pengelolaan kebersihan lingkungan dengan tingkat keberdayaan masyarakat kota Bandar Lampung. Tingkat keberdayaan masyarakat sangat tergantung pada
ketersediaan sarana dan prasarana, jumlah petugas kebersihan, dan kapasitas daya tampung TPA.
3.6. Content analysis Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah
Content analysis
atau analisis isi dilakukan pada Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Pada analisis isi, dilakukan analisis
awal terlebih dahulu. Analisis awal dituangkan dalam bentuk tabulasi pertanyaan- pertanyaan kunci terhadap isi Undang-Undang Pengelolaan Sampah. Pertanyaan-
pertanyan ini menyangkut keterkaitan isi undang-undang dengan pemberdayaan masyarakat dalam program pengelolaan sampah.
Pertanyaan kunci pertama menyangkut pengelolaan management dan pengelola manager yang paling terkait dengan pengelolaan sampah dalam
pemberdayaan masyarakat. Pertanyaan kunci tersebut kemudian dibagi ke dalam beberapa kata kunci, yaitu: 1 asas, 2 tujuan, 3 pengurangan sampah, 4
penanganan sampah, 5 pengelolaan sampah spesifik, 6 hak, 7 kewajiban, 8 pembiayaan, 9 kompensasi, dan 10 pengawasan
Pertanyaan kunci kedua menyangkut pengelola atau stakeholders yang paling berpengaruhberperan terhadap pencapaian program pengelolaan sampah
berkelanjutan. Pertanyaan kunci ini dibagi menjadi beberapa kata kunci, yaitu 1 pemerintah pusat, 2 pemerintah daerah, 3 pemerintah provinsi, 4 pemerintah
kotakabupaten, 5 masyarakat, dan 6 dunia usaha. Pertanyaan kunci ketiga menyangkut aturan kerja sama dan kemitraan
antarstakeholders dalam pengelolaan sampah. Pertanyaan kunci tersebut, dibagi ke dalam beberapa kata kunci, yaitu 1 kerjasama antardaerah, dan 2 kemitraan.
Untuk jelasnya jumlah pasal yang terkait dengan pengelolaan sampah dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Jumlah pasal terkait pertanyaan kunci pengelolaan sampah dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
Berdasarkan hasil analisis pertanyaan kunci pertama menyangkut pengelolaan sampah, setidaknya terdapat 12 dua belas pasal terkait dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Berdasarkan 12 dua belas pasal tersebut, terdiri atas satu pasal asas
pengelolaan, satu pasal tujuan pengelolaan, dua pasal kata kunci pengurangan sampah, satu pasal terkait penanganan sampah, satu pasal kata kunci pengelolaan
sampah spesifik, satu pasal terkait kata kunci hak pengelolaan sampah, satu pasal kata kunci kewajiban pengelolaan, dua pasal kata kunci pembiayaan pengelolaan
sampah, satu pasal kata kunci kompensasi, dan dua pasal kata kunci pengawasan. Peran pemerintah dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2008 tentang
Pengelolaan
Sampah dapat dikelompokkan menjadi 4 empat peran utama, yaitu 1 wewenang, 2 tugas, 3 kewajiban, dan 4 tanggung
jawab. Kewenangan pemerintah dalam pengelolaan sampah meliputi : a
menetapkan kebijakan dan strategi nasional, b menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria, c memfasilitasi dan mengembangkan kerja sama antar
daerah, kemitraan, dan jejaring, d menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja pemerintah daerah, dan e menetapkan kebijakan
penyelesaian perselisihan antar daerah. Terkait tugas, kewajiban dan tanggung jawab pemerintah, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.
Lebih spesifik peran masyarakat dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, mengatur: 1 melakukan
kegiatan pengurangan sampah menggunakan bahan yang dapat diguna ulang,
didaur ulang, danatau mudah diurai oleh proses alam Pasal 20 ayat 5, 2 dapat
berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh pemerintah
danatau pemerintah daerah, melalui: a pemberian usul, pertimbangan, dan
saran kepada pemerintah danatau pemerintah daerah, b perumusan kebijakan pengelolaan sampah, danatau c pemberian saran dan pendapat dalam
penyelesaian sengketa persampahan. Pasal 28 ayat 1-2, 3 bentuk dan tata cara
peran masyarakat diatur dengan peraturan pemerintah danatau peraturan daerah Pasal 28 ayat 3.
Hasil analisis pertanyaan kunci kedua menyangkut peran stakeholdesr dalam pengelolaan sampah, setidaknya terdapat 13 tiga belas pasal yang terkait
dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Untuk jelasnya, dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7 Jumlah pasal terkait pertanyaan kunci peran stakeholders pengelolaan sampah dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008
Dari 13 pasal, tersebut, sebanyak 12 pasal memuat kata kunci peran pemerintah pusat, 10 sepuluh pasal memuat peran kata kunci pemerintah
daerah, dua pasal memuat kata kunci peran pemerintah provinsi, satu pasal memuat kata kunci peran pemerintah kotakabupaten, dua pasal memuat kata
kunci peran masyarakat, dan dua pasal memuat kata kunci peran dunia usaha. Hingga saat penyusunan laporan studi ini, peraturan pemerintah danatau
peraturan daerah mengenai bentuk dan tata cara peran masyarakat belum ada, padahal bentuk dan tata cara peranserta masyarakat seperti yang disebutkan di
atas harus mengacu pada kebijakan pemerintah. Hal tersebut memperlihatkan bahwa pada dasarnya perlu diupayakan untuk segera menyusun PP dan atau Perda
terkait ketentuan bentuk dan tata cara peranserta masyarakat dalam pengelolaan sampah, agar peranserta masyarakat dapat diakomodir. Untuk melihat keterkaitan
aspek pengelolaan sampah dengan stakeholders dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13 Analisis isi keterkaitan aspek pengelolaan sampah dengan stakeholders
Stakeholders
Aspek pengelolaan
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
Pemerintah Provinsi
Pemerintah kotakab.
Masyarakat
Dunia usaha
Azas
x x
Tujuan
x x x
Pengurangan sampah
x x x
x
Penanganan sampah
x x x x
Pengelolan sampah spesifik
x x x
Hak x x x
Kewajiban
x x x
Pembiayaan
x x x x
Kompensasi
x x
Pengawasan
xx x x x
Hasil analisis pertanyaan kunci ketiga yang menyangkut kerjasama dan kemitraan antarstakeholders dalam pengelolaan sampah, setidaknya terdapat dua
pasal terkait dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Berdasarkan dua pasal tersebut, terdiri atas satu
pasal memuat kata kunci kerjasama antardaerah, dan satu pasal memuat kata kunci kemitraan, jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Jumlah pasal terkait pertanyaan kunci kerjasama dan kemitraan antarstakeholders
pengelolaan sampah dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008
Untuk melihat keterkaitan antara aspek kerjasama dengan stakeholders dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Analisis isi keterkaitan aspek kerjasama dengan stakeholders dalam pengelolaan sampah
Stakeholders
Aspek Kerjasama
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
Pemerintah Provinsi
Pemerintah kotakab.
Masyarakat
Dunia usaha
Antardaerah
x x
x x
Kemitraan
x x x x
Pada pasal 26 ayat 1 dan 2, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 disebutkan kerja sama dalam pengelolaan sampah dapat dilakukan
antarpemerintah daerah dalam wujud pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah. Lebih lanjut disebutkan bahwa pedoman kerjasama dan bentuk usaha
bersama antardaerah selanjutnya diatur dalam peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri Pasal 26 ayat 3.Terkait
dengan kemitraan, pemerintah daerah kabupatenkota dapat bermitra dengan badan usaha pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan sampah Pasal 27 ayat
1. Tata cara pelaksanaan kemitraan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan Pasal 27 ayat 3
Secara umum terlihat bahwa pada tataran undang-undang sebagian besar isinya content telah mengakomodasi berbagai aspek pengelolaan sampah asas,
tujuan, pengurangan sampah, penanganan sampah, pengelolaan sampah spesifik, hak dan kewajiban stakeholders, pembiayaan, kompensasi, dan pengawasan,
peran stakeholders pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,dunia usaha, dan kerja sama serta kemitraan dalam pengelolaan sampah. Namun demikian Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tersebut, khusus untuk keterkaitan dengan pemberdayaan masyarakat, belum memuat bentuk-bentuk
pemberdayaan masyarakat secara implisit dalam pengelolaan sampah. Oleh karena itu maka hal ini perlu ditindaklanjuti, dan dibahas pada penelitian ini.
Undang-undang ini juga cukup banyak mengakomodasi regulasi yang berkaitan dengan pemerintah daerah dan masyarakat. Namun masih relatif sedikit
memberikan regulasi bagi pengambil kebijakan di daerah, seperti gubernur, bupatiwalikota dan stakeholders lainnya. Hal ini menjadi catatan penting untuk
penyusunan regulasi turunannya Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah. Hingga saat penelitian ini dilakukan peraturan turunan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 belum ada, sehingga diharapkan hasil penelitian ini akan dapat menjadi bahan masukan bagi pembuatan peraturan pemerintah
sebagai turunan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008. Karena peraturan pemerintah merupakan acuan pelaksanaan, dan lebihh lanjut
pada Pasal 47 ayat 1 disebutkan bahwa Peraturan pemerintah dan peraturan menteri yang diamanatkan Undang-Undang ini diselesaikan paling lambat 1 satu
tahun terhitung sejak Undang-Undang tersebut diundangkan.
Simpulan
Hasil penelitan menunjukkan bahwa kebijakan dan program pengelolaan sampah di kota Bandar Lampung saat ini, dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota, Dinas Pasar Kota Bandar Lampung, Satuan Organisasi Kebersihan Lingkungan SOKLI belum efektif. Sarana dan prasarana
pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan masih terbatas, baik jumlah dan kualitasnya.
TPA
Bakung masih mampu menampung sampah kota Bandar Lampung selama 15-20 tahun apabila tingkat pemberdayaan masyarakat dapat
dilakukan secara optimal, jika tidak maka pada tahun 2012
TPA Bakung
harus ditutup. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan tabel kontingensi Fisher
dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan atau nyata antara kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan dengan keberdayaan masyarakat kota
Bandar Lampung. Tingkat keberdayaan masyarakat sangat tergantung pada ketersediaan sarana dan prasarana, jumlah petugas kebersihan, dan kapasitas daya
tampung TPA Dari hasil content analysis terhadap Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, dapat disimpulkan bahwa secara umum undang-undang tersebut sudah mengakomodir berbagai aspek
pengelolaan sampah asas, tujuan, pengurangan sampah, penanganan sampah, pengelolaan sampah spesifik, hak dan kewajiban stakeholder, pembiayaan,
kompensasi, dan pengawasan, peran stakeholders pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dunia usaha, dan kerjasama serta kemitraan dalam
pengelolaan sampah. Namun demikian, keterkaitan dengan pemberdayaan masyarakat belum memuat secara jelas bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat
dalam pengelolaan sampah.
IV. KARAKTERISTIK DAN HARAPAN MASYARAKAT SEBAGAI DASAR STRATEGI PEMBERDAYAAN DALAM
PENGELOLAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN
Abstrak
Masyarakat merupakan salahsatu penghasil sampah, sehingga pemberdayaan masyarakat dalam program kebersihan lingkungan sangat strategis.
Tujuan penelitian adalah mengetahui karakteristik tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jarak rumah dengan TPS dan TPA, dan persepsi serta harapan
masyarakat terkait program kebersihan lingkungan berkelanjutan, khususnya terhadap pengelolaan sampah kota Bandar Lampung. Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam karakteristik dan harapan masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dilakukan dengan menggunakan pendekatan pemairan survey.
Analisis data menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beragamnya karakteristik tersebut, secara nyata memberikan
kontribusi kecuali tingkat pendidikan terhadap program pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan. Harapan masyarakat terhadap pemberdayaan
masyarakat dalam pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan harus terlibat dengan mengembangkan kembali kearifan lokal seperti gotong royong untuk
menjaga kebersihan lingkungan. Hasil uji koefisien kontingensi Fisher, menunjukkan hubungan yang signifikan antara karakteristik masyarakat, kecuali
tingkat pendidikan dengan program pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan.
Kata Kunci: karakteristik, persepsi, harapan, pemberdayaan masyarakat.
4.1. Pendahuluan
Karakteristik masyarakat tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jarak rumah dengan TPS dan TPA, dan persepsi serta harapan masyarakat terkait
dengan program kebersihan lingkungan berkelanjutan, khususnya terhadap pengelolaan sampah kota Bandar Lampung merupakan faktor dasar untuk
memahami pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung merupakan strategi dasar yang
dilaksanakan untuk pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan. Kebersihan lingkungan berkelanjutan dapat diwujudkan dengan melakukan
pemberdayaan masyarakat, mengingat masyarakat merupakan salahsatu produsen
penghasil sampah. Pemberdayaan adalah bagian dari pengembangan paradigma pembangunan yang memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang