Hubungan Kebijakan dan Program

Hambatan terbesar dari penerapan daur ulang adalah banyak produk alat rumahtangga tidak dirancang untuk dapat didaur ulang jika sudah tidak terpakai lagi. Hal ini karena para pengusaha tidak mendapat insentif ekonomi yang menarik untuk melakukannya. Perluasan tanggungjawab produsen extended producer responsibility - EPR adalah suatu pendekatan kebijakan yang meminta produsen menggunakan kembali produk-produk dan kemasannya.

3.5. Hubungan Kebijakan dan Program

Pengelolaan Kebe rsihan Ling kungan dengan Keberdayaan Masyarakat Kriteria yang digunakan untuk mengkaji kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan di kota Bandar Lampung didasarkan pada hubungan antara: 1 ketersediaan sarana dan prasarana dengan keberdayaan masyarakat menurut responden, 2 jumlah petugas kebersihan dengan keberdayaan masyarakat menurut responden, 3 kapasitas daya tampung TPA dengan keberdayaan masyarakat menurut responden. Ketersediaan sarana dan prasarana kebersihan lingkungan yang terdiri antara lain: a tempat pembuangan sampah sementara, b armada pengangkutan sampah,c alat berat berupa excavator, shovel, dan bulldozer, d sapu, skop, dan masker, sarung tangan, dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan keberdayaan masyarakat adalah pelibatan masyarakat secara langsung atau tidak langsung dalam program kebersihan lingkungan. Hubungan antara ketersediaan sarana dan prasarana kebersihan lingkungan dengan keberdayaan masyarakat menurut responden dalam persentase disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Persepsi responden atas ketersediaan sarana dan prasarana kebersihan lingkungan menurut tingkat keberdayaan masyarakat Keberdayaan masyarakat Kategori penyediaan sarana prasarana Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi Jumlah Total n Sangat kurang 90,69 9,31 0,00 0,00 100,00 86 Kurang 0,00 100,00 0,00 0,00 100,00 116 Cukup 0,00 6,82 93,18 0,00 100,00 88 Sangat Cukup 0,00 0,00 37,03 62,97 100,00 54 Dari Tabel 9 nampak jelas bahwa jika ketersediaan sarana dan prasarana kebersihan lingkungan sangat kurang, maka keberdayaan masyarakat sebagian besar 90,69 dalam tingkat sangat rendah dan sisanya sebesar 9,31 persen pada tingkat keberdayaan rendah. Hal ini, sangat kontras dengan keadaan keberdayaan masyarakat jika ketersediaan sarana dan prasarana kebersihan lingkungan cukup. Dalam keadaan seperti ini, ternyata sebagian besar tingkat keberdayaan masyarakat adalah tinggi 62,97 dan sisanya 37,03 pada tingkat keberdayaan sangat cukup. Adanya hubungan yang positif antara ketersediaan sarana dan prasarana dengan tingkat keberdayaan masyarakat, menunjukkan betapa pentingnya ketersediaan sarana dan prasarana kebersihan dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk pengelolaan sampah di Bandar Lampung. Petugas kebersihan lingkungan, khususnya petugas sampah kota merupakan salahsatu kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan. Jumlah petugas yang ada memberikan kontribusi terhadap keberhasilan program. Hubungan antara jumlah petugas kebersihan dengan keberdayaan masyarakat dalam kebersihan lingkungan disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Persepsi responden atas petugas kebersihan lingkungan menurut tingkat keberdayaan masyarakat Keberdayaan masyarakat Jumlah petugas Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi Jumlah Total n Sangat kurang 83,87 16,13 0,00 0,00 100,00 93 Kurang 0,00 100,00 0,00 0,00 100,00 115 Cukup 0,00 0,00 100,00 0,00 100,00 54 Sangat Cukup 0,00 0,00 58,53 41,47 100,00 82 Dari Tabel 10 terlihat jelas, bahwa jika jumlah petugas kebersihan lingkungan sangat kurang, maka keberdayaan masyarakat sebagian besar 83,87 dalam tingkat sangat rendah dan sisanya sebesar 16,13 persen pada tingkat keberdayaan rendah. Hal ini, sangat berbeda sekali dengan keadaan keberdayaan masyarakat jika jumlah petugas kebersihan lingkungan cukup. Dalam keadaan seperti ini, ternyata tingkat keberdayaan masyarakat adalah tinggi 58,53 dan sisanya 41,47 pada tingkat keberdayaan tinggi. Adanya hubungan yang positif antara jumlah petugas kebersihan lingkungan dengan tingkat keberdayaan masyarakat, menunjukkan bahwa semakin kurang jumlah petugas kebersihan maka terlihat adanya kecenderungan semakin rendah keberdayaan masyarakat. Nampak betapa pentingnya petugas kebersihan lingkungan dalam jumlah yang cukup sebagai upaya pemberdayaan masyarakat untuk pengelolaan sampah di Bandar Lampung. Kapasitas daya tampung TPA merupakan bagian penting dari program pengelolaan kebersihan lingkungan. Daya tampung yang ideal adalah yang mampu secara optimal menampung seluruh sampah kota dan memiliki usia daya tampung yang relatif lama. Hubungan antara kapasiatas tampung TPA dengan keberdayaan masyarakat dalam kebersihan lingkungan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Persepsi responden atas kapasitas tampung TPA menurut tingkat keberdayaan masyarakat Tingkat pemberdayaan Kapasitas tampung TPA Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi Jumlah Total n Sangat kurang 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00 70 Kurang 6,11 93,89 0,00 0,00 100,00 131 Cukup 0,00 11,30 88,70 0,00 100,00 62 Sangat Cukup 0,00 0,00 58,02 41,98 100,00 81 Dari Tabel 11 nampak secara jelas jika kapasitas daya tampung TPA kebersihan lingkungan sangat kurang, maka keberdayaan masyarakat mencapai 100 persen dalam tingkat sangat rendah. Hal ini, sangat kontras dengan keadaan keberdayaan masyarakat jika kapasitas daya tampung TPA sebagai bagian dari program kebersihan lingkungan memiliki kapasitas tampung yang cukup. Dalam keadaan seperti ini, ternyata sebagian besar tingkat keberdayaan masyarakat adalah cukup 58,02 dan sebagian lainnya 41,98 pada tingkat keberdayaan masyarakat yang tinggi. Adanya hubungan hubungan yang positif antara kapasitas tampung TPA dengan tingkat keberdayaan masyarakat, menunjukkan betapa pentingnya kapasitas daya tampung TPA sebagai bagian yang penting dari program pengelolaan kebersihan lingkungan dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk pengelolaan sampah di Bandar Lampung. Analisis hubungan antara kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan di kota Bandar Lampung yang berupa ketersediaan sarana dan prasarana, jumlah petugas, dan kapasitas tampung TPA dengan tingkat keberdayaan masyarakat dilakukan dengan menggunakan uji kontingensi Fisher seperti disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Hasil uji koefisien kontigensi Fisher Chi-Square hubungan kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan dengan keberdayaan masyarakat 2 χ 2 χ hitung Kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan dengan keberdayaan masyarakat tabel Ketersediaan sarana dan prasarana 777,273 14,684 Jumlah petugas kebersihan 674,783 14,684 Kapasitas tampung TPA 675,482 14,684 Untuk melihat hubungan antara kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan di Kota Bandar Lampung yang dilihat dari ketersediaan sarana dan prasarana, jumlah petugas kebersihan, dan kapasitas tampung TPA dengan keberdayaan masyarakat, menggunakan program SPSS for windows 15 Lampiran 9, diperoleh hasil perhitungan koefisien kontingensi sebagai berikut: 1 ketersediaan sarana prasarana dengan tingkat keberdayaan masyarakat, dengan chi square hitung lebih besar dari chi square tabel, dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan sarana prasarana dengan tingkat keberdayaan masyarakat 2 jumlah petugas kebersihan dengan tingkat keberdayaan masyarakat dengan chi square hitung lebih besar dari chi square tabel, dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan atau nyata antara jumlah petugas dengan tingkat keberdayaan masyarakat. 3 kapasitas tampung TPA dengan tingkat keberdayaan masyarakat, dengan chi square hitung lebih besar dari chi square tabel, dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara kapasitas tampung TPA dengan tingkat keberdayaan masyarakat. Hasil uji statistik menggunakan tabel kontingensi Fisher dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan atau nyata antara kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan dengan tingkat keberdayaan masyarakat kota Bandar Lampung. Tingkat keberdayaan masyarakat sangat tergantung pada ketersediaan sarana dan prasarana, jumlah petugas kebersihan, dan kapasitas daya tampung TPA.

3.6. Content analysis Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Filantropi Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Pada Rumah Zakat Cabang Medan)

7 80 160

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI(Studi Pada Dinas Kebersihan Kota Malang)

0 5 34

EFEKTIVITAS SOSIALISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TENTANG WAKTU PEMBUANGAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN (Studi pada Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung)

2 18 112

EFEKTIVITAS SOSIALISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TENTANG WAKTU PEMBUANGAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN (Studi pada Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung)

2 50 116

ANALISIS PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA BANDAR LAMPUNG (STUDI KASUS DI BUKIT SUKAMENANTI, KECAMATAN KEDATON, BANDAR LAMPUNG)

10 83 96

Pengelolaan Ruang Hijau Secara Berkelanjutan (Studi Kasus di Kotamadya Bandar Lampung)

0 51 505

Kinerja Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Kota Bandar Lampung

0 4 125

Pemberdayaan masyarakat sebagai mitra pemerintah daerah dalam pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan (studi kasus Kota Bandar Lampung)

2 31 263

Pengelolaan Ruang Hijau Secara Berkelanjutan (Studi Kasus di Kotamadya Bandar Lampung)

0 2 252

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DIKAITKAN DENGAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung) Hassan Basrie, Universitas Bandar Lampung Yashinta Arly, Universitas Bandar Lampung Riswan, Universitas Bandar Lampung Abstract -

0 0 16