prinsipil dari manusia di lingkungannya yakni mulai dari aspek intelektual sumberdaya manusia, aspek material dan fisik, sampai kepada aspek manajerial.
Aspek-aspek tersebut bisa jadi dikembangkan menjadi aspek sosial-budaya,
ekonomi, politik, keamanan dan lingkungan. Menurut Damanhuri dan Padmin 2005, pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah dengan
melakukan perubahan bentuk perilaku yang didasarkan pada kebutuhan atas kondisi lingkungan yang bersih yang pada akhirnya dapat menumbuhkan dan
mengembangkan peranserta dalam bidang kebersihan. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan hal yang
saat ini sangat diperlukan, mengingat sampah bukan hanya tanggungjawab pemerintah namun juga tanggungjawab semua pihak, termasuk seluruh kelompok
masyarakat yang merupakan salahsatu penghasil sampah. Namun demikian, ternyata hingga saat ini penelitian mengenai pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan kebersihan lingkungan yang dibuat secara terpadu dan holistik belum pernah dilakukan, dan kalaupun ada penelitian pemberdayaan pengelolaan
kebersihan atau pengelolaan sampah di tempat lain, kondisinya sangat berbeda. Tujuan penelitian
ini adalah
untuk
memahami karakteristik dan
harapan masyarakat terkait program kebersihan lingkungan berkelanjutan, khususnya pengelolaan
sampah kota Bandar Lampung.
4.2. Metode Penelitian
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan pemairan survey, yaitu suatu pendekatan untuk memahami masalah sosial dan
karakteristik masyarakat secara utuh. Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara kepada
responden dengan menggunakan angket sebagai pedoman wawancara dan dibantu dengan teknik observasi dengan melalui penjaringan terhadap data yang
menyangkut variabel tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, jarak rumah dengan TPS dan TPA, persepsi, sikap, dan perilaku masyarakat, serta
harapan masyarakat terhadap pengelolaan kebersihan lingkungan. Data sekunder diperoleh melalui hasil penelusuran dari berbagai dokumen, catatan dan laporan
tertulis dari berbagai sumber dan pihak yang terkait.
Sampel lokasi dan responden rumahtangga sebagai unit analisis, teknik sampling, teknik pengumpulan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini seperti yang telah diuraikan pada Bab III.
4.3. Hasil dan Pembahasan
Responden dalam penelitian ini berjumlah 344 orang yang tersebar di delapan kelurahan dari empat kecamatan di kota Bandar Lampung dengan
karakteristik sebagai berikut. Berdasarkan jenis kelamin, kelompok responden terdiri atas laki-laki
sebanyak 172 orang 50 dan perempuan 172 orang 50. Tingkat pendidikan responden sebagian besar pada jenjang menengah ke atas. Jenis pekerjaan
responden yang paling banyak adalah kelompok ibu rumahtangga IRT sebesar 27,33 persen, wiraswasta sebesar 17,73 persen, karyawan sebesar 13,95, dan
kelompok PNSPensiunan sebesar 10,17 persen. Tingkat pendapatan responden paling banyak berkisar antara Rp.500.001-1.000.000bulan sebesar 52,91 persen
dan diikuti Rp1.000.001-2.000.000 sebesar 28,16. Jarak rumah responden dengan tempat pembuangan sementara TPS paling banyak pada jarak 0-200 m
sebesar 67,15 persen dan jarak 201-500 m sebesar 25,00 persen. Jarak rumah
responden dengan TPA paling banyak pada jarak 7500-10000 m sebesar 59,88 persen. Secara rinci karakteristik responden dapat dilihat pada lampiran 13.
4.3.1. Karakteristik dan persepsi masyarakat
terhadap
program pengelolaan kebersihan lingkungan
Pada dasarnya persepsi tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku dan partisipasi masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah.
Munculnya berbagai persepsi tersebut terkait dengan manfaat dari pengelolaan sampah yang mereka rasakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saribanon 2007
yang mengemukakan bahwa dalam konteks persepsi terhadap pengelolaan sampah respon dari masyarakat dapat digunakan sebagai indikator bagaimana
individu menilai suatu program pengelolaan sampah, sehingga dapat diidentifikasi kendala-kendala yang mungkin muncul dari persepsi untuk mengimplementasikan
pengelolaan sampah tersebut.
Secara umum dapat dikatakan bahwa munculnya pencemaran atau lingkungan menjadi kotor banyak diakibatkan oleh ulah dan perbuatan manusia,
tak terkecuali dengan perbuatan membuang sampah secara sembarangan ke dalam lingkungan. Karena itu dalam pengelolaan sampah domestik ini, keterlibatan
masyarakat mulai dari perencanaan hingga pengambilan keputusan sangat diperlukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Cohen dan Uphoff 1997 yang
menyatakan masyarakat perlu dilibatkan, karena tiga alasan utama yaitu: 1 sebagai langkah awal dalam rangka menyiapkan masyarakat untuk menumbuhkan
rasa memiliki dan tanggungjawab masyarakat setempat terhadap program pengelolaan lingkungan yang dilaksanakan, 2 sebagai alat untuk memperoleh
informasi mengenai kebutuhan, kondisi dan sikap masyarakat setempat, dan 3 masyarakat mempunyai hak untuk
“urun rembug”
dalam menyusun dan menentukan program-program pengelolaan lingkungan yang akan dilaksanakan di
wilayah mereka.
Persepsi masyarakat terhadap kebersihan lingkungan berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa secara umum persepsi laki-laki dan perempuan
masuk kategori persepsi positif. Namun terlihat adanya sedikit kendatipun kurang dari dua persen bahwa perempuan di Bandar Lampung mempunyai persepsi
kurang positif. Persentase persepsi masyarakat terhadap pengelolaan kebersihan
lingkungan berdasarkan jenis kelamin, disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15 Distribusi persentase kategori persepsi masyarakat terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jenis kelamin, Bandar
Lampung 2010
Kategori persepsi Jenis kelamin
Kurang positif Positif
Sangat positif Jumlah
Total n Laki-laki 0,00
94,19 5,81
100,00 172 Perempuan 1,74
91,28 6,98 100,00 172
Persentase kategori persepsi masyarakat terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan secara umum
mempunyai kategori persepsi positif, kecuali kelompok ibu rumahtangga IRT dan pedagang ada yang menyatakan kurang positif walaupun kecil persentasenya.
Distribusi persentase kategori persepsi masyarakat terhadap program kebersihan lingkungan berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Distribusi persentase kategori persepsi masyarakat terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jenis pekerjaan, Bandar
Lampung 2010
Kategori persepsi
Jenis Pekerjaan
Kelompok
Kurang positif
Positif Sangat
Positif Jumlah
Total n
Primer Petani
0,00 88,89 11,11 100,00 9
Sekunder a. PNSPensiunan
b. Wiraswasta c. Karyawan
0,00 0,00
0,00 94,29
86,89 97,92
5,71 13,11
2,08 100,00
100,00 100,00
35 61
48
Tersier a. Pedagang
b. Buruh c. Supirojek
3,33 0,00
0,00 93,34
100,00 75,00
3,33 0,00
25,00 100,00
100,00 100,00
30 25
4
Lainnya a. Ibu rumahtangga
b. Pemulung c.Mahasiswapelajar
2,13 0,00
0,00 92,55
97,43 100,00
5,32 2,57
0,00 100,00
100,00 100,00
94 7
22
Hasil analisis terhadap tingkat pendidikan responden dengan kategori persepsi terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan sebagian besar
menunjukkan kategori persepsi berdasarkan jenjang pendidikan mempunyai kategori persepsi positif. Persentase persepsi terhadap program pengelolaan
kebersihan lingkungan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Distribusi persentase kategori persepsi masyarakat terhadap program
pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan tingkat pendidikan, Bandar Lampung 2010
Kategori persepsi Pendidikan
Kurang positif
Positif Sangat
positif Jumlah
Total n SD
3,33 93,34 3,33
100,00 60
SLTP 0,00 90.32
9,68 100,00
93 SLTA
0,67 93,96 5,37
100,00 149
PT 0,00 92,86
7,14 100,00
42
Hasil analisis kategori persepsi responden terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan berdasarkan tingkat pendapatan secara
umum menunjukkan katagori persepsi positif. Distribusi persentase kategori
persepsi terhadap kebersihan lingkungan berdasarkan tingkat pendapatan disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18 Distribusi persentase kategori persepsi masyarakat terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan tingkat pendapatan,
Bandar Lampung 2010
Kategori persepsi Pendapatan
Rp.000bln Kurang
positif Positif
Sangat positif
Jumlah Total n
500 0,00
100,00 0,00 100,00
20 501 – 1.000
0,00 92,30
7,70 100,00
182 1.001 - 2.000
3,33 91,11
5,56 100,00
90 2.001 – 4.000
0,00 93,18
6,82 100,00
44 4.001 – 8.000
0,00 100,00
0,00 100,00
4 8.000
0,00 100,00
0,00 100,00
4
Hasil analisis terhadap jarak TPS dari rumah responden dengan kategori persepsi terhadap program kebersihan lingkungan sebagian besar menunjukkan
kategori
persepsi positif
. Distribusi persentase kategori persepsi
terhadap kebersihan
lingkungan berdasarkan
jarak rumah dengan TPS
disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Distribusi persentase kategori persepsi masyarakat terhadap program
pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak rumah dengan TPS, Bandar Lampung 2010
Kategori persepsi Jarak TPS m
Kurang positif Positif
Sangat positif Jumlah
Total n 0 - 200
0,87 96,97
2,16 100,00
231 201 - 500
1.16 81,39
17,45 100,00
86 501 - 750
0,00 92,00
8,00 100,00
25 751 - 1.000
0,00 100,00
0,00 100,00
2
Hasil analisis terhadap jarak TPA dari rumah responden dengan kategori persepsi menunjukkan persepsi secara umum dalam katagori positif. Persepsi
yang positif pada responden yang tempat tinggalnya relatif jauh dari TPA. Sampah organik akan segera dibusukkan menjadi bahan anorganik yang dalam
kondisi anaerob akan menimbulkan bau busuk yang menyengat Tchobanoglous et al 1993 yang tentu akan sangat terasa oleh masyarakat yang tinggal berdekatan
dengan TPA, sedangkan yang tinggal berjauhan tidak akan merasakan hal tersebut.
Bahkan menurut Setiawan 2001 sampah yang membusuk juga dapat mengakibatkan timbul atau berkembangnya berbagai macam bibit penyakit, oleh
karenanya sangat wajar juga masyarakat yang tinggal lebih dekat dengan TPA memiliki persepsi kurang positif. Distribusi persentase kategori persepsisikap
terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak rumah dengan TPA disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20 Distribusi persentase tingkat persepsi masyarakat terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak rumah dengan
TPA, Bandar Lampung 2010
Kategori persepsi Jarak TPA m
Kurang positif Positif
Sangat positif Jumlah
Total n 0 – 2.000
7,14 90,48
2,38 100,00
45 2.001 – 5.000
0,00 95,65 4,35
100,00 46
5.001 – 7.500 0,00
100,00 0,00 100,00
5 7.501 – 10.000
0,00 91,75
8,25 100,00
206 10.000
0,00 95,56 4,44
100,00 42
4.3.2. Karakteristik dan harapan masyarakat terhadap kebijakan dan
program pengelolaan kebersihan lingkungan
Hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa terdapat empat harapan masyarakat dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan
berkelanjutan di kota Bandar Lampung. Adapun empat harapan tersebut adalah 1 harapan masyarakat terhadap kebijakan pengelolaan kebersihan lingkungan,
2 harapan masyarakat terhadap ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan kebersihan lingkungan, 3 harapan masyarakat terhadap sistem pengelolaan, dan
4 harapan masyarakat terhadap pemberdayaan. Secara rinci uraiannya sebagai berikut.
a. Harapan terhadap kebijakan dan program
Hasil penelitian menunjukkan adanya harapan responden agar dibuat peraturan tentang kebersihan lingkungan dan penegakan hukum 63 . Selain itu
responden berharap adanya keberlanjutan program kebersihan 21, dan harapan
selanjutnya adalah implementasi kebijakan tentang pengelolaan sampah 12 serta kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan kebersihan
lingkungan 4, seperti ditunjukkan pada Gambar 9 .
Gambar 9 Harapan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah kota Bandar Lampung dalam pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan
Terkait dengan sebagian besar 63 harapan masyarakat agar segera dibuat peraturan dan penegakan hukum, sebenarnya sudah ada
Peraturan
Walikota Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Bandar Lampung. Namun peraturan walikota tersebut belum berfungsi sebagaimana mestinya, dan belum ada penegakan hukum
terhadap pelanggar peraturan kebersihan lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Cullivan et al 1988 dan Wilson et
al 2001 bahwa hal yang terpenting dalam pengelolaan kebersihan lingkungan adalah dibuatnya peraturan dalam hal kebersihan lingkungan dan penegakan
hukum, namun demikian hal yang juga tidak kalah pentingnya adalah membuat kelembagaan untuk bidang pengelolaan sampah dan air buangan. Kantor Menteri
Lingkungan Hidup dan JICA 2003 mengemukakan bahwa peraturan perundangan yang mengatur tentang pengelolaan sampah di tiap kota telah ada
dalam bentuk Peraturan Daerah atau Surat Keputusan BupatiWalikota. Agar peraturan tersebut dapat berjalan maka penegakan hukum terhadap pelanggar
peraturan harus diterapkan, sehingga peraturan yang ada benar-benar dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hidayat 2008 yang mengemukakan bahwa tidaklah mudah mengubah kebiasaan masyarakat.
Kesadaran untuk hidup sehat dan memiliki lingkungan bersih merupakan modal sosial yang dapat mengubah perilaku masyarakat. Perubahan perilaku ini dapat
membawa kenyamanan hidup walaupun membutuhkan proses yang tidak mudah. Kemudian penyuluhan dan memberi pengertian kepada masyarakat tentang
kebersihan lingkungan disetiap kesempatan harus dilakukan terus-menerus. Harapan masyarakat selanjutnya adalah adanya keberlanjutan program
kebersihan lingkungan 21. Dengan berlanjutnya program kebersihan tersebut diharapk agar mendapat penghargaan Adipura kembali seperti yang pernah
diterima pada tahun 2009 lalu. Adanya lembaga pengelolaan sampah akan berpengaruh dalam menjamin keberlanjutan program pengelolaan sampah.
Hidayat 2008, mengemukakan bahwa terkait dengan keberlanjutan suatu program, terdapat beberapa faktor penting untuk diperhatikan dalam aspek
kelembagaan, yaitu: a pembentukan badan pengelola, b pemanfaatan badankelompok masyarakat sebagai pengelola, c penguatan kapasitas, d
regenerasi, dan e kerjasamakemitraan. Implementasi kebijakan tentang pengelolaan sampah juga menjadi
harapan ketiga masyarakat di kota Bandar Lampung 12. Diharapkan pemerintah dapat menjalankan kebijakan kebersihan lingkungan yang telah ada.
Scott 2001 menyatakan bahwa organisasi atau lembaga dapat berfungsi memberikan batasan dan sekaligus keleluasaan bagi suatu kelompok untuk
melakukan suatu kegiatan. Selain itu, Muller-Glodde 1994 berpendapat bahwa kelembagaan lingkungan environmental institution merupakan norma dan nilai
sosial, kerangka politis, program-program lingkungan, pola perilaku dan komunikasi serta pergerakan sosial, yang membentuk interaksi sosial dari
individu-individu yang menyusun organisasi dan kelompok secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi peraturan yang mengatur sumberdaya alam.
Harapan masyarakat yang keempat adalah adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan kebersihan lingkungan 4.
Dengan kerjasama tersebut diharapkan kebersihan lingkungan akan tercapai.
Masyarakat dalam sistem pengelolaan sampah dapat berfungsi sebagai pengelola, pengolah, pemanfaat, penyedia dana, dan pengawas KMLH dan JICA 2003.
Hubungan antara karakteristik dengan harapan terhadap kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jenis kelamin sebagian
besar menunjukkan bahwa memilih kebijakan mengenai dibuat peraturan tentang
kebersihan lingkungan dan penegakan hukum. Secara rinci
disajikan
pada Tabel 21 selanjutnya untuk keterangan Tabel 21 sampai dengan Tabel 26 dibuat notasi
sebagai berikut:
Kebijakan 1: Dibuat peraturan tentang kebersihan lingkungan dan penegakan hukum Kebijakan 2: Implementasi kebijakan tentang pengelolaan sampah
Kebijakan 3: Keberlanjutan program kebersihan lingkungan Kebijakan 4: Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan
kebersihan lingkungan.
Tabel 21 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap kebijakan dan
program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jenis kelamin, Bandar Lampung 2010
Kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan
Jenis kelamin
1 2 3 4 Jumlah
Total n
Laki-laki 61,05 10,47
22,67 5,81 100,00
172 Perempuan 64,53
14,53 19,19
1,75 100,00 172
Distribusi persentase
harapan terhadap kebijakan dan program
pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan bahwa secara umum jenis pekerjaan ibu rumah tangga IRT, karyawan, pedagang,
wiraswasta dan lain-lain sebagian besar mengharapkan dibuatnya peraturan
tentang kebersihan lingkungan dan penegakan hukum. Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap kebijakan dan program pengelolaan kebersihan
lingkungan hampir merata pada semua jenis pekerjaan. Harapan masyarakat terhadap kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan
jenis pekerjaan disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap kebijakan dan
program pengelolaan kebersihan lingkungan
berdasarkan
jenis pekerjaan
Kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan
Jenis Pekerjan
Kelompok 1
2 3
4 Jumlah
Total n
Primer Petani
33,34 33,33
33,33 0,00
100,00 9
Sekundr a.PNSPensiunan b. Wiraswasta
c. Karyawan
48,57 68,85
66,67 25,72
8,19 10,45
14,29 21,31
18,75 11,43
1,64 4,17
100,00 100,00
100,00 35
61 48
Tersier a. Pedagang
b. Buruh c. Supirojek
63,33 4,00
25,00 6,67
72,00 50,00
26,67 24,00
25,00 3,33
0,00 0,00
100,00 100,00
100,00 30
25 4
Lainnya a. Ibu rumahtangga
b. Pemulung c.Mahsiswapelajar
62,77 71,43
9,09 14,89
0,00 86,36
19,15 28,57
4,55 3,19
0,00 0,00
100,00 100,00
100,00 94
7 22
Hasil analisis terhadap distribusi persentase harapan masyarakat terhadap kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan
pendidikan menunjukkan bahwa secara umum masyarakat dengan tingkat pendidikan SD, SLTP, SLTA dan PT mengharapkan
dibuatnya peraturan tentang kebersihan lingkungan dan penegakan hukum. Distribusi persentase disajikan
pada Tabel 23. Tabel
23 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan tingkat
pendidikan, Bandar Lampung 2010
Kebijakan dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan
Pendidikan 1 2 3 4
Jumlah Total n
SD 63,33 15,00
18,34 3,33
100,00 60
SLTP 67,75 8,60
22,58 1,07
100,00 93
SLTA 63,09 9,39
23,49 4,03
100,00 149
PT 50,00 28,57
11,90 9,53
100,00 42
Distribusi persentase kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan pendapatan menunjukkan bahwa secara umum persentase
semua masyarakat berdasarkan kreteria pendapatan, mengharapkan agar pemerintah
membuat peraturan tentang kebersihan lingkungan dan penegakan hukum. Distribusi harapan masyarakat terhadap kebijakan dan program hampir
merata pada semua katagori tingkat pendapatan kecuali pada katagori pendapatan Rp.4.000.001 – Rp.8.000.000bulan. Distribusi persentase harapan terhadap
kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan tingkat pendapatan masyarakat disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap kebijakan dan
program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan pendapatan, Bandar Lampung 2010
Kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan
Pendapatan Rp 0000bln 1
2 3
4 Jumlah
Total n
500 65,00
25,00 5,00 5,00
100,00 20 501 – 1.000
70,33 10,44
16,48 2,75 100,00 182
1.001 - 2.000 56,67
11,11 30,00 2,22
100,00 90 2.001 – 4.000
47,73 11,36
29,55 11,36 100,00 44
4.001 – 8.000 50,00
50,00 0,00 0,00
100,00 4
8.000 25,00
50,00 25,00 0,00
100,00 4
Distribusi persentase kebijakan dan program terhadap kebersihan lingkungan berdasarkan jarak rumah dengan TPS menunjukkan bahwa
masyarakat sebagian besar mengharapkan agar dibuatnya peraturan tentang kebersihan lingkungan dan penegakan hukum. Secara lengkap disajikan pada
Tabel 25. Tabel
25 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak TPS,
Bandar Lampung 2010
Kebijakan dan program dalam pengelolaan kebersihan lingkungan
Jarak TPS m 1 2 3 4
Jumlah Total n
0 - 200 57,58 15,15
23,38 3,89 100,00
231 201 - 500
73,26 6,98 17,44 2,32
100,00 86
501 - 750 76,00 4,00
12,00 8,00 100,00
25 751 - 1.000
50,00 50,00 0,00 0,00 100,00
2
Distribusi persentase kebijakan berdasarkan jarak rumah
responden
dengan TPA terhadap kebersihan lingkungan menunjukkan sebagian besar memilih dibuat
peraturan tentang kebersihan lingkungan dan penegakan hukum. Distribusi
pemilihan terhadap semua kebijakan hampir merata pada semua jarak TPA. Distribusi persentase harapan terhadap kebijakan dalam pengelolaan kebersihan
lingkungan berdasarkan jarak TPA disajikan pada Tabel 26 Tabel
26 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak TPA,
Bandar Lampung 2010
Kebijakan dalam pengelolaan kebersihan lingkungan Jarak TPA m
1 2 3 4 Jumlah Total
n 0 – 2.000
76,09 6,52 13,04 4,35 100,00 46 2.001 – 5.000
80,00 0,00 20,00 0,00 100,00
5 5.001 – 7.500
59,71 15,05 22,81 2,43 100,00
206 7.501 – 10.000
54,76 11,91 28,57 4,76 100,00
42 10.000
62,79 12,5 20,93 3,78 100,00
344
Dengan demkian, harapan masyarakat berdasarkan karakteristik yang ada sebagian besar berharap dibuatnya peraturan tentang kebersihan lingkungan dan
penegakan hukum.
b Harapan terhadap sarana dan prasarana
Menurut Undang-Undang Nomor 04 Tahun 1992 dalam rangka menjamin fungsi-fungsi permukiman perkotaan dapat berlangsung sebagaimana mestinya,
diperlukan infrastruktur atau prasarana dan sarana serta utilitas lingkungan. Prasarana lingkungan seperti
jaringan jalan
, air limbah, drainase, dan p
ersampahan
pada dasarnya merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan sedangkan sarana lingkungan seperti sarana niaga, pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan
umum, ruang terbuka hijau, ruang pertemuan, perpustakaan umum adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan
kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Utilitas umum air minum, listrik, telepon, pemadam kebakaran adalah sarana penunjang untuk pelayanan
lingkungan Berkaitan dengan sarana dan prasarana kebersihan lingkungan tersebut, dari hasil wawancara dengan responden diperoleh 3 tiga harapan
masyarakat, seperti disajikan pada Gambar 10
Gambar 10 Harapan masyarakat terhadap ketersediaan sarana dan prasarana Sebagian besar 80,52 harapan masyarakat adalah penambahan sarana
dan prasarana penampungan dan pengangkutan sampah, hal ini disebabkan masih sangat kurangnya sarana seperti tong sampah untuk menampung sampah, dan
banyak sampah yang tidak langsung diangkut oleh petugas kebersihan yang menyebabkan sampah membusuk dan timbul bau yang tidak enak. Pewadahan
sampah yang digunakan bervariasi baik bentuk, ukuran maupun bahan wadah sampah. Tempat sampah yang digunakan bervariasi menurut tempat, diantaranya
dapat digolongkan: a pemukiman teratur, wadah yang digunakan berbentuk tong plastik, tong sampah dari kayu, kantong plastik, drum bekas, dan bekas kaleng cat,
b permukiman tidak teratur, wadah yang digunakan berbentuk kantong plastik, dus karton, dan tong plastik tanpa pewadahan, c daerah komersil, wadah yang
digunakan berbentuk tong plastik, dan keranjang plastik, d daerah institusional, wadah yang digunakan berbentuk bak sampah dari kayu dan tong plastik, e
daerah pasar, wadah yang digunakan berbentuk kantong plastik, dus bekas dan kontainer.
Harapan masyarakat selanjutnya adalah peningkatan fungsi sarana dan prasarana dalam pengelolaan sampah 15,70. Hasil wawancara dengan
masyarakat menunjukkan bahwa banyak sarana dan prasarana yang tidak berfungsi. Dalam hal ini harapan masyarakat agar sarana dan prasarana dapat
diletakkan ditempat yang strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat sehingga usaha untuk mendukung kegiatan pengelolaan sampah dapat tercapai.
Harapan masyarakat lainnya adalah adanya TPS di setiap kawasan perumahan 3,78, sehingga masyarakat penghasil sampah dapat langsung
membuang sampah ke TPS tersebut. Selanjutnya dapat dipindahkan ke dalam mobil sampah untuk diangkut ke TPA. Diperlukan sarana dan prasarana untuk
pengelolaan sampah ini seperti mobil sampah, TPS, TPA serta sarana dan prasarana lain sebagai implementasi dari Undang-Undang Nomor 04 Tahun 1992
dalam rangka menjamin fungsi-fungsi permukiman perkotaan dapat berlangsung sebagaimana mestinya.
Hubungan antara jenis kelamin responden dengan harapan masyarakat terhadap sarana prasarana menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki dan
perempuan memilih penambahan sarana dan prasarana penampungan dan
pengangkutan. Distribusi persentase harapan terhadap sarana prasarana dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jenis kelamin disajikan
pada Tabel 27 selanjutnya untuk keterangan Tabel 27 sampai dengan Tabel 32 dibuat notasi sebagai berikut:
1. Adanya TPS di setiap kawasan pemukiman 2. Menambah sarana prasarana penampungan dan pengangkutan
3.
Peningkatan fungsi sarana parasarana
. Tabel 27 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap sarana prasarana
dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jenis kelamin, Bandar Lampung 2010
Sarana prasarana Jenis
kelamin 1 2 3
Jumlah Total n
Laki-laki 2,91 76,74
20,35 100,00
172 Perempuan 4,65
84,30 11,05
100,00 172
Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap sarana prasarana dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan pekerjaan menunjukkan
semua jenis pekerjaan memilih menambah sarana dan prasarana penampungan dan pengangkutan
Distribusi
persentase harapan masyarakat terhadap sarana prasarana program kebersihan
lingkungan berdasarkan
jenis pekerjaan
disajikan pada Tabel
28
Tabel 28 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap sarana prasarana dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jenis
pekerjaan, Bandar Lampung 2010
Sarana prasarana Jenis
Pekerjaan Kelompok
1 2 3 Jumlah
Primer Petani
11,11 66,67
22,221 100,00
Total n
Sekunder a. PNSPensiunan
b. Wirasawsta c. Karyawan
28,6 3,28
2,08 91,3
73,77 70,84
5,71 22,95
27,08 100,00
100,00 100,00
35 61
48 Tersier
a. Pedagang b. Buruh
c. Supirojek 0,00
4,00 0,00
90,00 72,00
100,00 10,00
24,00 0,00
100,00 100,00
100,00 30
25 4
Lainnya a. Ibu rumahtangga
b. Pemulung c. Mahasiswapelajar
5,32 0,00
9,09 87,23
42,86 86,36
7,45 57,14
4,55 100,00
100,00 100,00
94 7
22
Distribusi harapan masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan terhadap sarana prasarana dalam program pengelolaan sampah menunjukkan sebagian
besar memilih penambahan sarana dan prasarana. Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap sarana prasarana dalam program pengelolaan kebersihan
lingkungan berdasarkan pendidikan disajikan pada Tabel 29. Tabel 29 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap sarana prasarana
dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan pendidikan, Bandar Lampung 2010
Sarana-prasarana Pendidikan
1 2
3 Jumlah
Total n SD 3,33
80,00 16,67
100,00 60
SLTP 5,38 81,72
12,90 100,00
93 SLTA
3,36 78,52 18,12
100,00 149
PT 2,38 85,71
11,91 100,00
42
Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap sarana prasarana dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan pendapatan
menunjukkan persentase semua tingkat pendapatan masyarakat mengharapkan penambahan sarana dan prasarana. Distribusi harapan masyarakat agar adanya
TPS di setiap kawasan hanya dipilih oleh masyarakat yang berpendapatan 500.001-1.000.000bulan dan 1.000.001–2.000.000bulan. Distribusi persentase
sarana prasarana terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan pendapatan masyarakat disajikan pada Tabel 30.
Tabel 30 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap sarana prasarana dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan
pendapatan, Bandar Lampung 2010
Sarana-prasarana Pendapatan
Rp.000bln 1
2 3
Jumlah Total n
500 0,00
95,00 5,00
100,00 20 501 – 1.000
5,49 75,27
19,23 100,00 182
1.001 - 2.000 3, 30
85,56 11,11
100,00 90 2.001 – 4.000
0,00 86,36
13,63 100,00 44
4.001 – 8.000 0,00
75,00 25,00
100,00 4 8.000
0,00 75,00
25,00 100,00 4
Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap sarana prasarana dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak rumah dengan TPS
menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka mengharapkan penambahan sarana dan prasarana. Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap sarana
prasarana dalam pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan
jarak rumah dengan
TPS disajikan pada
Tabel 31. Tabel 31 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap sarana prasarana
dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak TPS, Bandar Lampung 2010
Sarana-rasarana Jarak TPS
m 1
2 3
Jumlah Total n
0 - 200 5,19
78,35 16,45
100,00 231 201 - 500
1,16 88,37
10,46 100,00 86
501 - 750 0,00
72,00 28,00
100,00 25 751 - 1.000
0,00 100,00
0,00 100,00 2
Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap sarana prasarana dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak rumah
dengan TPA menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka mengharapkan penambahan sarana dan prasarana. Distribusi persentase harapan masyarakat
terhadap sarana prasarana dalam pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak rumah dengan TPA disajikan pada Tabel 32.
Tabel 32 Distribusi persentase harapan terhadap sarana prasarana dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak rumah dengan
TPA, Bandar lampung 2010
Sarana-prasarana Jarak TPA m
1 2 3 Jumlah
Total n
0 – 2.000 0,00
75,56 24,44
100,00 45
2.001 – 5.000 2,17
58,69 39,13
100,00 46
5.001 – 7.500 0,00
100,00 0,00
100,00 5
7.501 – 10.000 5,34
83,98 10,68
100,00 206
10.000 2,38
90,47 7,14
100,00 42
Dengan demkian, harapan masyarakat berdasarkan karakteristik yang ada sebagian besar berharap menambah sarana-prasarana penampungan dan
pengangkutan kebersihan lingkungan.
c Harapan terhadap bentuk sistem dalam program pengelolaan sampah
Harapan masyarakat yang paling banyak 54 menyangkut teknik operasional dalam pengelolaan sampah. Diharapkan dengan adanya teknik
operasional yang mulai dari sarana dan prasarana, tingkat pelayanan untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah dengan pola pelayanan individual atau
komunal langsung dan pola penyapuan, akan dapat melayani daerah permukiman, perkantoran, jalan, dan pasar. Pengelolaan sampah yang optimum ditiap wilayah
diharapkan mampu mengangkut sampah secara rutin setiap hari sehingga masyarakat akan terhindar dari bau yang bersumber dari sampah, binatang yang
membawa bibit penyakit, dan pencemaran terhadap lingkungan di sekitarnya. Pengangkutan sampah yang terlambat akan menjadi tumpukan sampah sehingga
akan ditemukan bermacam jenis hewan seperti lalat, kecoa,. dan bau tidak sedap yang menyengat hidung. Harapan masyarakat terhadap sistem pengelolaan
sampah, seperti disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11 Harapan masyarakat terhadap sistem pengelolaan sampah
Selanjutnya sebanyak 21 persen masyarakat berharap bahwa pelaksanaan 3R dimulai dari sumbernya, yaitu rumahtangga dan dilaksanakan di TPA
mengingat sumber sampah tidak hanya berasal dari rumahtangga. Contoh kegiatan reuse yang dapat dilakukan adalah pemanfaatan kembali botol-botol bekas atau
kantong plastik yang dapat digunakan kembali, sedangkan contoh kegiatan recycle adalah dengan melakukan pengolahan sampah-sampah organik menjadi
kompos, kertas, plastik bekas untuk didaur ulang. Kegiatan ini relatif lebih penting mengingat adanya kegiatan menggalakkan program reduce, reuse recycle,
dan replace atau lebih dikenal dengan program 4R yang berorientasi pada program zero waste sampah tanpa sisa yang memberikan nilai tambah,. Namun
kurang dari seperempat responden 21 yang sudah berpikir ke arah tersebut, yakni memandang sampah sebagai barang yang bernilai ekonomis.
Menurut Satori 2002 belum signifikannya proses pendaurulangan sampah pasar, baik sampah organik maupun anorganik saat ini, antara lain
disebabkan oleh: 1 belum adanya rancangan usaha business plan sistem daur ulang sebagai sebuah industri, 2 belum adanya sistem jaringan pemasaran
produk-produk daur ulang, 3 kegiatan daur ulang masih dianggap sebagai usaha sampingan atau alternatif usaha terakhir, 4 masih terbatasnya anggaran untuk
menerapkan kegiatan daur ulang sampah, 5 kurangnya sosialisasi sehingga pemahaman masyarakat tentang manfaat kegiatan tersebut baik dari segi
lingkungan maupun ekonomi sangat minim, dan 6 kegiatan tersebut tidak sinergi dan terintegrasi dalam sistem manajemen sampah.
Kantor Menteri Lingkungan Hidup dan JICA 2003 juga mengemukakan hal yang serupa bahwa pengurangan produksi sampah dapat dilakukan melalui
dua tahap. Tahap pertama, mengurangi sampah sejak dari sumbernya. Dalam kegiatan ini masyarakat melakukan kegiatan pemilahan sampah di tempatnya
masing-masing. Tindakan ini untuk mengurangi biaya pengumpulan sampah dan berakibat pada pengurangan beban operasional transfer dan transport sampai
dengan biaya pengelolaan di TPA. Tahap kedua, mengurangi sampah yang masuk ke TPA. Hal ini sesuai dengan pendapat Tchobanoglous et al 1993 yang
menyatakan bahwa pengelolaan sampah idealnya dilakukan dengan tujuan mengendalikan secara sistematik semua kegiatan yang berhubungan dengan
timbulnya sampah, penanganan, pemilahan, dan pengolahan sampah di sumbernya, pengumpulan, pengolahan dan daur ulang sampah, pemindahan dan
pengangkutan, dan pembuangan akhir. Pemilahan sampah dapat dilakukan di lokasi TPS untuk diambil bagian yang masih bermanfaat, sebagian untuk kompos
dan bagian lainnya dibuang ke TPA. Sampah yang sudah tidak dapat dimanfaatkan secara ekonomis harus
dibuang ke TPA. Namun pengoperasian TPA tersebut harus memenuhi persyaratan teknis dengan metoda sanitary landfill, baik dasar pemilihan lokasi,
penentuan lokasi dan pengoperasian maupun pemeliharaannya. Hal ini sesuai dengan pilihan masyarakat yang paling banyak memilih metoda sanitary landfill
21 untuk dilaksanakan dalam pengelolaan sampah. Persoalan klasik dari penanganan sampah perkotaan di sebagian besar wilayah Indonesia adalah masih
banyaknya TPA yang menggunakan sistem open dumping. Salah satu pertimbangan menggunakan sistem tersebut adalah murahnya biaya operasional.
Sampah tinggal ditimbun di ruang terbuka. Kekurangannya, sistem tersebut akan menimbulkan banyak persoalan terutama masalah lingkungan, baik secara
biogeofisik maupun persoalan sosial. Untuk mencegah masalah tersebut maka cara pengelolaan sampah dengan metode sanitary landfill dipillih sebagai
alternatif untuk diterapkan di kota Bandar Lampung. Hal ini sesuai dengan Schubeler 1996, yang menyatakan bahwa secara
umum metode pembuangan akhir yang umum dipakai di Indonesia adalah open dumping penimbunan terbuka. Namun mengingat banyaknya dampak negatif
yang timbul, yaitu bau dan pencemaran air tanah oleh leachate, metode ini secara berangsur telah diganti dengan sanitary atau controlled landfill. Sejalan dengan
hal tersebut, Buana 2004 mengemukakan bahwa sistem sanitary landfill merupakan salahsatu alternatif penanganan sampah perkotaan yang bila
diterapkan dengan tepat akan sangat baik dan aman bagi sanitasi lingkungan. Sistem tersebut dapat meredam persoalan sosial yang sering kali timbul di
masyarakat sekitar lokasi TPA. Sistem bakar dan buang sampah di TPA menjadi pilihan masyarakat
selanjutnya. Cara pemusnahan sampah dengan sistem pembakaran, memerlukan peralatan khusus yang disebut incenerator. Untuk membakar sampah diperlukan
panas dengan suhu di atas 1000 derajat Celcius. Dengan lama pembakaran, suhu dan campuran oksigen yang tepat, menghasilkan 99 persen sampah akan hancur
atau musnah. Pembakaran sampah merupakan kegiatan yang tidak direkomendasikan mengingat selain akan menghasilkan debu dan asap
pembakaran yang tidak selesai seperti yang dilakukan oleh sebagian masyarakat, juga akan menyisakan dioksin dan senyawa berbahaya lainnya yang bercampur
dengan debu dan asap. Selanjutnya, dikatakan bahwa akan lebih aman jika dilakukan
pengomposan karena pengomposan merupakan cara untuk merubah bahan organik menjadi produk yang mudah dan aman untuk ditangani, disimpan, dan
diaplikasikan ke lahan pertanian tanpa menimbulkan efek negatif pada lingkungan Talashilkar 1999 dan Tuomela et al 2000.
Sistem pembakaran ini pernah diujicoba di Surabaya namun dihentikan karena dianggap tidak layak
Distribusi persentase harapan terhadap bentuk sistem dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan, khususnya sampah, menunjukkan bahwa
sebagian besar laki-laki dan perempuan memilih sistem teknik operasional dalam pengelolaan kebersihan lingkungan, khususnya sampah
. Distribusi persentase
bentuk sistem dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 33 selanjutnya untuk Tabel 33
sampai
dengan Tabel 38 dibuat notasi sebagai berikut:
1. Teknik operasional dalam pengelolaan sampah 2. Pelaksanaan pola 3R mulai dari sumber sampah
3. Sanitary landfill 4. Sistem bakar menggunakan incenerator.
Tabel 33 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap bentuk sistem dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jenis
kelamin, Bandar Lampung 2010
Bentuk sistem program pengelolaan kebersihan lingkungan Jenis
kelamin 1 2 3 4 Jumlah
Total n
Laki-laki 55,81 16,28 24,42
3,49 100,00
172 Perempuan 52,32
25,00 18,02 4,65
100,00 172
Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap bentuk sistem dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan pekerjaan
memperlihatkan bahwa sebagian besar masyarakat memilih teknik operasional dalam pengelolaan sampah.
Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap bentuk sistem dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan
berdasarkan pekerjaan disajikan
pada Tabel 34. Tabel 34 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap bentuk sistem dalam
program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan pekerjaan, Bandar Lampung 2010
Bentuk sistem program pengelolaan kebersihan lingkungan
Total n Jenis
Pekerjan Kelompok
1 2 3 4 Jumlah
Primer Petani
55,56 11,11
22,22 11,11 100,00 9
Sekunder a.PNSPensiunan
b. Wiraswasta c. Karyawan
25,00 66,67
8,75 25,00
11,11 10,42
50,00 22,22
18,75 0,00
0,00 2,08
100,00 100,00
100,00 35
9 48
Tersier a. Pedagang
b. Buruh c. Supirojek
60,00 76,00
45,90 13,33
8,00 21,31
23,33 16,00
31,15 3,33
0,00 1,64
100,00 100,00
100,00 30
25 61
Lainnya a. Ibu rumahtangga
b. Pemulung c.Mahasiswapelaja
50,00 42,86
54,55 30,85
14,28 18,18
10,64 42,66
22,73 8,51
0,00 4,54
100,00 100,00
100,00 94
7 22
Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap bentuk sistem dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan
berdasarkan
pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar responden dari semua tingkat pendidikan memilih sistem
teknik operasional dalam pengelolaan sampah. Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap bentuk sistem dalam program pengelolaan kebersihan
lingkungan berdasarkan pendidikan
disajikan pada
Tabel 35.
Tabel 35 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap bentuk sistem dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan
pendidikan, Bandar Lampung 2010
Bentuk sistem program pengelolaan kebersihan lingkungan Pendidikan
1 2
3 4
Jumlah Total
n SD 60,00
15,00 20,00 5,00 100,00 60
SLTP 44,08 24,73
24,73 6,45 100,00 93
SLTA 61,74 16,78
18,79 2,68 100,00 149
PT 40,47 33,33
23,81 2,38 100,00 42
Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap bentuk sistem dalam program p
engelolaan
kebersihan lingkungan berdasarkan pendapatan menunjukkan sebagian besar mengharapkan teknik operasional dalam pengelolaan sampah
dibenahi. Secara rinci disajikan pada Tabel 36. Tabel 36 Distribusi persentase harapan terhadap bentuk sistem dalam program
pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan tingkat pendapatan, Bandar Lampung 2010
Bentuk sistem program pengelolaan kebersihan lingkungan Pendapatan
Rp.000bln 1
2 3
4 Jumlah
Total n
500 60,00
10,00 25,00 5,00
100,00 20 501 – 1.000
52,19 21,98
21,43 4,39 100,00
182 1.001 - 2.000
60,00 15,56
23,33 1,11 100,00 90
2.001 – 4.000 50,00
27,27 13,63 9,09
100,00 44 4.001 – 8.000
25,00 50,00
25,00 0,00 100,00 4
8.000 50,00
25,00 25,00 0,00
100,00 4
Distribusi persentase harapan terhadap bentuk sistem dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak rumah dengan TPS
menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat memilih bentuk sistem teknik operasional
. Secara rinci disajikan pada Tabel 37.
Tabel 37 Distribusi persentase harapan terhadap bentuk sistem dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak rumah dengan
TPS, Bandar Lampung 2010
Bentuk sistem program pengelolaan kebersihan lingkuangan Jarak TPS
m 1 2 3 4 Jumlah
Total n
0 - 200 57,14
44,18 20,35 4,76 100,00 231
201 - 500 44,19
26,74 25,58 3,49 100,00
86 501 - 750
60,00 24,00
16,00 0,00 100,00 25
751 -1.000 50,00
50,00 0,00
0,00 100,00
2
Harapan masyarakat terhadap bentuk sistem dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak rumah dengan TPA menunjukkan bahwa
sebagian besar masyarakat memilih bentuk sistem teknik operasional pengelolaan
sampah. Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap bentuk sistem dalam program pengelolaan kebersihan
lingkungan berdasarkan jarak
rumah dengan
TPA secara rinci disajikan
pada Tabel 38. Tabel 38 Distribusi persentase harapan terhadap bentuk sistem dalam program
pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak rumah dengan TPA, Bandar Lampung 2010
Bentuk sistem program pengelolaan kebersihan lingkungan Jarak TPA m
1 2
3 4
Jumlah Total
n 0 – 2.000
44,44 15,56
37,78 2,22 100,00 45
2.001 – 5.000 78,26
19,57 2,17 100,00 46
5.001 – 7.500 40,00
20,00 20,00 20,00
100,00 5
7.501 – 10.000 52,53
25,75 21,21 0,51
100,00 206 10.000
48,98 24,49
8,16 18,37 100,00 42
Dengan demkian, harapan masyarakat berdasarkan karakteristik yang ada sebagian
besar berharap menambah sarana-prasarana
penampungan dan
pengangkutan serta teknik operasional dalam
pengelolaan sampah
d Harapan terhadap pemberdayaanketerlibatan masyarakat
Penanganan sampah di tingkat rumahtangga dengan cara menjadikan kompos adalah satu bentuk partisipasi dalam menangani persoalan
sampah. Sebaik apapun program kebersihan lingkungan yang ada, permasalahan sampah kota Bandar Lampung tidak akan pernah berhasil jika pemerintah dan
masyarakat tidak saling bekerjasama untuk mengatasi permasalahan sampah. Hasil wawancara dengan responden, menghasilkan 5 lima bentuk harapan
masyarakat tentang pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah kota Bandar Lampung, sebagai berikut: 1 masyarakat juga harus terlibat dalam
pengelolaan sampah dengan mengembangkan kembali kearifan lokal seperti gotongroyong 59,88, 2 kerjasama antara masyarakat dengan instansi terkait
dan swasta 19,77, 3 mendukung program pemerintah kota yang telah ada 13,95, 4 adanya program pemberdayaan 3,78, dan 5 harapan
masyarakat berikutnya adalah membentuk organisasi pengelolaan kebersihan lingkungan 2,62, seperti disajikan pada Gambar 12.
Masyarakat harus terlibat dalam pengelolaan sampah dengan
mengembangkan kearifan lokal: gotong royong
Kerjasama masyarakat,
instansi terkait dan swasta Mendukung program pemerintah
kota yg telah ada Adanya program
pemberdayaan Membentuk organisasi
pengelolaan
kebersihan
lingkungan
Gambar 12 Harapan masyarakat terhadap pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan Adanya harapan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan
sampah merupakan hal yang sangat positif, mengingat kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah dapat dikatakan relatif sangat baik. Hal ini sesuai
dengan pendapat Anschütz 1996 yang mengemukakan bahwa jenis partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah kota cukup banyak yakni dengan cara
menunjukkan perilaku aktif dalam menjaga kebersihan, dengan memberikan kontribusi uang atau tenaga, dengan memberikan bantuan dalam administrasi dan
memberikan kontribusi dalam jasa pelayanan. Adanya keinginan secara langsung dari masyarakat untuk terlibat merupakan petunjuk bahwa partisipasi masyarakat
dapat ditingkatkan secara optimal. Kota Bandar Lampung sudah memiliki program kebersihan yaitu “Ayo
Bersih-Bersih”. Melalui program tersebut masyarakat disadarkan untuk sedini mungkin melakukan kebiasaan meminimalisasi sampah dengan mengembangkan
kembali kearifan lokal seperti gotongroyong atau kegiatan Jum’at bersih sehingga dapat memelihara kerjasama yang baik. Selain itu, sosialisasi terhadap program
Ayo Bersih-Bersih dilakukan secara terus menerus, kendatipun hasilnya belum optimal. Hal tersebut dilakukan karena tidak semua orang bisa langsung mengerti
dan memahami program tersebut dalam waktu singkat.
Harapan masyarakat selanjutnya adalah kerjasama pengelolaan sampah antara masyarakat dengan instansi terkaitpemerintah dan swasta dalam
pengelolaan kebersihan lingkungan. Kerjasama tersebut dilaksanakan sesuai dengan peran masing-masing stakeholders tersebut. Pemerintah berperan dalam
hal regulasi, penyediaan TPA, resource recovery, insentif, infrastruktur, pendidikan lingkungan, dan audit pengelolaan sampah. Peran masyarakat adalah
sebagai pelaksana kegiatan 4R, daur ulang, pengomposan, pemilahan sampah dari sumber. Peran swasta dalam pengelolaan sampah memproduksi barang yang
ramah lingkungan, tanggung jawab produser, program buy back, agen daur ulang dan menjadi pembeli barang lapak.
Hal serupa juga dinyatakan oleh Handono 2010 dan Wilson et al 2001 dalam menangani sampah berbasis masyarakat diperlukan kerjasama dari berbagai
pemangku kepentingan yang harus menjalankan perannya masing-masing sesuai tanggungjawab dan wewenangnya. Untuk mencapai keberhasilan pengelolaan
sampah harus dapat memaksimalkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat atau kelompok target terhadap isu manajemen persampahan, hendaknya dalam
menangani sampah dilakukan dengan berbasis masyarakat. Tanggungjawab dan wewenang masing-masing pemangku kepentingan disajikan pada Gambar 13.
Masyarakat :
- Pelaksanaan 4 R - Daur ulang
- Komposting - Pemilahan di sumber
Pemerintah :
- Regulasi - Infrastruktur - TPA - Pendidikan Lingk
- Resource recovery - Pengomposan - Insentif - Audit Pengelolaan sampah
Swasta :
- Produksi ramah lingkungan
- Tanggung jawab produser
- Program Buy Back - Agen daur ulang
- Pembeli barang lapak
Gambar 13 Kerjasama pemangku kepentingan stakeholders
Masyarakat juga merupakan salahsatu aktor untuk melakukan pengelolaan sampah, karena: 1 masyarakat berhak mendapatkan lingkungan yang bersih,
indah, nyaman dan sehat, 2 mendapatkan pelayanan kebersihan yang terbaik dari pemdapengelola sampah, 3 memanfaatkan, mengolah dan membuang sampah
sesuai ketentuan, 4 berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sampah dan penentuan besarnya retribusi pajak pengelola sampah, baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun pengelolaan sampah swakelola, 5 mendapatkan informasi mengenai pemanfaatan dana masyarakat oleh pemerintah maupun pengelola
sampah swakelola. Adapun kewajiban masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah: 1 menjaga kebersihan di lingkungan sekitarnya, 2 melakukan
pengelolaan sampah mulai dari pengurangan dan pemisahan sesuai jenis sampah, 3 membiayai upaya pengelolaan sampah baik oleh pemerintah daerah maupun
pengelola sampah swakelola, 4 menyiapkan pewadahan sampah sesuai dengan peraturanstandar tempat sampah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.
Swasta mempunyai komitmen dan kepedulian dalam penanganan masalah sosial, terutama dalam pembangunan kesejahteraan sosial, karena swasta
merupakan salah satu stakeholders. Swasta mempunyai tanggungjawab sosial. Swasta tidak mungkin dapat mempertahankan eksistensinya tanpa dukungan
masyarakat dan lingkungan sosialnya, seperti pernyataan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2005 bahwa tanggungjawab dunia usaha telah menjadi
suatu kebutuhan yang dirasakan bersama antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha berdasarkan prinsip kemitraan dan kerjasama. Kewajiban swasta
seharusnya dalam pengelolaan sampah adalah: 1 menerapkan konsep recycle, teknologi ramah lingkungan dan nir limbah dalam berproduksi, 2 mengemas
produk dengan menggunakan bahan ramah lingkungan dan seminimal mungkin menghasilkan sampah, 3 mengoptimalkan bahan daur ulang sebagai bahan baku
produk, 4 memberimembeli kembali kemasan plastiklogamgelas dari produk mereka yang telah dimanfaatkan oleh konsumen, atau yang telah dikumpulkan
oleh masyarakat, 5 distributor, pedagang mempunyai kewajiban menampung sementara kemasan-kemasan dari konsumen, 6 membayar biaya kompensasi
pengolahan kemasan yang tidak dapat didaur ulang dengan teknologi yang berkembang saat ini, dan 7 membantu upaya pengurangan sampah .
Harapan masyarakat Bandar Lampung selanjutnya adalah mendukung program yang telah ada 13,95. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam
menjaga dan keberlanjutan program
kebersihan
tersebut, yaitu
dengan
memberikan penghargaan dan pemberian kompensasi. Penghargaan diperuntukkan bagi
masyarakat sebagai timbal balik dari jerih payah yang telah dilakukan. Hidayat 2008 juga mengemukakan bahwa sebuah prestasi yang dicapai
oleh seseorang akan semakin terasa ketika ada penghargaan bagi orang tersebut. Beberapa perlombaan berkaitan dengan lingkungan sering diadakan bagi daerah-
daerah maupun sekolah-sekolah. Perlombaan ini ditujukan untuk memilih daerah mana paling bisa menjaga kondisi lingkungannya. Sebagai contoh penghargaan
Adipura bagi kota-kota di Indonesia atau Toyota eco youth yang diadakan di sekolah-sekolah. Dengan adanya penghargaan seperti ini, warga akan selalu
terpacu untuk bisa meraih penghargaan sehingga warga masyarakat ikut tergerak untuk menjaga kondisi lingkungannya.
Harapan masyarakat yang berikutmya adanya program pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah 3,78. Program pengelolaan sampah
terpadu merupakan sistem manajemen yang berbasis pada masyarakat yang diawali dengan pendidikan lingkungan, disiplin dan itikad baik untuk mengurangi
jumlah sampah yang diproduksi setiap hari dan dimulai dari rumahtangga. Setiap rumahtangga melakukan pemilahan sampah yaitu dengan memisahkan sampah
organik dan anorganik. Melalui program tersebut, lingkungan perumahan menjadi bersih, hijau dan masyarakat mulai menerapkan prinsip 4R.
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam proses pemberdayaan masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah diantaranya adalah:
1. Melakukan lokakarya pemberdayaan: bertujuan agar masyarakat dapat lebih mengenal, menggali lebih dalam potensi dan permasalahan di lingkungannya,
memacu dan mendorong kesadaran serta partisipasi masyarakat, berperan dalam pengelolaan sampah untuk mengurangi sampah mulai dari sumbernya
sehingga dapat mewujudkan permukiman yang ramah lingkungan bersih, hijau, dan indah. Hasil dari penyelenggaraan lokakarya diharapkan adalah
implementasi dari 4R reduce, reuse, recycle dan replace dan terbentuknya pusat daur ulang melalui pemanfaatan sampah yang dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat. Masyarakat mengharapkan adanya peningkatan kapasitas keterampilan melalui pelatihan pemanfaatan sampah dalam
membuat produk kerajinan daur ulang plastik dan koran, pengomposan dan pembibitan.
2. Pelatihan keterampilan pemanfaatan sampah: pada kegiatan ini, kelompok masyarakat diberikan pelatihan peningkatan kapasitas keterampilan dalam
pengomposan, pembibitan tanaman hias serta ketrampilan pemanfaatan sampah dengan melakukan daur ulang koran dan daur ulang plastik. Dari
hasil pelatihan diharapkan masyarakat dapat membuat produk kerajinan berupa tas, tempat tissue dan beberapa produk lainnya dari pemanfaatan
sampah plastik dan koran bekas. 3. Workshop peningkatan kualitas pengelolaan sampah skala permukiman:
maksud dan tujuan dari workshop diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil kerajinan dari masyarakat sehingga memiliki daya saing dan daya jual
yang tinggi, mekanisme produksi dan pemasaran hasil produk kerajinan daur ulang sampah serta penataan pengelolaan lingkungan permukiman yang
bersih, indah dan sejuk. 4. Peningkatan kapasitas masyarakattransfer ilmu dalam pengelolaan sampah
terpadu serta pelestarian tanaman: kegiatan ini diharapkan selain bertujuan untuk transfer ilmu yang telah didapatkan, juga memotivasi masyarakat
melakukan pengelolaan kebersihan lingkungan sehingga dapat meningkatkan peran dan partisipasinya sebagai pelaku utama dan menjadi pelopor dalam
pengelolaan lingkungan. Pada kegiatan ini masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melakukan pemilahan sampah, pembibitan,
pembuatan kompos takakura, pembuatan bingkai foto dari koran, produk kerajinan daur ulang koran bekas dan plastik serta berbagi pengalaman dalam
melakukan pengelolaan sampah terpadu. 5. Pengadaan sarana dan prasarana: sarana dan prasarana yang diberikan harus
mendukung kegiatan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat antara lain: komposter, tempat sampah, kompos, pengadaan bibit tanaman hias,
gerobak sampah, plat beton, mesin jahit dan material lainnya dalam pembuatan produk kerajinan daur ulang sampah dan koran bekas.
Hasil analisis distribusi persentase harapan masyarakat terhadap pemberdayaan keterlibatan dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan
berdasarkan jenis kelamin menunjukkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagian besar memilih pemberdayaanketerlibatanan masyarakat dalam program
pengelolaan sampah dengan
mengembangkan
kearifan lokal. Distribusi keterlibatan dalam program pengelolaan sampah merata dipilih oleh semua jenis kelamin laki-
laki dan perempuan disajikan pada Tabel 39 selanjutnya untuk Tabel 39 sampai dengan Tabel 44 dibuat notasi sebagai berikut:
1. Kerjasama antara masyarakat dengan instansi terkait dan swasta dalam pengelolaan kebersihan lingkungan
2. Masyarakat harus terlibat dalam pengelolaan sampah dengan mengembangkan kearifan lokal, seperti gotongroyong.
3. Membentuk organisasi pengelolaaan kebersihan lingkungan 4. Mendukung program pemerintah kota yang telah ada
5. Program pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Tabel 39 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap pemberdayaan keterlibatan dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan
berdasarkan jenis kelamin, Bandar Lampung 2010
Keterlibatan dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan Jenis
kelamin 1 2 3 4 5
Jumlah Total n
Laki-laki 28,84 54,07
4,07 13,37 4,65 100,00
172 Perempuan 15,67
65,69 1,16 14,53 2,91
100,00 172
Distribusi harapan masyarakat terhadap pemberdayaanketerlibatan dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan pekerjaan
menunjukkan sebagian besar semua jenis pekerjaan mengharapkan masyarakat harus terlibat dalam pengelolaan sampah dengan mengembangkan kearifan.
Untuk lebih jelas secara rinci disajikan pada Tabel 40.
Tabel 40 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap pemberdayaan keterlibatan dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan
berdasarkan pekerjaan, Bandar Lampung 2010
Keterlibatan dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan
Jenis Pekerjan
Kelompok 1 2 3 4 5
Jumlah Total
n
Primer Petani
11,11 44,44
11,11 33,33 0,00 100,00 9
Sekunder a.PNSPensiunan
b. Wiraswasta c. Karyawan
31,43 18,03
18,75 54,29
52,46 60,42
2,86 1,64
6,25 5,71
19,67 14,58
5,71 8,19
0,00 100,00
100,00 100,00
35 9
48
Tersier a. Pedagang
b. Buruh c. Supirojek
23,3 3,00
25,0 66,67
56,00 50,00
6,67 13,00
0,00 3,33
24,00 25,00
0,00 4,00
0,00 100,00
100,00 100,00
30 25
61
Lainnya a. Ibu rumahtangga
b. Pemulung c.Mahasiswapelaj
15,9 6,00
14,2 68,09
57,14 59,09
0,00 0,00
10,01 12,77
0,00 13,64
3,19 28,57
0,00 100,00
100,00 100,00
94 7
22
Distribusi persentase harapan masyarakata terhadap pemberdayaan keterlibatan dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan
pendidikan menunjukkan sebagian besar tingkat pendidikan memilih masyarakat harus terlibat dalam pengelolaan sampah dengan mengembangkan kearifan seperti
gotongroyong untuk menjaga kebersihan lingkungan. Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap pemberdayaan keterlibatan masyarakat dalam
program pengelolaan sampah seperti tercantum pada Tabel 41. Tabel
41 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap pemberdayaan keterlibatan dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan
berdasarkan pendidikan, Bandar Lampung 2010
Keterlibatan dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan Pendidikan
1 2 3 4 5 Jumlah
Total n SD 15,00
66,67 1,67 11,67 5,00
100,00 60
SLTP 22,58 55,91
2,15 16,13 3,23 100,00
93 SLTA 18,79
58,39 2,68 16,11 4,03
100,00 149
PT 23,81 64,29
4,76 4,76 2,38 100,00
42
Distribusi persentase keterlibatan masyarakat terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan pendapatan menunjukkan bahwa
sebagian besar responden mengharapkan masyarakat harus terlibat dalam pengelolaan sampah dengan
mengembangkan
kearifan lokal, seperti gotongroyong.
Distribusi persentase keterlibatan terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan pendapatan masyarakat disajikan pada Tabel 42.
Tabel 42 Distribusi persentase keterlibatan dalam program pengelolaan sampah terhadap kebersihan lingkungan berdasarkan pendapatan, Bandar
lampung 2010
Keterlibatan dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan Pendapatan
Rp.000bln 1 2 3 4 5
Jumlah Total
n 500
10,00 80,00
5,00 0,00 5,00 100,00
20 501 – 1.000
23,08 53,85
1,65 1,65 16,48
100,00 182
1.001 - 2.000 20,00
62,22 1,11 15,56 1,11 100,00
90 2.001 – 4.000
13,64 68,18
6,82 6,81 4,55 100,00
44 4.001 – 8.000
0,00 50,00
25,00 25,00 0,00 100,00
4 8.000
0,00 100
0,00 0,00 0,00 100,00
4
Distribusi persentase harapan terhadap pemberdayaanketerlibatan masyarakat dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan
jarakrumah dengan TPS menunjukkan sebagian besar memilih masyarakat harus terlibat dalam program pengelolaan sampah dengan mengembangkan kembali
kearifan lokal. Selengkapnya disajikan pada Tabel 43. Tabel 43 Distribusi persentase harapan terhadap pemberdayaanketerlibatan
dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak rumah dengan TPS, Bandar Lampung 2010
Keterlibatan dalam pengelolaan kebersihan lingkungan Jarak TPS
m 1 2 3 4 5
Jumlah Total
n 0 - 200
15,15 63,20 2,59
16,88 2,16 100,00
231 201 - 500
33,72 47,67 2,32 9,30 6,98
100,00 86
501 - 750 16,00
68,00 4,00 4,00 8,00 100,00
25 751 -1.000
0,00 100,00 0,00 0,00 0,00
100,00 2
Distribusi harapan masyarakat terhadap pemberdayaanketerlibatan dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak TPA
menunjukkan sebagian besar memilih masyarakat harus terlibat dalam pengelolaan sampah dengan mengembangkan kembali kearifan lokal. Distribusi
persentase harapan terhadap pemberdayaanketerlibatan dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak rumah dengan TPA
disajikan pada Tabel 44. Tabel
44 Distribusi persentase harapan masyarakat terhadap pemberdayaan keterlibatan dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan
berdasarkan jarak rumah dengan TPA, Bandar lampung 2010
Keterlibatan dalam pengelolaan kebersihan lingkungan
Jarak TPA m 1
2 3 4 5
Jumlah Total n
0 – 2.000 11,11
73,33 0,00 2,22
13,33 100,00
45 2.001 – 5.000
8,69 39,13
6,52 41,30 4,35 100,00
46 5.001 – 7.500
20,00 60,00
0,00 20,00 0,00 100,00
5 7.501 –10.000
25,24 57,77
1,94 13,11 1,94 100,00
206 10.000
14,29 78,57
4,76 0,00 2,38 100,00
42
Dengan demkian, harapan masyarakat berdasarkan karakteristik yang ada sebagian besar berharap masyarakat harus terlibat dalam pengelolaan sampah
dengan mengembangkan kearifan lokal, seperti gotongroyong. 4.3.3 Hubungan karakteristik masyarakat dengan program pengelolaan
kebersihan lingkungan berkelanjutan
Hasil distribusi pendapat masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan cenderung tidak berhubungan langsung dengan program pengelolaan kebersihan lingkungan memiliki distribusi pendapat masyarakat yang
menyebar. Responden dengan pendidikan SD dan PT sebagian besar menyatakan kurang baik, sedangkan responden dengan pendidikan SLTP dan SLTA sebagian
besar berpendapat baik. Distribusi berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 45.
Tabel 45 Distribusi persentase
pendapat masyarakat terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan tingkat pendidikan,
Bandar Lampung 2010
Program pengelolaan kebersihan lingkungan Tingkat
pendidikan Kurang
baik Cukup
baik Baik
Sangat baik
Jumlah Total
n SD 43,34
35,00 18,33
3,33 100,00
60 SLTP 1,08
38,71 51,61
8,60 100,00
93 SLTA 0,00
16,11 77,85
6,04 100,00
149 PT 60,95
11,90 27,15
0,00 100,00
42
Hasil distribusi pendapat masyarakat menurut pekerjaan terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan menunjukkan bahwa kelompok
PNSpensiunan dan karyawan berpendapat bahwa pelaksanaan program yang ada sudah berjalan baik. Sebaliknya kelompok ibu rumahtangga IRT, pemulung, dan
pedagang yang cenderung berpendapat bahwa pengelolaan kebersihan lingkungan kurang baik. Distribusi pendapat masyarakat menurut pekerjaan terhadap program
pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan disajikan
pada Tabel
46. Tabel 46 Distribusi
persentase pendapat masyarakat terhadap program
pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jenis pekerjaan, Bandar Lampung 2010
Program pengelolaan kebersihan lingkungan Jenis
Pekerjan Kelompok
Kuran g baik
Cukup baik
Baik Sangat baik
Jumla h
Total n
Primer Petani
66,67 11,11
22,22 0,00 100,00
9 Sekunder
a.PNSPensiunan b. Wiraswasta
c. Karyawan 11,43
32,78 2,08
11,43 21,31
8,34 77,14
62,30 87,50
11,43 13,11
2,08 100,00
100,00 100,00
35 9
48 Tersier
a. Pedagang b. Buruh
c. Supirojek 43,34
8,00 0,00
50,00 52,00
75,00 3,33
40,00 0,00
3,33 0,00
25,00 100,00
100,00 100,00
30 25
61
Lainnya a
. Ibu rumahtangga b. Pemulung
c.Mahasiswapelaja r
53,19 71,43
27,27 9,58
28,57 68,18
31,91 0,00
0,00 5,32
0,00 4,55
100,00 100,00
100,00 94
7 22
Hasil distribusi pendapat masyarakat berdasarkan tingkat pendapatan terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan menunjukkan
masyarakat yang memiliki pendapatan diatas Rp 8.000.000 menyatakan secara absolut bahwa program yang telah dilaksakan oleh pemerintah kota Bandar
Lampung berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh Tabel 47, dimana 100 persen masyarakat yang berpenghasilan tertinggi tersebut menyatakan baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan maka apresiasi terhadap program yang telah dilakukan pemerintah kota Bandar
Lampung semakin baik pula. Distribusi persentase pendapat masyarakat terhadap
program pengelolaan
kebersihan lingkungan berkelanjutan
berdasarkan pendapatan disajikan pada Tabel 47.
Tabel 47 Distribusi persentase
pendapat masyarakat terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan pendapatan, Bandar
Lampung 2010
Program pengelolaan kebersihan lingkungan Pendapatan RpBulan
Kurang baik
Cukup baik
baik Sangat
baik Jumlah
Total n
500.000 10,00
55,00 35,00
0,00 100,00
20 500.001 - 1.000.000
10,99 21,98
59,34 7,69
100,00 182
1.000.001 - 2.000.000 2,22
30,00 62,22
5,56 100,00
90 2.000.001 - 4.000.000
4,54 11,37
72,73 11,36
100,00 44
4.000.001 - 8.000.000 25,00
25,00 50,00
0,00 100,00
4 8.000.000
0,00 0,00
100,00 0,00
100,00 4
Hasil distribusi pendapat masyarakat menurut jarak rumah dengan TPS terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan menunjukkan
sebagian besar menyatakan bahwa program yang ada berjalan dengan baik. Responden yang menyatakan program pengelolaan kebersihan kurang baik
persentasenya sangat kecil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jarak rumah dengan TPS dengan tempat tinggal masyarakat tidak mempengaruhi
penilaian mereka terhadap program kebersihan lingkungan pemerintah kota Bandar Lampung yang telah ada. Distribusi pendapat masyarakat menurut jarak
rumah dengan TPS terhadap program pengelolaan
kebersihan lingkungan berkelanjutan
disajikan pada Tabel 48. Tabel 48 Distribusi
persentase pendapat masyarakat terhadap program
pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak rumah dengan TPS, Bandar Lampung 2010
Program pengelolaan kebersihan lingkungan Jarak TPS m
Kurang baik
Cukup baik
Baik Sangat
baik Jumlah
Total n
0 - 200 9,96
28,14 58,44
3,46 100,00
231 201- 500
0,00 16,28
67,44 16,28
100,00 86
501- 750 16,00
16,00 60,00
8,00 100,00
25 751- 1.000
0,00 50,00
50,00 0,00
100,00 2
Hasil distribusi pendapat masyarakat berdasarkan jarak rumah dengan TPA terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan
menunjukkan bahwa jarak rumah dengan TPA tidak mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap program kebersihan lingkungan pemerintah kota Bandar
Lampung. Persentase tertinggi adalah masyarakat yang tempat tinggalnya berjarak
7.500 - 10.000 m. dari TPA dengan persentase sebesar 66,50 persen
. Distribusi pendapat masyarakat terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan
berkelanjutan berdasarkan jarak rumah dengan TPA disajikan pada Tabel 49. Tabel 49 Distribusi
persentase pendapat masyarakat terhadap program
pengelolaan kebersihan lingkungan berdasarkan jarak rumah dengan TPA, Bandar Lampung 2010
Program pengelolaaan kebersihan lingkungan Jarak TPA m
Kurang baik
Cukup baik
Baik Sangat
baik Jumlah
Total n
0 - 2000 11,11
46,67 37,78
4,44 100,00
45 2001- 5000
6,52 23,91
65,22 4,35
100,00 46
5001- 7.500 20,00
40,00 40,00
100,00 5
7.500 - 10.000 8,74
15,05 66,50
9,71 100,00
206 10.000
0,00 45,24
54,76 0,00
100,00 42
Hasil distribusi persepsi masyarakat terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan menunjukkan bahwa sebagian besar
masyarakat mempunyai persepsi positif, dan menyatakan bahwa program pemerintah kota Bandar Lampung juga baik. Masyarakat dengan tingkat persepsi
sangat positif, juga menyatakan program pengelolaan kebersihan lingkungan sangat baik 100,00. Distribusi pendapat masyarakat menurut katagori persepsi
terhadap program pengelolaan
kebersihan lingkungan
disajikan pada Tabel 50. Tabel 50 Distribusi persentase persepsi masyarakat
terhadap program
pengelolaan kebersihan lingkungan , Bandar Lampung 2010
Program pengelolaan kebersihan lingkungan Kategori Persepsi
Kurang Baik
Cukup Baik
Baik Sangat
Baik Jumlah
Total n
Kurang positif 33,33
0,00 66,67
0,00 100,00
3 Positif 8,15
26,33 64,89
0,63 100,00
319 Sangat positif
0,00 0,00
0,00 100,00
100,00 22
Hasil uji koefisien kontingensi menggunakan analisis Chi Square uji Fisher untuk melihat hubungan karakteristik dan persepsi masyarakat dengan
program pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan disajikan pada
Tabel
51. Data diolah dengan program SPSS 15 for windows Lampiran 10.
Tabel 51 Hasil uji koefisien kontingensi Fisher tentang hubungan karakteristik dan persepsi masyarakat
dengan program
pengelolaan kebersihan lingkungan Kota Bandar Lampung 2010
Karakteristik masyarakat
hitung
2
χ tabel
2
χ Pekerjaan
150,714 40,256
Pendidikan 13,127 14,684
Pendapatan 87,182 22,307
Jarak rumah dengan TPS 73,895
14,684 Jarak rumah dengan TPA
365,679 18,549
Persepsi 11,258 10,645
Tabel 51 memerlihatkan bahwa hanya variabel pendidikan yang hubungannya tidak signifikan dengan program
pengelolaan
kebersihan lingkungan di kota Bandar Lampung, dengan nilai
hitung sebesar 13,127 lebih kecil dari nilai
tabel sebesar 14,684. Sedangkan variabel lainnya memiliki hubungan yang signifikan dengan program pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan.
Berdasarkan koefisien kontingensi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik masyarakat kecuali
tingkat pendidikan dengan program pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan, hal ini mengindikasikan adanya kompleksitas antara pendidikan
dengan
perilaku masyarakat
terhadap program kebersihan lingkungan berkelanjutan.
2
χ
2
χ
Atas dasar analisis karakteristik termasuk persepsi dan harapan masyarakat kota Bandar Lampung terkait dengan program pengelolaan kebersihan
lingkungan, khususnya pengelolaan sampah kota, memerlihatkan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan kebijakan yang strategis. Kebersihan
lingkungan berkelanjutan dapat terwujud dengan memberdayakan masyarakat secara optimal. Dengan
demikian
karakteristik dan harapan masyarakat merupakan dasar strategi pemberdayaan dalam pengelolaan kebersihan lingkungan
berkelanjutan.
4. 4. Simpulan
Karakteristik masyarakat kecuali pendidikan, persepsi, dan harapan masyarakat memberikan kontribusi terhadap program pengelolaan kebersihan
lingkungan berkelanjutan. Karakteristik masyarakat merupakan modal dasar dalam merumuskan strategi kebijakan program pengelolaan kebersihan
lingkungan. Strategi kebijakan yang dimaksud adalah pemberdayaan masyarakat secara terpadu dan holistik.
Persepsi masyarakat terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan di kota Bandar Lampung sebagian besar menunjukkan positif. Positifnya persepsi
masyarakat ini juga disebabkan ada kaitannya dengan karakteristik masyarakat kota Bandar Lampung. Hal ini didukung hasil uji statistik koefisien kontingensi
Fisher bahwa ada hubungan yang signifikan antara karakteristik dan persepsi masyarakat kecuali tingkat pendidikan dengan program pengelolaan kebersihan
lingkungan berkelanjutan di kota Bandar Lampung. Harapan masyarakat
berdasarkan karakteristik yang ada sebagian
besar berharap menambah sarana-
prasarana penampungan dan pengangkutan sampah, teknik operasioanal dalam pengelolaan sampah, dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah
dengan mengembangkan kearifan lokal.
V. PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PENGELOLAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN
BERKELANJUTAN KOTA BANDAR LAMPUNG Abstrak
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengkaji peran perguruan tinggi, badan usahapihak swasta, petugaspamong kelurahan dan lembaga
swadaya masyarakat sebagai pemangku kepentingan stakeholders dalam pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan di kota Bandar Lampung.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara dan FGD. Selain itu digunakan juga bahan-bahan dokumentasi seperti: dokumen
program dan laporan kegiatan yang telah dilakukan masing-masing stakeholders. Berdasarkan hasil penelitian para pemangku kepentingan stakeholders
menyatakan bahwa terdapat 4 empat kategori pentingnya peran dan fungsi organisasi kebersihan lingkungan kota Bandar Lampung, yaitu: 1 sebagai fungsi
kontrol bagi institusi kebersihan lingkungan perkotaan, 2 institusi tersebut yang bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan kota Bandar Lampung, 3
agar sampah kota dapat dikelola secara efisien dan efektif, dan 4 adanya organisasi kebersihan lingkungan dan berfungsi sebagaimana mestinya akan dapat
mengelola kebersihan lingkungan perkotaan secara berkelanjutan. Peran perguruan tinggi, pihak swasta, petugas pemerintah dan LSM sebagai
stakeholders dalam mendukung pemerintah daerah terhadap pemberdayaan masyarakat menunjukkan kecenderungan dengan katagori rendah Berdasarkan
hasil uji kontingensi Fisher dapat disimpulkan terdapat peran yang signifikan dari pemangku kepentingan terhadap pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
kebersihan lingkungan berkelanjutan, khususnya sampah perkotaan.
Kata Kunci: peran, pemangku kepentingan, dan uji statistik.
5.1. Pendahuluan
Untuk dapat mewujudkan daerah perkotaan yang bersih dan bebas sampah, diperlukan perubahan pola pikir atau cara pandang terhadap sampah. Selama ini
sampah seringkali diartikan sebagai sisa buangan yang tidak mempunyai nilai dan harus disingkirkan, sehingga anggapan yang selalu melekat pada setiap individu
adalah bahwa sampah sebagai sumber pencemar lingkungan. Dengan kondisi demikian sampah menumpuk di TPA tanpa ada pengolahan sehingga dapat
menjadi sumber bencana. Padahal apabila sampah dapat dikelola dan diolah dengan baik dan benar maka sampah dapat menjadi suatu sumberdaya yang
bernilai ekonomis dan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan