secara acak dan proporsional dari ketua RT di kelurahan terpilih dengan teknik proportional cluster random sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan bantuan wawancara dengan responden terpilih dan Focussed Group Discussion
FGD dengan para pakar. Teknik dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara yang berupa dokumen, catatan, dan atau hasil
kegiatan yang sudah dilakukan. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
dipakai untuk mengungkapkan berbagai program dan kegiatan aksi dalam pemberdayaan masyarakat. Analisis kuantitatif dalam bentuk analisis tabel
tunggal dan tabel silang serta teknik analisis statistik koefisien kontingensi uji Fisher digunakan untuk mengkaji peran pemangku kepentingan untuk mendukung
pemerintah daerah dalam pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan
5.3. Hasil dan Pembahasan
Wawancara terhadap para stakeholders akademisi, petugas, swasta, dan LSM mencakup enam pertanyaan pokok berikut: 1 kondisi struktur organisasi
yang melaksanakan pengelolaan kebersihan lingkungan, khususnya sampah di kota Bandar Lampung, 2 peran struktur organisasi yang dibuat oleh pemerintah
kota Bandar Lampung di dalam mendukung keberhasilan pengelolaan kebersihan lingkungan, 3 sistem administrasi pengelolaan kebersihan sampah kota, 4
bentuk sistem organisasi, 5 keterlibatan pihak lain di luar pemerintah kota, dan 6 bentuk keterlibatan dan peran masing-masing institusilembaga lain di luar
pemerintah kota. Uraian dari hasil jawaban responden terhadap enam pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut.
5.3.1 S
truktur organisasi yang melaksanakan
program pengelolaan kebersihan lingkungan, khususnya sampah di kota Bandar Lampung
Berdasarkan hasil wawancara, seluruh responden menyatakan mengetahui adanya organisasi pengelola kebersihan lingkungan. Adapun organisasi yang
melaksanakan kebersihan lingkungan, khususnya sampah yaitu Satuan Organisasi
Kebersihan Lingkungan SOKLI di tingkat kelurahan dan kecamatan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota serta Dinas Pasar kota Bandar Lampung.
Kondisi yang beragam dari organisasi pengelolaan persampahan ini disebabkan adanya keragaman dalam ruang lingkup tanggungjawab dan kewenangan masing-
masing organisasi pengelola sampah. SOKLI merupakan organisasi yang melaksanakan kebersihan lingkungan,
khususnya sampah yang ada di kawasanlingkup kelurahan. Struktur organisasi ini secara berjenjang bertanggungjawab kepada kelurahan melalui ketua lingkungan
sebagai pamong kelurahan. Setiap kelurahan memberikan pertanggungjawaban secara berkala ke pihak kecamatan, selaku pembina yang berkoordinasi dengan
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota.. Sarana dan fasilitas yang ada berupa gerobak dorong sebagai alat pengangkut sampah bantuan dari pemerintah kota.
Petugas SOKLI bertanggungjawab terhadap pengumpulan dan pengangkutan sampah ke TPS terdekat. Peranserta warga masyarakat berupa retribusi yang
dibayar setiap bulan dengan besaran Rp.5.000 – Rp.10.000rumahtangga. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota DKPK Bandar Lampung
bertanggungjawab terhadap kebersihan lingkungan dan pengumpulan sampah di jalan-jalan protokol, pusat-pusat perkantoran, dan lingkungan fasilitas umum.
DKPK bertanggungjawab terhadap pengangkutan sampah tersebut dan sampah di TPS-TPS ke TPA Bakung. Sedangkan Dinas Pasar bertanggungjawab terhadap
pengumpulan seluruh sampah yang berasal dari seluruh pasar yang ada dan pengangkutan ke TPA Bakung.
Menurut Scott 2001 organisasi merupakan sesuatu yang diciptakan untuk memaksimalkan kesejahteraan, pendapatan, atau tujuan lainnya dengan cara
menciptakan kesempatan melalui struktur kelembagaan dalam masyarakat. Organisasi Bandaragoda 2000 merupakan jaringan dari peran yang diatur dalam
hirarki dengan tujuan membatasi kewenangan individual dan mengkoordinasi kegiatan sesuai dengan sistem aturan dan prosedur. Organisasi juga merupakan
kelompok individu dengan peran tertentu dan terikat oleh beberapa kebutuhan, peraturan, dan prosedur untuk mencapai suatu tujuan. Seperti halnya lembaga lain,
organisasi pengelolaan kebersihan juga membentuk beragam kegiatan. Mengingat
dalam pengelolaan sampah, selain untuk sanitasi lingkungan di dalamnya juga terdapat keinginan untuk memaksimalkan kesejahteraan, pendapatan, atau tujuan
lainnya dengan cara menciptakan kesempatan, maka pada pengelolaan sampah diperlukan adanya organisasi.
Adanya keragaman organisasi pengelola kebersihan lingkungan di kota Bandar Lampung saat ini menyebabkan tidak efisien dan efektifnya proses
pengumpulan dan pengangkutan sampah, baik oleh Satuan Organisasi Kebersihan Lingkungan SOKLI di tingkat kelurahan dan kecamatan, Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota, maupun Dinas Pasar kota Bandar Lampung. Hal ini disebabkan tidak terpadunya struktur organisasi yang mengelola kebersihan lingkungan
5.3.2.
Peran struktur organisasi yang dibuat pemerintah kota Bandar Lampung
mendukung keberhasilan pengelolaan kebersihan lingkungan
Hasil analisis secara kualitatif tentang peran dan fungsi struktur organisasi pengelolaan kebersihan lingkungan menunjukkan bahwa struktur organisasi
berperan penting. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh empat peran dan fungsi struktur organisasi pengelola kebersihan di kota Bandar Lampung Gambar 14.
Gambar 14 Peran dan fungsi struktur organisasi dalam pengelolaan kebersihan
lingkungan kota Bandar Lampung
Gambar 14 menunjukkan pentingnya peran dan fungsi struktur organisasi pengelolaan kebersihan lingkungan menjadi pilihan terbanyak oleh
responden adalah agar sampah kota dapat dikelola secara efisien dan efektif dikemukan oleh sebanyak 46 persen. Pilihan kedua, pemerintah sebagai institusi
bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan kota Bandar Lampung dinyatakan oleh sebanyak 27 persen responden. Pilihan ketiga, dengan adanya
organisasi tersebut dan berfungsi sebagaimana mestinya sehingga akan dapat mengelola kebersihan lingkungan perkotaan secara baik dikemukakan oleh
sebanyak 17 persen responden. Pilihan keempat, sebagai fungsi kontrol
bagi institusi
kebersihan lingkungan perkotaan dikemukakan oleh sebesar 10 persen responden. Jika dilihat secara rinci distribusi pendapat masing-masing pemangku
kepentingan terhadap peran organisasi kebersihan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 52.selanjutnya untuk keterangan Tabel 52 sampai dengan Tabel 56 dibuat
notasi sebagai berikut:
A = PT Akademisi B = LSM
C = Petugas Pamong D = Swasta
Tabel 52 Distribusi persentase pendapat pemangku kepentingan stakeholders terhadap peran organisasi kebersihan lingkungan
Pendapat Stakeholder Pentingnya Peran Organsisasi
Kebersihan A B C D
∑
Sebagai fungsi kontrol bagi institusi kebersihan lingkungan perkotaan
3,33 3,33 0,00 3,33 10,00
Sebagai institusi tersebut yang bertanggung jawab terhadap kebersihan
lingkungan Kota Bandar Lampung 0,00 10,00 0,00 16,67
26,67
Agar sampah kota dapat dikelola secara efisien dan efektif
13,33 10,00 23,33 0,00 46,67
Adanya organisasi tersebut dan berfungsi sebagaimana mestinya sehingga akan
dapat mengelola kebersihan lingkungan perkotaan secara baik
3,33 0,00 10,00 3,33
16,67
Jumlah 20,00 23,33 33,33 23,33
100,00
Tabel 52 menunjukkan bahwa harapan para akademisi lebih cenderung menyatakan bahwa peran organisasi kebersihan lingkungan agar sampah dapat
dikelola secara efisien dan efektif 13,33, LSM 10, dan petugaspamong 23,33, kecuali pihak swasta lebih cenderung berharap bahwa peran organisasi
kebersihan lingkungan adalah sebagai institusi yang bertanggungjawab terhadap kebersihan kota Bandar Lampung 16,67. Dengan demikian semua
stakeholders berharap peran organisasi kebersihan lingkungan dapat mengelola secara efisien dan efektif serta penuh tanggungjawab dalam kebersihan
lingkungan.
1 Sistem administrasi pengelolaan kebersihan lingkungan, khususnya
sampah kota
Sistem administrasi pengelolaan kebersihan lingkungan sangat diperlukan guna mengatur dan memantau perkembangan pelaksanaan program kebersihan
lingkungan. Ada empat pendapat responden terhadap kegiatan administrasi pengelolaan kebersihan, seperti yang disajikan pada Gambar 15.
Gambar 15 Sistem administrasi pengelolaan kebersihan lingkungan khususnya sampah kota Bandar Lampung
Hasil wawancara dan diskusi melalui Focussed Group Discussion FGD dengan para pakar yang sekaligus sebagai responden terhadap sistem administrasi
pengelolaan kebersihan sampah kota menunjukkan, pertama adalah berpendapat bahwa kurang berjalan dengan baik, karena masih banyak sampah yang tidak
terangkut ke TPA disebabkan keterbatasan sarana angkutan yang dinyatakan oleh sebanyak 50 persen responden; kedua adalah berpendapat belum optimal karena
pengelolaan kebersihan sampah belum dilaksanakan secara terpadu dikemukakan oleh sebanyak 36 persen responden; ketiga dan keempat berpendapat bahwa
banyak kelemahan, terutama struktur organisasi yang kurang memantau kegiatan di lapangan dan perlu pembenahan dalam sistem administrasi khususnya retribusi
masing-masing dikemukakan oleh sebanyak tujuh persen responden. Secara rinci pendapat masing-masing pemangku kepentingan terhadap kondisi sistem
organisasi disajikan pada Tabel 53. Tabel 53 Distribusi persentase pendapat pemangku kepentingan stakeholders
terhadap kondisi sistem organisasi
Pendapat Stakeholder Kondisi Sistem Organisasi
A B C D
∑
Banyak kelemahan, terutama struktur organisasi yang kurang memantau kegiatan di
lapangan 0,00 6,67
0,00 0,00 6,67
Belum optimal karena pengelolaan kebersihan
sampah belum dilaksanakan secara terpadu 3,33 3,33
13,33 16,67
36,67
Kurang berjalan dengan baik, karena masih banyak sampah yang tidak terangkut ke TPA
disebabkan keterbatasan sarana 16,67 13,33
13,33 6,67 50,00
Sudah berjalan dengan baik, namun perlu pembenahan dalam sistem administrasi
khususnya retribusi 0,00 0,00
6,67 0,00 6,67
Jumlah 20,00 23,33
33,33 23,33
100,00
Tabel 53 menunjukkan bahwa para akademisi lebih cenderung berpendapat bahwa kondisi organisasi pengelolaan kebersihan lingkungan kurang
berjalan dengan baik 16,67, diikuti oleh LSM 13,33, dan petugaspamong
13,33. Pendapat yang menyatakan bahwa kondisi organisasi belum optimal karena pengelolaan kebersihan belum dilaksanakan secara terpadu, dinyatakan
oleh pihak swasta 16,67 dan petugaspamong 13,33. Dengan demikian pihak swasta lebih cenderung pada optimalisasi pengelolaan, sedangkan ketiga
stakeholders lain lebih cenderung kepada mekanisme pengangkutan sampah yang belum berjalan dengan baik.
2 Bentuk sistem organisasi
Bentuk sistem organisasi untuk pengelolaan kebersihan lingkungan, khususnya sampah kota sangat diperlukan agar program pengelolaan kebersihan
lingkungan berjalan lancar, berkelanjutan, terpadu dan holistik. Hasil wawancara dan diskusi melalui Focussed Group Discussion FGD dengan para pakar yang
sekaligus sebagai responden terhadap bentuk sistem organisasi pengelolaan sampah menyatakan bahwa sebagian besar harapan pertama peserta diskusi agar
yang mengelola sampah mampu memberdayakan warga masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sampah sejak perencanaan hingga pelaksanaan dikemukakan
oleh sebanyak 50 persen responden. Harapan kedua, diperlukan organisasi yang dapat mengatur sistem pengelolaan sampah terpadu dikemukakan oleh sebanyak
36,67 persen responden. Harapan pemangku kepentingan ketiga agar organisasi tersebut dalam bentuk badan usaha yang bekerjasama dengan pihak swasta untuk
mengelola kebersihan lingkungan; harapan keempat adalah agar organisasi diberi wewenang dalam mengangkut dan mengelola sampah dengan pengawasan dari
pemerintah, masing-masing dikemukakan oleh sebanyak 6,67 persen responden. Secara rinci distribusi pendapat pemangku kepentingan terhadap bentuk sistem
organisasi pengelolaan sampah, disajikan pada Tabel 54.
Tabel 54 Distribusi persentase pendapat pemangku kepentingan stakeholders terhadap bentuk sistem organisasi
Pendapat stakeholders Bentuk sistem organsisasi
A B C D
∑
Organisasi dalam bentuk badan usaha yang bekerjasama dengan pihak
swasta untuk mengelola kebersihan 0,00 0,00 0,00 6,67 6,67
Organisasi diberi wewenang dalam mengangkut dan mengelola sampah
dengan pengawasan dari pemerintah 6,67 0,00 0,00 0,00 6,67
Organisasi yang mampu memberdayakan pihak masyarakat
dan swasta dalam pengelolaan sampah sejak perencanaan hingga
pelaksanaan 10,00 13,33 20,00 6,67 50,00
Perlu organisasi yang mengatur sistem pengelolaan sampah terpadu
3,33 10,00 13,33
10,00 36,67
Jumlah 20,00 23,33
33,33 23,33
100,00
Tabel 54 menunjukkan bahwa semua responden cenderung berpendapat bahwa organisasi yang mampu
memberdayakan
pihak masyarakat dan swasta dalam mengelola kebersihan lingkungan, khususnya sampah sejak awal
perencanaan sampai pelaksanaannya. Khususnya pihak petugaspamong menyatakan organisasi yang memberdayakan
masyarakat
dan swasta 20,00 dan sistem pengelolaannya secara terpadu 13,33. Sedangkan pihak swasta lebih
cenderung mengemukakan bahwa organisasi yang mengatur sistem pengelolaan sampah terpadu 13,33.
3 Keterlibatan pihak lain
di luar
pemerintah
dalam
pengelolaan kebersihan lingkungan, khususnya sampah kota
Pengelolaan sampah, pada dasarnya harus dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari masyarakat, pemerintah maupun swasta. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian di Jamaika Pap 2003 yang mengamati perilaku institusi dan
warganegara atau rumahtangga dan swasta berkaitan dengan pengelolaan persampahan, yang mendapatkan hasil bahwa adanya keterkaitan dari tiga unsur
dalam pengelolaan sampah, dapat menimbulkan inovasi baru terutama dalam merumuskan teknologi-teknologi baru.
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan pihak lain selain pemerintah untuk menangani pengelolaan sampah. Dengan adanya pihak lain dalam penanganan
sampah diharapkan
kebersihan
kota akan tercapai, khususnya sampah kota. Hasil wawancara dengan stakeholders diperoleh 3 tiga pelibatan unsur lain di luar
pemerintah, yang disajikan pada Gambar 16.
Gambar 16
Keterlibatan
pihak lain
diluar pemerintah
dalam pengelolaan
kebersihan lingkungan, khususnya sampah kota
Hasil analisis keterlibatan pihak lain di luar pemerintah dalam pengelolaan kebersihan lingkungan, khususnya sampah kota menunjukkan harapan masyarakat
yang terbanyak adalah perlu keterlibatan pihak swasta untuk berinvestasi dalam pengelolaan kebersihan lingkungan, khususnya sampah, yang dinyatakan oleh
sebanyak 67 persen responden. Harapan masyarakat yang kedua, adalah perlunya keterlibatan perguruan tinggi untuk melakukan kajian di bidang pengelolaan
sampah yang dinyatakan oleh sebanyak 20 persen responden. Harapan masyarakat yang ketiga adalah perlunya melibatkan LSM sebagai pendamping bagi
masyarakat dan pemantauan kegiatan dinyatakan oleh sebanyak 13 persen
responden. Distribusi pendapat masing-masing pemangku
kepentingan terhadap
keterlibatan pihak lain
dapat
dilihat pada Tabel 55. Tabel 55 Distribusi persentase pendapat pemangku kepentingan stakeholders
terhadap keterlibatan pihak lain
Pendapat stakeholders Keterlibatan pihak lain
A B C D ∑
Perlu keterlibatan pihak swasta dalam investasi untuk
pengelolaan sampah 16,67 13,33 23,33 13,33 66,67
Perlu keterlibatan PT untuk melakukan kajianpenelitian di
bidang pengelolaan sampah 3,33 0,00 6,67 10,00
20,00
Perlu melibatkan LSM sebagai pendamping bagi masyarakat
dan pemantauan kegiatan 0,00 10,00 3,33 0,00 13,33
Jumlah 20,00 23,33 33,33 23,33 100,00
Tabel 55 menunjukkan bahwa semua responden cenderung berpendapat bahwa keterlibatan pihak lain, dalam hal ini pihak swasta dapat berinvestasi untuk
pengelolaan kebersihan lingkungan, khususnya sampah kota. Selain itu, LSM menyatakan juga keterlibatan LSM dapat berupa pendampingan kepada
masyarakat dan pemantau kegiatan 10,00, serta pihak swasta menyatakan keterlibatan perguruan tinggi untuk melakukan pengkajian atau penelitian di
bidang pengelolaan sampah 10,00.
4 Bentuk keterlibatan pihak lain di luar pemerintah
Program kebersihan lingkungan akan terwujud jika ada keterlibatan dari berbagai lapisan masyarakat yang bahu membahu dan bersama-sama menjaga
kebersihan lingkungan. Menurut Bulle 1999 setiap anggota dari suatu komunitas mempunyai peran yang berbeda-beda, karena terdapat banyak cara partisipasi
dalam pengelolaan sampah kota. Selanjutnya dikatakan bahwa partisipasi
masyarakat sebagai individu dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah menyimpan sampah pada wadah yang tepat, memilah sampah yang dapat
didaur ulang dengan bahan organik, meletakan sampah di tempat dan waktu yang telah tertentu, dan menjaga kebersihan lingkungan rumah.
Adapun partisipasi masyarakat secara bersama-sama adalah partisipasinya dalam aktivitas organisasi untuk meningkatkan kepedulian terhadap kebersihan
kota. Selanjutnya dikatakan bahwa partisipasi masyarakat dapat terlibat dalam manajemen persampahan dan dalam bentuk kontribusi, misalnya bekerja
sebagai
penyapu atau membayar retribusi pengumpulan sampah. Partisipasi masyarakat yang lebih maju adalah dengan memberikan pendapat dan usulan untuk perbaikan
pengelolaan sampah perkotaan. Partisipasi masyarakat yang paling baik adalah membentuk organisasi kemasyarakatan untuk memberikan masukan kepada
pengambil keputusan dalam pengelolaan persampahan kota serta melakukan pengawasan.
Hasil wawancara dengan stakeholders terhadap keterlibatan pihak lain di luar pemerintah dalam pengelolaan sampah di kota
Bandar Lampung
menunjukkan, bentuk keterlibatan pertama yang diharapkan adalah pola kemitraan antara
pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengelolaan sampah dinyatakan oleh sebanyak 66,67 persen responden. Bentuk keterlibatan kedua, yaitu partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah dinyatakan oleh sebanyak 20 persen responden. Bentuk keterlibatan ketiga, yaitu masyarakat terlibat dalam
pelaksanaan 3R dinyatakan oleh sebanyak 13,33 persen responden. Adanya pilihan responden berupa pola kemitraan antara pemerintah, swasta
dan masyarakat dalam program pengelolaan sampah merupakan alternatif yang sangat strategis, sehingga diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan sampah
di kota Bandar Lampung yang hingga saat ini relatif belum terselesaikan dengan baik. Distribusi persentase pendapat stakeholders mengenai bentuk keterlibatan
masyarakat, disajikan dalam Tabel 56.
Tabel 56 Distribusi persentase pendapat pemangku kepentingan stakeholders
terhadap
bentuk keterlibatan masyarakat
Pendapat stakeholders Bentuk Keterlibatan
A B C D
∑
Masyarakat terlibat dalam pelaksanaan 3R 3,33 3,33 6,67
0,00 13,33
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah
3,33 10,00 6,67 0,00 20,00
Pola kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengelolaan sampah
13,33 10,00 20,00 23,33
66,67
Jumlah 20,00 23,33 33,33
23,33 100,00
Tabel 56
menunjukkan
bahwa
sebagian besar
responden cenderung menyatakan bahwa bentuk keterlibatan masyarakat adalah pola kemitraan antara pemerintah,
pihak swasta, dan semua unsur masyarakat, dengan rincian para akademisi 13,33, LSM 10,00, petugaspamong 20,00, dan pihak swasta 23,33.
Selain itu, pihak LSM menyatakan juga bentuk
keterlibatan
tersebut adalah berupa keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan 3 R dan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan
sampah 3,33 dan 10,00, sedangkan pihak petugaspamong menyatakan juga masing-masing sebesar 6,67 persen.
5 Peran stakeholders dalam pengelolaan sampah di kota Bandar Lampung
Pengelolaan sampah dengan melibatkan seluruh stakeholders merupakan alternatif kebijakan yang strategis. Kebijakan dan program pengelolaan
kebersihan lingkungan, khususnya sampah kota memerlukan keterpaduan dan sinergis antarstakeholders. Seharusnya peran masing-masing stakeholders dalam
pengelolaan sampah di kota Bandar Lampung diantaranya adalah:
a. Peran pemerintah kota