat membubarkan koperasi apabila: 231 a. Koperasi tidak memenuhi ketentuan dalam UU No. 25 Tahun 1992 diganti menjadi UU No 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, dan atau tidak melaksanakan ketentuan dalam anggaran dasar koperasi yang bersangkutan atau b. Kegiatan koperasi bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan yang dinyatakan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti. c. Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti atau koperasi dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti. d. Koperasi tidak melakukan kegiatan usahanya secara nyata selama dua tahun berturut-turut terhitung sejak tanggal pengesahan akta pendirian koperasi. Pengadilan yang dimaksud Pasal 3 ayat 1 huruf c No. 17 Tahun 1994 tersebut diatas adalah Pengadilan Niaga, sesuai dengan UU No. 37 Tahun 2004. Hal itu sesuai dengan peraturan kepailitan yang menyatakan bahwa pernyataan pailit ditetapkan berdasarkan keputusan pengadilan, jadi bukan dinyatakan oleh koperasi 229 Analogi Pasal 142 huruf e UU No. 40 Tahun 2007. 230 Analogi Pasal 142 huruf f UU No. 40 Tahun 2007. 231 Pasal 3 ayat 1 PP No. 17 Tahun 1994 Universitas Sumatera Utara 62 yang bersangkutan atau oleh pejabat Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil. Pembubaran koperasi karena putusan pailit apabila hutang koperasi lebih besar daripada assetnya, sehingga putusan pailit koperasi diangkat. Tetapi jika asset koperasi jauh lebih banyak daripada hutangnya maka menteri tidak serta merta membubarkannya, masih ada upaya lain yaitu dengan rektrukturisasi koperasi. 232

4. Keberatan Terhadap Pembubaran Koperasi

Sebelum mengeluarkan keputusan pembubaran koperasi, menteri menyampaikan secara tertulis dengan surat tercatat mengenai rencana pembubaran koperasi kepada pengurus. Dalam hal pengurus koperasi tidak diketahui alamatnya, menteri menyampaikan surat pemberitahuan rencana pembubaran koperasi kepada anggota koperasi yang masih ada. Dalam hal anggota koperasi tidak diketahui alamatnya, menteri mengumumkan rencana pembubaran koperasi dengan menempelkan surat pemberitahuan rencana pembubaran koperasi pada papan pengumuman yang terletak pada kantor kecamatan dan atau kelurahan tempat kedudukan koperasi. 233 Pengurus atau anggota koperasi dapat mengajukan pernyataan keberatan terhadap rencana pembubaran yang didasarkan pada alasan bahwa koperasi tidak memenuhi ketentuan dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, dan atau tidak melaksanakan ketentuan dalam anggaran dasar koperasi yang bersangkutan 232 Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, restrukturisasi merupakan kegiatan untuk merubah struktur perusahaan. Sedangkan menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, JR., yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Denny Arnos Kwari, restrukturisasi diikuti dengan adanya perubahan dalam struktur modal, operasi, atau kepemilikan perusahaan yang merupakan rutinitas usahanya. Dikutip dari Makalah restrukturisasi, [ http:etyulia.blogspot.com] diakses tanggal 10 Pebruari 2012 233 Pasal 4 PP No. 17 Tahun 1994 Universitas Sumatera Utara 63 atau koperasi tidak melakukan kegiatan usahanya secara nyata selama dua tahun berturut-turut terhitung sejak tanggal pengesahan akta pendirian koperasi . Dalam jangka waktu paling lama dua bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat pemberitahuan rencana pembubaran oleh pengurus atau anggota koperasi, atau sejak penempelan surat pemberitahuan rencana pembubaran pada papan pengumuman. 234 Dalam hal pernyataan keberatan tersebut diajukan oleh anggota koperasi, maka anggota tersebut harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari anggota lain untuk bertindak atas nama koperasi dalam mengajukan pernyataan keberatan tersebut. 235 Dalam hal tidak ada pernyataan keberatan yang diajukan, menteri wajib mengeluarkan keputusan pembubaran koperasi dalam jangka waktu paling lama empat bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat pemberitahuan rencana pembubaran oleh pengurus atau anggota koperasi, atau sejak penempelan surat pemberitahuan rencana pembubaran pada papan pengumuman. 236 Terhadap keberatan yang diajukan, menteri wajib memutuskan untuk menerima atau menolak keberatan dalam jangka waktu paling lama satu bulan terhitung sejak tanggal diterimanya pengajuan keberatan. 237 Dalam hal keberatan diterima, menteri wajib menyampaikan pembatalan rencana pembubaran koperasi secara tertulis dengan surat tercatat kepada pengurus atau anggota koperasi dalam jangka waktu paling lama satu bulan terhitung sejak tanggal keputusan untuk menerima keberatan ditetapkan. 238 Dalam hal keberatan ditolak, menteri mengeluarkan keputusan pembubaran koperasi berikut alasan penolakan dalam 234 Lihat Pasal 5 ayat 1 PP No. 17 Tahun 1994 235 Pasal 5 ayat 2 PP No. 17 Tahun 1994 236 Pasal 5 ayat 3 PP no. 17 Tahun 1994 237 Pasal 6 ayat 2 PP no. 17 Tahun 1994 238 Pasal 6 ayat 3 PP no. 17 Tahun 1997 Universitas Sumatera Utara 64 jangka waktu paling lama satu bulan terhitung sejak tanggal keputusan untuk menolak keberatan ditetapkan. 239 Keputusan menteri untuk menerima atau menolak keberatan yang diajukan merupakan putusan akhir. 240 Menteri menyampaikan keputusan pembubaran koperasi secara tertulis dengan surat tercatat kepada pengurus atau anggota koperasi dalam jangka waktu paling lama empat belas hari terhitung sejak tanggal dikeluarkannya keputusan pembubaran koperasi. 241 Dalam hal pengurus atau anggota koperasi tidak diketahui alamatnya, Menteri mengumumkan mengenai pembubaran koperasi dengan menempelkan keputusan pembubaran koperasi pada papan pengumuman yang terletak pada kantor kecamatan dan atau kelurahan tempat kedudukan koperasi dalam jangka waktu empat belas hari. 242 Untuk kepentingan kreditor dan anggota koperasi, menteri wajib segera menyelenggarakan penyelesaian pembubaran terhadap koperasi yang dibubarkan. Selama dalam proses penyelesaian, koperasi tersebut tetap ada dengan sebutan Koperasi Dalam Penyelesaian. 243 Pembubaran KSP dan USP karena Pailit Oleh Pemerintah: 244 Apabila pembubaran KSP atau koperasi yang mempunyai unit usaha simpan pinjam oleh Pemerintah dibubarkan karena pailit maka tata cara mengajukan pertimbangan pembubaran KSP dan koperasi yang mempunyai USP tersebut diatur sebagai berikut: a. KSP atau koperasi yang memiliki USP dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri setempat Pengadilan Niaga berdasarkan UU No.37 Tahun 2004 239 Pasal 6 ayat 4 PP no. 17 Tahun 1997 240 Pasal 6 ayat 5 PP no. 17 Tahun 1997 241 Pasal 8 ayat 1 PP no. 17 Tahun 1997 242 Lihat Pasal 8 ayat 2 PP no. 17 Tahun 1997 243 Pasal 9 PP No. 17 Tahun 1994 244 Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menegah republik Indonesia Nomor 351KEPMXII1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Universitas Sumatera Utara 65 b. Pengurus KSP atau koperasi yang mempunyai USP mengajukan pertimbangan kepailitan kepada pejabat Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah yang berwenang memberikan pengesahan Akte Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi; c. Pejabat Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah yang berwenang memberikan pengesahan akte pendirian memberikan pertimbangan paling lama 3 tiga bulan, apabila lebih dari waktu 3 tiga bulan pertimbangan tidak dikeluarkan, dapat diartikan bahwa kepailitan koperasi tersebut diterima.Apabila pertimbangan pejabat Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah yang memberikan pengesahan akte pendirian tersebut memuat petunjuk jangan dibubarkan, maka pertimbangan tersebut harus dilaksanakan. Apabila telah dilaksanakan dan tidak berhasil, maka koperasi dapat membubarkan diri atau dibubarkan oleh pemerintah karena kepailitan.

C. Pembubaran Koperasi Oleh Pengadilan.

Pengadilan negeri dapat membubarkan koperasi atas: 1. Permohonan kejaksaan berdasarkan alasan koperasi melanggar ketertiban umum dan kesusilaan atau koperasi melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan. Akta pendirian koperasi atau anggaran dasar koperasi merupakan suatu perjanjian. Syarat sahnya suatu perjanjian menururut Pasal 1320 KUH Perdata, adalah sepakat, cakap, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Yang dimaksudkan sebab yang halal adalah “bahwa isi perjanjian tersebut tidak dapat bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.” 245 Menurut Pasal 1337 KUH Perdata “suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan”. Akibat hukum terhadap perjanjian berkausa tidak halal, maka perjanjian itu batal demi hukum atau perjanjian itu dianggap tidak pernah ada. Hal ini sesuai dengan Pasal 1335 KUH Perdata “Suatu persetujuan tanpa sebab, 245 Ahmadi Miru, Sakka Pati, [Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai Pasal 1456 BW,Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011], hlm 69. lihat juga Pasal 46 ayat 1 c UU No.25 Tahun 1992 Universitas Sumatera Utara 66 atau yang dibuat karena suatu sebab yang palsu atau yang terlarang, tidak mempunyai kekuatan.” Dengan demikian tidak ada dasar untuk menuntut pemenuhan perjanjian itu dimuka hakim.” 246 Untuk melindungi kepentingan umum maka negara diwakili oleh kejaksaan berkewajiban untuk mengajukan permohonan pembubaran badan hukum koperasi jika dinilai koperasi tersebut bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan undang-undang. 2. Permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum dalam akta pendirian. Pendirian koperasi dilakukan dengan akta pendirian koperasi yang dibuat oleh notaris dalam bahasa Indonesia 247 dan akta pendirian koperasi tersebut merupakan perjanjian yang dibuat anggota koperasi. Akta pendirian koperasi sebagai suatu perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi para anggota karena adanya koperasi karena ada suatu persetujuan atau karena undang- undang. Pasal 1338 KUH Perdata menyebutkan: “Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan- alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.” “ Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik yaitu keinginan subyek hukum untuk berbuat sesuatu, kemudian mereka mengadakan negosiasi dengan pihak lain, dan sudah barang tentu keinginan itu sesuatu yang baik. Itikad baik yang sudah mendapat kesepakatan terdapat dalam isi perjanjian untuk ditaati oleh kedua belah pihak sebagai suatu peraturan bersama. Isi perjanjian ini disebut 246 Pengertian Causa Yang Halal Dalam Suatu Perjanjian [Sumber: http: id. shvoong. comlaw-and-politics], diakses tanggal 22 Januari 2013 247 Pasal 9 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2017 Universitas Sumatera Utara 67 prestasi yang berupa penyerahan suatu barang, melakukan suatu perbuatan, dan tidak melakukan suatu perbuatan.” 248 Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi 4 syarat: 249 a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri. b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. c. Suatu pokok persoalan tertentu. d. Suatu sebab yang tidak terlarang. Dua syarat pertama disebut juga dengan syarat subyektif, sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat obyektif. Dalam hal tidak terpenuhinya unsur pertama kesepakatan dan unsur kedua kecakapan maka kontrak tersebut dapat dibatalkan. Sedangkan apabila tidak terpenuhinya unsur ketiga suatu hal tertentu dan unsur keempat suatu sebab yang halal maka kontrak tersebut adalah batal demi hukum. 250 3. Permohonan pengurus setelah diputuskan dalam rapat anggota 251 , pengurus. 252 Koperasi yang menurut penilaian rapat anggota bahwa alasan koperasi tidak mungkin untuk dilanjutkan karena pailit akibat hutang koperasi lebih besar dari pada assetnya atau koperasi tersebut bangkrut secara ekonomi sehingga koperasi tersebut dapat dimohonkan pailit Pengadilan Niaga.

D. Prosedur Melakukan Pembubaran Koperasi

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pembubaran, 248 Hukum Perikatan Perjanjian,[ http:www. mfile.narotama.ac.id] diakses tanggal 6 Januari 2012. 249 Pasal 1320 KUH Perdata 250 Hukum Perikatan Perjanjian, mfile.narotama.ac.id, Loc.Cit 251 Pasal 33 huruf h UU No. 17 Tahun 2012 , Rapat anggota berwewenang memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan, dan pembubaran koperasi. 252 Pasal 62 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2012, Pengurus dapat mengajukan permohonan ke pengadilan niaga agar Koperasi dinyatakan pailit hanya apabila diputuskan dalam rapat anggota. Universitas Sumatera Utara 68 penyelesaian, dan hapusnya status badan hukum koperasi diatur Peraturan Pemerintah. 253 Prosedur pembubaran koperasi : 254 1. Penelitian oleh pejabat. 255 2. Rencana pembubaran koperasi. 256 3. Pengajuan keberatan pembubaran. 257 4. Keputusan pembubaran. 258 5. Pemberitahuan pembubaran koperasi kepada kreditor. 259 Dalam hal terjadi pembubaran koperasi maka wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator tim penyelesai untuk menyelesaikan atau membereskan hak dan kewajiban koperasi yang dibubarkan maka : a. Koperasi tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan untuk membereskan semua urusan koperasi dalam rangka likuidasi penyelesaian. 253 Pasal 111 UU No. 17 Tahun 2012. 254 Keputusan Menteri Koperasi dan pembinaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia Nomor 269MIX1994 tentang Petunjuk pelaksanaan pemerintah No 17 Tahun 1994. 255 Pejabat adalah Kepala Kantor Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil KabKodya atau Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil PropDI atau Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil. 256 Apabila hasil penelitian menunjukan bahwa Koperasi yang bersangkutan ternyata memenuhi salah satu atau beberapa alasan pembubaran maka disampaikan rencana pembubaran secara tertulis dengan surat tercatat kepada pengurus koperasi. 257 Pengurus atau Anggota Koperasi yang menerima pemberitahuan rencana pembubaran tersebut dapat mengajukan pernyataan keberatan secara tertulis dengan surat tercatat beserta alasan- alasannya pejabat yang berhak membubarkannya. 258 Dalam hal keberatan rencana pembubaran ditolak maka Pejabat yang berwenang membubarkannya menetapkan keputusan dengan mengeluarkan surat yang menyatakan menolak keberatan tersebut dan berikut alasan penolakannya. Keputusan pembubaran koperasi tersebut disampaikan secara tertulis dengan surat tercatat kepada Pengurus atau Anggota Koperasi merupakan keputusan akhir dan tidak dapat dilakukan upaya banding oleh Koperasi yang bersangkutan. 259 Keputusan Pembubaran Koperasi tersebut diberitahukan oleh Tim Penyelesai kepada semua kreditor. Keputusan Pembubaran Koperasi dan dilakukan selama proses pembubaran berlang- sung. Universitas Sumatera Utara 69 b. Dalam hal pembubaran terjadi berdasarkan keputusan rapat anggota atau jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir atau dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan keputusan pengadilan niaga dan rapat anggota tidak menunjuk likuidator maka pengurus bertindak selaku likuidator.

E. Akibat Hukum Pembubaran Koperasi Karena Pailit 1.

Akibat Hukum Pembubaran Koperasi Koperasi adalah perkumpulan orang yang dibentuk secara suka rela berdasarkan ketentuan KUH Perdata untuk memajukan kepentingan ekonomi bersama dari para anggotanya melalui aksi swadaya yang terorganisasi. Kesukarelaan untuk membetuk perkumpulan itu sejalan dengan hak anggota untuk membubarkannya. 260 Akan tetapi dalam melakukan pembubaran koperasi “kepentingan-kepentingan para kreditur, masyarakat dan negara dan gerakan koperasi secara keseluruhan harus diperhitungkan pula selain kepentingan para anggota” 261 sebagai pemilik dan pengguna koperasi sekaligus yang merupakan tujuan akhir dari didirikannya koperasi. Pembubaran koperasi sebagai badan hukum tentu mempunyai akibat hukum baik menyangkut hak dan kewajiban terhadap anggota pemegang sertifikat modal koperasi, pengurus, pengawas, karyawan dan para kreditor, likuidator. Ketika suatu koperasi dibubarkan kepentingan-kepentingan para kreditor koperasi terpengaruh 260 Hans-H.Munkner, 10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law, Op.Cit, hlm 171 261 Ibid Universitas Sumatera Utara 70 secara khusus, jika harta kekayaan koperasi tidak cukup untuk menutupi semua tuntutan claim yang diajukan oleh para kreditur. 262 Akibat hukum apabila koperasi dibubarkan adalah : 1. Pembubaran wajib diikuti likuidasipenyelesaian 2. Selama dalam proses likuidasi penyelesaian terhadap koperasi yang dibubarkan tersebut tetap ada dengan status ”Koperasi dalam Penyelesaian”. 263 3. Status badan hukum koperasi masih tetap ada. 4. Koperasi tidak diperbolehkan melakukan perbuatan hukum. 5. Koperasi yang dibubarkan tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali yang menyangkut pemberesan dalam likuidasi. 264 6. Pembubaran koperasi harus diberitahukan kepada semua kreditor. 7. Pembubaran koperasi dilaporkan kepada menteri. 8. Koperasi tidak dapat menjadi penggugat dan tergugat. 9. Perkara sedang berjalan ditangguhkan. 10. Bisnis dari koperasi perusahaan tersebut dihentikan. 265 11. Semua kekuasaan pengurus berlalih kepada likuidatortim penyelesai. 12. Kekuasaan Pengawas dibekukan. 13. Kekuasaan rapat anggota koperasi dibekukan, kecuali dalam hal laporan terakhir dari likuidatortim penyelesai, yang memang harus diberikan kepada rapat anggota. 262 Ibid, hlm 172 263 Pasal 106 ayat 4 UU No.17 Tahun 2012 264 M. Hadi Shubhan, Op.Cit, hlm, 201-202 265 Ibid, hlm, 200 dengan mengutip pendapat Munir Fuady menjabarkan konsekuensi hukum dari penempatan perseroan menjadi Perseroan Terbatas dalam Likuidasi, dapat juga digunakan untuk koperasi dalam penyelesaian Universitas Sumatera Utara 71 14. Koperasi tetap menjalakan kegiatan sejauh untuk kepentingan pemberesan dan pembubarannya saja. 15. Koperasi tidak dapat lagi mengubah asetnya, kecuali yang dilakukakan oleh likuidator tim penyelesai dalam rangka pemberesan harta koperasi. 16. Menjadi restriksi tehadap debitor tidak boleh lagi kekuasaan kreditornya untuk memproses dengan proses hukum lainnya. 17. Akibat pembubarn terhadap benda jaminan. 18. Akibat pembubaran terhadap perjanjian tertentu. Dalam hal koperasi bubar yang diikuti dengan likuidasi, maka tidak dimungkinkan untuk dicabut status likuidasipenyelesaian tersebut apalagi direhabilitasi untuk kemudian menjadi badan hukum normal seperti sediakala. Proposisi ini jelas berbeda dengan status pailit koperasi, yang masih eksis statusnya sebagai badan hukum. Status koperasi pailit akan dicabut apabila hutangnya telah selesai dibayar oleh koperasi.

2. Akibat Hukum Pembubaran Koperasi Dengan

Analogi Akibat Hukum Koperasi Yang Diputus Pailit Akibat hukum yang timbul dari pembubaran koperasi dapat kita menggunakan analogi akibat hukum dari kepailitan karena pailit dan pembubaran koperasi ada persamaannya yaitu sama menyelesaikan kewajibannya kepada pihak kreditor. Dengan demikian akibat yuridis dari keputusan pembubaran koperasi yaitu: 1. Boleh dilakukan kompensasi piutang set-of. Universitas Sumatera Utara 72 Akibat hukum dari kompensasi piutang set-of maka kreditor dapat langsung mengkompensasi piutang dengan hutangnya, berarti dia menjadi lebih tinggi kedudukannya bahkan lebih tinggi dari kreditor diistemewakan. 266 Kompensasi piutang set-of dapat saja dilakukan oleh kreditor dan debitur, baik koperasi posisinya sebagai kreditor atau debitur asalkan: 267 a. Dilakukan dengan itikat baik. 268 b. Dilakukan terhadap transaksi yang sudah ada sebelum keputusan pembubaran koperasi. 2. Kontrak timbal balik boleh dilanjutkan. Kontrak yang dibuat oleh koperasi dengan pihak ketiga yang dibuat sebelum keputusan pembubaran koperasi dimana prestasi sebahagian atau seluruhnya belum dipenuhi oleh kedua belah pihak maka kreditor dapat minta kepastian dari likuidatortim penyelesai tentang kelanjutan pelaksanaan dan waktu pelaksanaan kontrak tersebut. 269 3. Berlaku Actio Paulina. 270 266 Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori Dan Praktek, Op.Cit, hlm, 65. 267 Bandingkan dengan Pasal 51, 52 dan 53 UU No. 37 Tahun 2004. 268 Pengertian “itikat baik” dalam hal ini berarti bahwa pada saat dilakukan transaksi yang menimbulkan hutang tersebut si kreditornya tidak mengetahui bahwa dalam waktu dekat koperasi debitor akan dibubarkan. Akan tetapi jika dalam kontrak dengan tegas disebutkan bahwa kompensasi tidak boleh dilaksanakan, tentunya kompensasi tidak boleh dilaksanakan. 269 Bandingkan dengan Pasal 36 UU No.37 Tahun 2004 270 Baca ,Hadi Shubhan, Op.Cit, hlm 176, lihat juga Hendri Raharjo, Hukum Perjanjian Di Indonesia [Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009],hlm 102-103. Gugatan actio paulina harus memenuhi kriteria; 1. Perbuatan actio paulina yang dapat digugat oleh likuidator merupakan perbuatan yang merugikan koperasi dalam likuidasi, 2. Perbuatan hukum yang digugat actio paulina dalam pembubaran koperasi merupakan perbuatan yang merugikan kreditor yang tidak wajib dilakukan oleh koperasi yang dibubarkan 3. Perbuatan hukum yang digugat actio paulina dalam pembubaran koperasi merupakan perjanjian dimana kewajiban debitur jauh melebihi kewajiban pihak dengan siapa perjanjian dibuat. 4. Perbuatan hukum yang digugat actio paulina dalam pembubaran koperasi merupakan perbuatan yang merugikan kreditor koperasi dalam likuidasi yang merupakan pembayaran atas, atau pemberian jaminan untuk utang yang belum jatuh tempo dan atau belum tidak dapat ditagih. Universitas Sumatera Utara 73 Actio paulina diatur dalam Pasal 1341 KUH Perdata menyebutkan : “Meskipun demikian, kreditor boleh mengajukan tidak berlakunya segala tindakan yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh debitur, dengan nama apa pun juga yang merugikan kreditor; asal dibuktikan bahwa ketika tindakan tersebut dilakukan, debitur dan orang yang dengannya atau untuknya debitur itu bertindak, mengetahui bahwa tindakan itu mengakibatkan kerugian bagi para kreditor. Hak-hak yang diperoleh pihak ketiga dengan itikad baik atas barang-barang yang menjadi obyek dan tindakan yang tidak sah, harus dihormati. Untuk mengajukan batalnya tindakan yang dengan cuma-cuma dilakukan debitur, cukuplah kreditor menunjukkan bahwa pada waktu melakukan tindakan itu debitur mengetahui bahwa dengan cara demikian dia merugikan para kreditor, tak peduli apakah orang yang diuntungkan juga mengetahui hal itu atau tidak.” 4. Koperasi kehilangan hak mengurus hartanya. Koperasi dalam likuidasipenyelesaian tidak berwenang lagi untuk melakukan tindakan pengurusan maupun tindakan pengalihan secara mandiri atas harta kekayaan koperasi dalam likuidasi penyelesaian. Yang berhak melakukan pengurusan maupun tindakan pengalihan atas harta kekayaan koperasi dalam likuidasi adalah likuidator. 271 5. Perikatan yang dibuat setelah koperasi dibubarkan tidak dibayar. Perikatan yang tidak dibuat koperasi dalam likuidasipenyelesaian dengan kreditornya dimana perikatan tersebut dibuat setelah koperasi dikeluarkan keputusan pembubaran, maka perikatan yang dibuat tidak dapat dibayar dari 271 Bandingkan dengan Pasal 24 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004, Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan. dan Pasal 240 1 UU No. 37 Tahun 2004 Selama penundaan kewajiban pembayaran utang Debitor tanpa persetujuan pengurus tidak dapat melakukan tindakan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau sebagian hartanya.UU No. 37 Tahun 2004 Universitas Sumatera Utara 74 harta koperasi dalam likuidasi, kecuali perikatan tersebut menguntungkan koperasi dalam likuidasi 272 6. Gugatan hukum harus olehterhadap likuidator. Semua gugatan hukum yang berkaitan dengan harta koperasi dalam likuidasi haruslah diajukan oleh atau terhadap likiuidatortim penyelesai, tetapi harus dengan bantuan pengurus sebagai organ yang berhak mewakili koperasi didalam dan diluar pengadilan. Setiap gugatan hukum terhadap koperasi dalam likuidasi yang bertujuan untuk memenuhi perikatan dari harta koperasi, hanya dapat diajukan dengan melaporkan dengan untuk dicocokkan piutangnya. 273 7. Perkara di pengadilan dapat ditangguhkan atau diambil alih oleh likuidator. 274 Jika likuidator dengan kreditor berperkara, maka atas permohonan koperasi tergugat supaya perkara ditangguhkan untuk memberi kesempatan kepada tergugat untuk memanggil likuidatortim penyelesai mengambil alih perkara. 8. Pelelangan yang sedang berjalan dilanjutkan. 272 Bandingkan dengan Pasal 25 UU No. 37 Tahun 2004, Semua perikatan Debitor yang terbit sesudah putusan pernyataan pailit tidak lagi dapat dibayar dari harta pailit, kecuali perikatan tersebut menguntungkan harta pailit 273 Bandingkan dengan pasal UU No. 37 Tahun 2004 pasal 26 ayat 1 Tuntutan mengenai hak atau kewajiban yang menyangkut harta pailit harus diajukan oleh atau terhadap Kurator, ayat 2 Dalam hal tuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diajukan atau diteruskan oleh atau terhadap Debitor Pailit maka apabila tuntutan tersebut mengakibatkan suatu penghukuman terhadap Debitor Pailit, penghukuman tersebut tidak mempunyai akibat hukum terhadap harta pailit.. dan 27, Selama berlangsungnya kepailitan tuntutan untuk memperoleh pemenuhan perikatan dari harta pailit yang ditujukan terhadap Debitor Pailit, hanya dapat diajukan dengan mendaftarkannya untuk dicocokkan. 274 Bandingkan dengan pasal UU No. 37 Tahun 2004 pasal 28 ayat 1 dan 2 : Suatu tuntutan hukum yang diajukan oleh Debitor dan yang sedang berjalan selama kepailitan berlangsung, atas permohonan tergugat, perkara harus ditangguhkan untuk memberikan kesempatan kepada tergugat memanggil Kurator untuk mengambil alih perkara dalam jangka waktu yang ditentukan oleh hakim. 2Dalam hal Kurator tidak mengindahkan panggilan tersebut maka tergugat berhak memohon supaya perkara digugurkan, dan jika hal ini tidak dimohonkan maka perkara dapat diteruskan antara Debitor dan tergugat, di luar tanggungan harta pailit. Universitas Sumatera Utara 75 Apabila sebelum koperasi dibubarkan pelelangan barang bergerak dan barang tidak bergerak sudah dimulai, maka likuidatortim penyelesai dapat melanjutkan pelelangan barang atas beban koperasi dan hasil penjualan menjadi harta kekayaan koperasi dalam likuidasi. 275 9. Sewa menyewa dihentikan Sewa menyewa dapat dihentikan karena koperasi dibubarkan adalah jika koperasi tersebut menyewa suatu barang dari pihak lain.Jadi likuidator tim penyelesai maupun pihak lain sama-sama dapat memutuskan hubungan sewa menyewa tersebut dengan syarat pemberitahuan penghentian dilakukan sebelum berakhirnya perjanjian sesuai dengan adat kebiasaan setempat. Akan tetapi sewa dibayar dimuka, sewa menyewa tersebut tidak dapat diakhiri sampai berakhirnya uang sewa yang dibayar dimuka. Sejak koperasi diputus bubar maka segala uang sewa yang harus dibayar oleh koperasi dalam likuidasi, merupakan hutang koperasi koperasi dalam likuidasi, 276 Jika koperasi dalam likuidasi, sebagai pihak yang menyewakan maka berlaku peraturan sewa menyewa secara umum. 10. Karyawan dapat di putuskan hubungan kerja PHK. Jika koperasi dibubarkan ada karyawan yang bekerja pada koperasi maka baik karyawan maupun koperasi dalam likuidasi,sama-sama berhak untuk 275 Bandingkan dengan Pasal 33 UU No.37 Tahun 2004, Dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan, penjualan benda milik Debitor baik bergerak maupun tidak bergerak dalam rangka eksekusi sudah sedemikian jauhnya hingga hari penjualan benda itu sudah ditetapkan maka dengan izin Hakim Pengawas, Kurator dapat meneruskan penjualan itu atas tanggungan harta pailit. 276 Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori Dan Praktek, Edisi Revisi disesuaikan dengan UU No. 37 tahun 2004, Op. Cit hlm 73, Bandingkan dengan Pasal 38 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004, Dalam hal Debitor telah menyewa suatu benda maka baik Kurator maupun pihak yang menyewakan benda, dapat menghentikan perjanjian sewa, dengan syarat pemberitahuan penghentian dilakukan sebelum berakhirnya perjanjian sesuai dengan adat kebiasaan setempat. Universitas Sumatera Utara 76 memutuskan hubungan kerja. Pemutusan hubungan kerja harus ada pemberitahuan notice PHK sesuai dengan perjanjian kerja atau sesuai dengan undang undang ketenagakerjaan yang berlaku. Sejak koperasi diputus bubar maka hutang gaji karyawan menjadi harta hutang koperasi dalam likuidasi 277 11. Hak retensi 278 tidak hilang. Kreditor yang mempunyai hak menahan benda milik koperasi dalam likuidasi tidak kehilangan haknya karena ada keputusan pembubaran koperasi, sampai utangnya lunas. 279 12. Surat-surat kepada koperasi dalam likuidasipenyelesaian ditujukan kepada likuidatortim penyelesai. 13. Segala surat-surat kepada koperasi ditujukan kepada likuidatortim penyelesai. Likuidatortim penyelesai bertugas dan berfungsi untuk meyelesaikan hak dan kewajiban keuangan terhadap pihak ketiga serta berhak dan berwenang untuk mengurus dan membereskan serta mendistribusikan segala hak dan kewajiban koperasi dalam likuidasi, maka segala surat yang ditujukan kepada koperasi dalam likuidasi dapat dibuka oleh likuidatortim penyelesai. 280 277 Ibid, Bandingkan dengan Pasal 39 UU No. 37 Tahun 2004, Pekerja yang bekerja pada Debitor dapat memutuskan hubungan kerja, dan sebaliknya Kurator dapat memberhentikannya dengan mengindahkan jangka waktu menurut persetujuan atau ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dengan pengertian bahwa hubungan kerja tersebut dapat diputuskan dengan pemberitahuan paling singkat 45 empat puluh lima hari sebelumnya 278 Hak Retentie adalah hak menahan. Cirisifat Hak Retentie: Droit de suit, Accesoire ,Dalam hal tertentu, dapat dipertahankan terhadap pihak ke tiga karena diperjanjikan ,Memberikan jaminan pada klien bahwa tagihan akan dipenuhi , Perjanjian pokok → harus ada kaitan dengan benda yang ditahan , Tidak dapat dibagi-bagi, Klien tidak berhak memakai benda yang ditahan 279 Bandingkan dengan Pasal 61 UU No.37 Tahun 2004, Kreditor yang mempunyai hak untuk menahan benda milik Debitor, tidak kehilangan hak karena ada putusan pernyataan pailit 280 Bandingkan dengan pasal 105 UU No. 37 Tahun 2004, 1Kurator berwenang membuka surat dan telegram yang dialamatkan kepada Debitor Pailit.2Surat dan telegram yang tidak berkaitan dengan harta pailit, harus segera diserahkan kepada Debitor Pailit.3Perusahaan pengiriman surat dan telegram memberikan kepada Kurator, surat dan telegram yang dialamatkan kepada Debitor Universitas Sumatera Utara 77 14. Barang barang berharga milik koperasi dalam likuidasi disimpan oleh likuidator, adalah konsekuensi beralihnya tugas dari pengurus koperasi dalam likuidasi kepada likuidatortim penyelesai. 15. Hak hak tertentu dari koperasi dalam likuidasi tetap berlaku. a. Pembayaran harga barang tidak dapat dimintakan oleh kreditor kepada koperasi dalam likuidasi sebab koperasi tidak lagi berwewenang untuk melakukan tindakan hukum mengenai kekayaannya, termasuk tidak berwewenang untuk membayar harga tersebut. b. Koperasi dapat membatalkan kontrak berdasarkan Pasal 1266 KUH Perdata. 281 Pasal 1266 dan 1267 282 KUH Perdata secara khusus memberikan pengaturan tentang syarat batal dalam perjanjian timbal balik. Undang Undang tersebut mnentukan bahwa syarat yang membatalkan perjanjian timbalik balik adalah kalau salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban ingkar janji. 283 Pailit.4Semua surat pengaduan dan keberatan yang berkaitan dengan harta pailit ditujukan kepada Kurator. 281 Pasal 1266 KUH Perdata “Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan yang timbal balik, andaikata salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada Pengadilan.Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam persetujuan. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, maka Hakim dengan melihat keadaan, atas permintaan tergugat, leluasa memberikan suatu jangka waktu untuk memenuhi kewajiban, tetapi jangka waktu itu tidak boleh lebih dan satu bulan. 282 Pasal 1267 KUH Perdata Pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih; memaksa pihak yang lain untuk memenuhi persetujuan, jika hal itu masih dapat dilakukan, atau menuntut pembatalan persetujuan, dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga. 283 Mariam Darus Badrulzaman,K.U.H.Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Op.Cit, 2011], hlm,54. Universitas Sumatera Utara 78 c. Koperasi dalam likuidasi menggunakan hak reklame berdasarkan Pasal 1145 KUH Perdata 284 : F. Peranan Notaris Dalam Pembubaran Koperasi. Dengan diundangkannya UU No. 17 Tahun 2012 semakin jelas dan luas wewenag notaris sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta autentik. Pendirian koperasi dilakukan dengan akta pendirian koperasi yang dibuat oleh notaris dalam bahasa Indonesia. Notaris yang membuat akta pendirian koperasi adalah notaris yang terdaftar pada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koperasi. 285 Pembubaran koperasi merupakan perbuatan hukum dan untuk menjamin kepastian tanggal perbuatan pembubaran koperasi perlu dibuat dengan akta autentik. Dokumen pendukung pembubaran koperasi karena keputusan rapat anggota dan karena jangka waktu berakhir yaitu berita acara rapat anggota atau notula rapat anggota dan pengumuman pembubaran dalam surat kabar. Berita acara rapat anggota mengenai pembubaran koperasi dapat dibuat dengan akta autentik yaitu dengan akta notaris. Menurut Pasal 15 UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyebutkan: “Notaris berwewenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundangan danatau yag dikhendaki oleh yang berkepentingan, untuk dinyatakan dalam akta otentik, menajamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya sepanjang pembuatan akta tersebut tidak ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.” 284 Pasal 1145 KUH Perdata Bila penjualan barang itu dilakukan dengan tunai, maka penjualan mempunyai wewenang untuk menuntut kembali barang-barangnya, selama barang-barang itu masih berada ditangan pembeli, dan menghalangi dijualnya barang itu lebih lanjut, asalkan penuntutan kembalinya barang itu dilakukan dalam waktu tiga puluh hari setelah penyerahannya. 285 Pasal 9 ayat 1 dan UU No. 17 Tahun 2012 Universitas Sumatera Utara 79 Demikian juga apabila harta koperasi dalam likuidasi dijual melalui lelang maka “notaris berwenang membuat risalah lelang.” 286 Risalah lelang 287 adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh pejabat lelang 288 yang merupakan akta otentik 289 dan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna bagi para pihak. Dalam pembubaran koperasi baik berdasarkan keputusan rapat anggota maupun berdasarkan keputusan menteri, notaris mempunyai peranan yaitu harus melakukan due diligence artinya melakukan pemeriksaan yang mendalam baik dalam aspek manajemen maupun legal. 290 Due diligence adalah istilah yang digunakan untuk kegiatan pemeriksaan secara seksama dari segi hukum yang dilakukan oleh konsultan hukum terhadap suatu perusahaan atau obyek transaksi sesuai dengan tujuan transaksi, untuk memperoleh informasi atau fakta material yang dapat menggambarkan kondisi suatu perusahaan atau obyek transaksi. Legal audit adalah suatu penilaian terhadap data dan fakta atas transaksi yang dilakukan oleh perusahaanbank dengan pihak lain untuk menilai tingkat keamanan perusahaan bank terutama dalam hal legal risk aspect yang pada akhirnya membahayakan harta perusahaanbank yang disajikan dalam laporan hasil pemeriksaan mengenai opini dan 286 Pasal 15 ayat 2 huruf g UU No. 30 Tahun 2004. Pengangkatan Notaris sebagai Pejabat Lelang diatur dalam Kepmenkeu Nomor 305KMK.012002 tentang Pejabat Lelang dan Keputusan DJPLN Nomor 36PL2002 tentang Juknis Pejabat Lelang 287 Pengertian risalah lelang diatur Pasal 1 ayat 28 Permenkeu nomor 40PMK.072006 tentang Juklak lelang 288 Peraturan Menteri Keuangan No. 175PMK.062010 Tentang Pejabat Lelang Kelas II. Pejabat Lelang adalah orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan diberi wewenang khusus untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang. Pejabat Lelang Kelas II adalah Pejabat Lelang swasta yang berwenang melaksanakan Lelang Noneksekusi Sukarela. 289 Syarat untuk disebut sebagai akta otentik adalah apabila Risalah lelang tersebut memenuhi unsur- unsur seperti yang disebutkan dalam Pasal 1868 KUH Perdata yang menyatakan ”Suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentu yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya 290 H. Budi Untung,Op,Cit, hlm 45 Universitas Sumatera Utara 80 sasaran perbaikan. 291 Pemeriksaan dan penilaian yang dilakukan oleh konsultan hukum tersebut legal due diligence LDD, merupakan suatu analisa hukum terhadap satu atau lebih dokumen perusahaan yang dilakukan untuk : 292 1. Memperoleh status hukum atau penjelasan hukum terhadap dokumen yang diaudit atau diperiksa; 2. Memeriksakan legalitas suatu badan hukumbadan usaha; 3. Memeriksa tingkat ketaatan suatu badan hukumbadan usaha; Memberikan pandangan hukum atau kepastian hukum dalam suatu kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan.Peranan Notaris dalam sisi legal membuat berita acara rapat anggota tentang pembubaran dan membuat akta pernyataan keputusan rapat tersebut secara notariil sekaligus memohon pengesahan ke Menteri koperasi dan usaha kecil menengah 293 291 Hasanuddin Rahman, Pendekatan teknis Dan Filosofis Legal Audit Operasional Perbankan,[Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000], hlm,10. 292 Legal Road Show 2010 PERADI-hukumonline.com yang mengangkat topik “Strategi Pembuatan Legal Due Diligence Yang Tanpa Celah” [PERADI-hukumonline.com ], diakses tanggal 2 Maret 2013 293 H. Budi Untung, Hukum Koperasi dan Peranan Notaris Indonesia, Op,Cit, hlm, 56 Universitas Sumatera Utara 81

BAB III LIKUIDASI DAN PEMBAGIAN HARTA KOPERASI