melibatkan berbagai organisasi dan kerjasana antar rumah tangga, masyarakat, perusahaan swasta, serta pemerintah dalam melakukan proses daur ulang dan
menghasilkan nilai tambah secara ekonomis. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Hanoi Vietnam menunjukkan
bahwa keberhasilan program ditentukan oleh keterlibatan masyarakat lokal, stakeholders dan pengambil keputusan. Dengan demikian pengelolaan sampah
berbasis masyarakat merupakan model pemberdayaan yang melibatkan masyarakat sebagai pengambil keputusan.
d. Dhaka-Bangladesh Action Research
Pertumbuhan penduduk Bangladesh yang tinggi Dhaka Ahsania Mission 2006 menyebabkan peningkatan volume sampah yang luar biasa. Permasalahan
utama di kota besar adalah sulitnya mengatasi penumpukan sampah yang semakin meningkat. Sementara di perdesaanpun tidak terlepas dari masalah tersebut. Baik
di perkotaan maupun di perdesaan menghadapi masalah lingkungan yang sangat serius, kecuali ada strategi dan kebijakan yang dapat diadopsi secara tepat.
Tanggung jawab pemerintah lokal untuk mengelola sampah sangat terbatas untuk menyediakan jasa pelayanan karena masih menggunakan sistem konvensional.
Di daerah perkotaan, disediakan jasa layanan pengelolaan sampah, sementara di perdesaan tidak tersedia. Akibatnya sampah dibuang di pinggir
jalan, saluran terbuka, lahan yang rendah dan halaman rumah, sehingga hal tersebut akan berdampak pada rendahnya kualitas hidup dan lingkungan. Oleh
sebab itu pengelolaan sampah menjadi perhatian yang sangat serius, baik di perkotaan maupun di perdesaan.
Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, yakni adanya pengelolaan yang efektif berupa pengangkutan, daur
ulang, peningkatan sumberdaya, dan penjualan hasil daur ulang. Untuk menghindari dan memperkecil efek yang membahayakan adalah dengan
meningkatkan kesadaran dan pemahaman warga masyarakat serta memotivasi semua unsur yang terkait dalam pengelolaan sampah. Selain itu juga perlu
ditingkatkan kesadaran dan pemahaman institusi dan semua anggota masyarakat turut bertanggung jawab untuk mengelola sampah, baik di perkotaan maupun di
perdesaan.
Program ini sangat membantu untuk menumbuhkan kesadaran kolektif. Adapun cara yang digunakan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat melalui
paket yang terdiri atas pembuatan poster, buklet, videocasseet. Selain itu juga dilakukan pelatihan pemandu dan fasilitator yang bertugas sebagai pendampingan
masyarakat.
e. Jakarta Zero Waste Rawasari
Proyek zero waste Suhli 2001 untuk kawasan ini diterapkan dengan melibatkan warga dalam pengelolaan sampah dengan prinsip dari warga untuk
warga. Pengelolaan sampah dilakukan hanya per kawasan, sehingga biaya angkut menjadi nol persen. Sampah yang dihasilkan langsung dipilah dan diolah sesuai
dengan peruntukannya. Kegiatan ini dapat mengolah sampah hingga 6 – 20 m
3
hari dengan hasil kompos sebanyak 12 tonbulan serta menghasilkan kertas daur ulang, biji plastik, logam serta bahan konstruksi sebanyak 8,4 tonbulan
f. Bandung