139
piutang kreditor yang didahulukan maka kekurangannya mereka
berkedudukan sebagai kreditor konkuren.
459
d. Biaya likuidasi dibebankan kepada harta koperasi dalam likuidasi kecuali
terhadap jaminan kebendaan telah dijual oleh kreditor.
460
e. Kreditor yang lalai dan baru mencocokkan piutangnya setelah dilakukan
pembagian dapat dilakukan pembayaran jika masih ada sisa harta koperasi likuidasi, secara berimbang dengan apa yang diterima kreditor
yang diakui. Dan jika kreditor mempunyai hak didahulukan, maka kreditor kehilangan hak tersebut terhadap hasil penjualan benda
tersebut.
461
2. Pembagian Harta Koperasi Yang Likuidasi Apabila Uang Tunai Cukup.
Pembagian asset adalah merupakan suatu proses yang paling penting dalam likuidasi karena hal itu menyangkut pengembalian atas kewajiban koperasi dalam
likuidasipenyelesaian terhadap kreditor dan para anggota pemegang
sertifikat modal koperasi. Pembagian hasil penjualan harta koperasi dalam likuidasi, dilakukan
berdasarkan urutan prioritas di mana kreditor yang kedudukannnya lebih tinggi mendapatkan pembagian lebih dahulu dari kreditor lain yang kedudukannya lebih
rendah, dan antara kreditor yang memiliki tingkatan yang sama memperoleh pembayaran dengan asas prorata pari passu prorata parte. Tipe jaminan yang
berbeda memiliki hak yang berbeda juga tergantung ketentuan dan juga peraturan
459
Analogi pasal 189 ayat 5 UU No. 37 Tahun 2004
460
Analogi pasal 191 UU No. 37 Tahun 2004
461
Analogi pasal 200 ayat 1 dan 2 UU No. 37 Tahun 2004
Universitas Sumatera Utara
140
lainnya.
462
Kreditor konkuren dibayar setelah seluruh kreditor preference dilunasi piutangnya.
Dalam praktenya pembagian asset umumnya dilakukan dengan penjualan asset dan hasilnya dibagikan secara proporsional dalam bentuk uang tunai kepada para kreditor. Hasil
penjualan asset yang tidak ada jaminannya diberikan kepada para kreditor berdasarkan jenis piutang masing-masing.
Penjualan asset
koperasi dalam
likuidasi dilakukan
dengan “lelang
noneksekusi suka rela”
463
dengan memperhatikan ketentuan peralihan benda tidak bergerak dan benda tidak bergerak. Kreditor sebagai pemegang HT berhak menjual
objek HT melalui pelelangan umum menurut tatata cara yang ditentukan dalam peraturan-peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang HT
dengan hak mendahului dari kreditor lain.
464
Penjualan benda tetap hak atas tanah harus dilakukan dengan akta PPAT. Menurut ketentuan PP No 24 Tahun 1997 perjanjian yang menyangkut peralihan hak
atas tanah termasuk jual beli, semestinya dilakukan dihadapan PPAT. Pada prinsipnya setiap eksekusi harus dilakukan melalui pelelangan umum, namun dalam
keadaan tertentu apabila melalui pelelangan umum diperkirakan tidak menghasilkan harga tertinggi, atas kesepakatan pemberi dan pemegang HT dan dipenuhinya syarat-
462
Menjadi Kreditor yang Efektif dalam Perkara Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang PKPU, http:www.pn-medankota.go.idv2index.phppaniteralayanan-perkara- lainnyakepailitan135-hak-kreditor, diakses tanggal 22 Juni 2013.
463
Lelang Noneksekusi Sukarela, yaitu lelang untuk melaksanakan penjualan barang milik perorangan, kelompok masyarakat atau Badan Swasta yang dilelang secara sukarela oleh pemiliknya.
Pejabat lelang terdiri atas: Pejabat Lelang Kelas I, yaitu Pejabat Lelang pegawai Ditjen Kekayaan Negara yang berwenang melaksanakan Lelang Eksekusi, Lelang Noneksekusi Wajib, dan Lelang
Noneksekusi Sukarela. Pejabat Lelang Kelas II, yaitu Pejabat Lelang swasta yang berwenang melaksanakan Lelang Noneksekusi Sukarela
464
Marian Darus Badrulzaman, Serial Hukum Perdata Buku II Kompilasi Hukum Jaminan, [Bandung : Mandar Maju,2004],hlm 102-103. Hak eksekusi melalui pelelangan umum diberi oleh
Pasal 6 jo pasal 11 ayat 2 e UU No. 4 Tahun 1996 atau berdasarkan title eksekutorial yang terdapat pada sertifikat hak tanggungan Pasal 14 ayat 2 UU HT
Universitas Sumatera Utara
141
syarat tertentu, dimungkinkan eksekusi dilakukan dengan cara penjualan obyek HT oleh kreditor pemegang HT di bawah tangan, jika dengan cara demikian itu akan
dapat diperolah harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak. Hal ini ditentukan dalam Pasal 20 ayat 2 UU No. 4 Tahun 1996 Tentang HT. Penjualan obyek HT “di
bawah tangan” artinya penjualan yang tidak melalui pelelangan umum. Namun penjualan tersebut tetap wajib dilakukan menurut ketentuan PP 241997 tentang
pendaftaran tanah yaitu dilakukan di hadapan PPAT yang membuat aktanya dan diikuti dengan pendaftarannya di kantor Pertanahan. Terhadap jaminan
fidusia diperboleh dijual dibawah tangan sesuai Pasal
29 ayat 1 huruf c UU No. 42 Tahun 1999 “penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi
dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak”.
3. Pembagian Harta Koperasi Yang Dilikuidasi Kepada Kreditor Separatis