Tabel 57 menunjukkan bahwa peran stakeholders yang rendah menggambarkan rendahnya keberdayaan masyarakat, sebaliknya jika peran
stakeholders tinggi, maka keberdayaan masyarakat juga tinggi.
Khususnya para
akademisi menyatakan bahwa keberdayaan masyarakat rendah mencapai 83,33 persen, dan pihak LSM menyatakan keberdayaan masyarakat sangat rendah
mencapai 71,43 persen. Hasil uji koefisien kontingensi Fisher Chi square diperoleh
hitung = 15,95 lebih besar dari
tabel = 14,684 Lampiran 11. Hal ini berarti terima H
2
χ
2
χ
1
atau tolak H sehingga ada peran yang signifikan
dari perguruan tinggi
, swasta, petugaspamong,
dan LSM
stakeholders dalam mendukung pemerintah daerah terhadap pemberdayaan
masyarakat dalam
pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan, khususnya sampah perkotaan.
5.4. Simpulan
Pengelolaan kebersihan lingkungan, khususnya sampah di kota Bandar Lampung perlu melibatkan peran aktif stakeholders yang disesuaikan dengan
tugas pokok dan fungsinya tupoksi masing-masing. Sebagian besar pemangku kepentingan stakeholders menyatakan peran stakeholders dalam mendukung
pemerintah daerah terhadap pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kebersihan lingkungan masih rendah. Untuk itu, keterlibatan pihak lain di luar
pemerintah melalui kemitraan dengan semua pemangku kepentingan akan dapat meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kebersihan lingkungan,
khususnya sampah perkotaan. Pola kemitraan antarstakeholders merupakan organisasi yang efisien dan efektif dalam manajemen persampahan terpadu dan
holistik. Hasil analisis statistik koefisien kontingensi Fisher menggunakan SPSS 15
for Windows teruji bahwa ada peran yang signifikan dari perguruan tinggi, swasta, petugaspamong, dan LSM dalam mendukung upaya pemerintah daerah
memberdayakan masyarakat
dalam pengelolaan kebersihan lingkungan
berkelanjutan, khususnya sampah di kota Bandar Lampung. Hal ini, memberi petunjuk bahwa
permasalahan sampah kota hanya dapat diatasi dengan pola melibatkan seluruh
pemangku kepentingan dan komponen masyarakat lainnya secara terpadu dan holistik. Keberdayaan masyarakat akan optimal apabila adanya suatu bentuk
konsep pemberdayaan masyarakat sebagai mitra pemerintah kota Bandar Lampung dalam pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan.
VI. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEBAGAI MITRA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN
KEBERSIHAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN KOTA BANDAR LAMPUNG
Abstrak
Pengelolaan kebersihan lingkungan, khususnya sampah di kota Bandar Lampung telah dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat, namun belum
terpadu dan belum holistik. Agar pemberdayaan masyarakat berhasil, dibutuhkan dukungan dari semua pemangku kepentingan stakeholders secara terpadu dan
holistik sehingga program kebersihan lingkungan berkelanjutan dapat diwujudkan. Pada bagian ini, konsep pemberdayaan masyarakat sebagai mitra pemerintah
daerah dalam pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan kota Bandar Lampung disusun atas dasar hasil wawancara dengan pakar mengenai kebijakan
pengelolaan sampah dan dianalisis dengan metode AHP. Pengolahan data digunakan program expert choice 2000. Prioritas pertama dari strategi kebijakan
dalam pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan adalah pola kemitraan antara pemerintah kota, pihak swasta dan masyarakat, sebagai konsep
pemberdayaan masyarakat. Prioritas kedua implementasi kebijakan dan penegakan hukum, prioritas ketiga pengolahan dengan teknik sanitary landfill dan
prioritas keempat adalah peningkatan sarana dan prasarana. Kata Kunci: prioritas, strategi dan kebijakan, pemberdayan masyarakat, AHP
6.1. Pendahuluan
Dalam rangka menurunkan volume sampah, pemerintah kota Bandar Lampung sudah mencanangkan program “Ayo Bersih-Bersih” untuk menjaga
kebersihan lingkungan. Melalui program tersebut diharapkan permasalahan sampah di kota Bandar Lampung dapat dikurangi. Kebijakan dan program
pemerintah kota Bandar Lampung dalam pengelolaan sampah adalah dengan melakukan kegiatan pengumpulan, pengangkutan, pembuangan, dan pemusnahan
sampah. Di beberapa kelurahan dan pasar, sudah ada pemberdayaan masyarakat untuk melakukan daur ulang sampah, namun upaya tersebut belum memberikan
hasil yang memuaskan. Pengelolaan sampah kota melalui pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mengajak masyarakat untuk tidak hanya menjadi
penghasil sampah, tetapi juga dapat mengolah dan mengelola sampah secara mandiri yang bernilai ekonomis. Tujuan penelitian ini adalah untuk merumuskan