RINGKASAN
M. Thoha B. Sampurna Jaya , 2011. Pemberdayaan Masyarakat sebagai Mitra
Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan Studi Kasus Kota Bandar Lampung. Di bawah bimbingan Aida Vitayala S. Hubeis sebagai
ketua, Khairil Anwar Notodiputro, dan Syaiful Anwar sebagai anggota.
Penanganan sampah dari mulai sumbernya sudah sangat penting untuk segera dilaksanakan di kota Bandar Lampung. Pada saat sekarang, Pemerintah kota Bandar
Lampung sedang menggalakkan program kebersihan lingkungan melalui kegiatan Ayo Bersih-Bersih. Pengelolaan kebersihan dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat
karena masyarakat merupakan salahsatu penghasil sampah. Karena itu, pemberdayaan masyarakat dalam program kebersihan lingkungan perlu dilakukan sehingga akan
dapat mewujudkan kota Bandar Lampung bersih dan sehat serta nyaman. Tujuan penelitian ini adalah: 1 mengkaji kebijakan dan program pengelolaan kebersihan
lingkungan berkelanjutan yang ada di kota Bandar Lampung, termasuk penyediaan sarana, prasarana, kapasitas daya tampung TPA, dan petugas kebersihan lingkungan,
2 Memahami karakteristik masyarakat tingkat pendidikan, pendapatan, pekerjaan, Jarak rumah dengan TPS, jarak rumah dengan TPA, persepsi, dan harapan masyarakat
terkait program kebersihan lingkungan berkelanjutan, khususnya terhadap pengelolaan sampah kota Bandar Lampung, 3 mengkaji peran perguruan tinggi, badan
usahapihak swasta, petugaspamong kelurahan dan lembaga swadaya masyarakat dalam mendukung upaya pemerintah terhadap pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan kebersihan
lingkungan, dan 4 merumuska
n konsep pemberdayaan
masyarakat
dalam kebersihan lingkungan berkelanjutan, khususnya pengelolaan sampah kota. Metode penelitian yang digunakan adalah: 1 metode wawancara terhadap
pimpinan dan staf Dinas Kebersihan dan Pertamanan, pimpinan Dinas Pasar, pimpinan kecamatan dan staf, dan kepala kelurahan, serta warga masyarakat sebagai responden
untuk mengkaji kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan, 2 metode pengumpulan data dalam memahami karakteristik, persepsi
dan harapan masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dilakukan dengan menggunakan pendekatan pemairan survey, dan penentuan sampel lokasi digunakan
multistage cluster random sampling, 3 metode pengumpulan data dalam mengkaji peran perguruan tinggi, badan usahapihak swasta, petugaspamong kelurahan dan
lembaga swadaya masyarakat LSM dalam mendukung pemerintah daerah untuk memberdayakan masyarakat digunakan teknik wawancara dan dokumentasi, 4
wawancara dan focussed group discussion FGD dengan pakar mengenai konsep pemberdayaan masyarakat sebagai mitra pemerintah daerah dalam pengelolaan
kebersihan lingkungan berkelanjutan kota Bandar Lampung.
Analisis data yang digunakan dalam mengkaji kebijakan dan program kebersihan lingkungan, memahami karakteristik dan harapan masyarakat terhadap
kebersihan lingkungan, dan mengkaji peran perguruan tinggi, badan usahaswasta, petugaspamong dan lembaga swadaya masyarakat LSM dalam mendukung
pemerintah daerah terhadap pemberdayaan masyarakat adalah dengan menggunakan teknik kuantitatif dan kualitatif.
Analisis data
yang digunakan dalam menyusun konsep
pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan Analytical Hierarchy Process AHP dan diolah dengan bantuan program expert choice 2000.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di kota Bandar Lampung dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung,
Dinas Pasar Kota Bandar Lampung, dan Satuan Organisasi Kebersihan Lingkungan tingkat kecamatankelurahan. Sarana dan prasarana pengumpulan, pengangkutan dan
pengolahan sampah relatif masih kurang memadai yang berupa: Gerobak dorong 40 unit, Container 15 unit, Dump truck 26 unit, Armroll truck 2 unit, Buldozer 1
unit, Wheel loader 1unit, Excavator 1 unit. TPA Bakung masih mampu menampung sampah kota Bandar Lampung sampai 2020-2025 bila tingkat
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah dioptimalkan, jika tidak maka tahun 2012 TPA Bakung harus ditutup karena sudah melampaui batas daya dukung.
Berdasarkan hasil uji statistik koefisien kontingensi Fisher diperoleh hubungan yang signifikan antara kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan dengan
keberdayaan masyarakat, karena keberdayaan masyarakat sangat tergantung pada ketersediaan sarana dan prasarana, jumlah petugas kebersihan, dan kapasiatas tampung
TPA yang merupakan kebijakan dan program pengelolaan kebersihan lingkungan
Dari hasil content analysis terhadap Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, dapat disimpulkan bahwa secara
umum undang-undang tersebut sudah mengakomodir berbagai aspek pengelolaan sampah asas, tujuan, pengurangan sampah, penanganan sampah, pengelolaan sampah
spesifik, hak dan kewajiban stakeholder, pembiayaan, kompensasi, dan pengawasan, peran stakeholders pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dunia usaha, dan
LSM, dan kerjasama serta kemitraan dalam pengelolaan sampah. Namun demikian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tersebut, khusus untuk
keterkaitan dengan pemberdayaan masyarakat, belum memuat secara implisit bentuk- bentuk pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Karakteristik masyarakat yang terdiri dari jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, jarak rumah dengan TPS, jarak rumah dengan TPA, dan persepsi masyarakat
memberikan kontribusi terhadap strategi pemberdayaan masyarakat dalam program pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan. Beragamnya karakteristik
masyarakat, secara signifikan memberikan kontribusi, kecuali tingkat pendidikan terhadap pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kebersihan lingkungan
berkelanjutan. Harapan masyarakat dalam pengelolaan sampah di kota Bandar Lampung diperlukan adanya strategi pemberdayaan masyarakat yang terpadu dan
holisitik. Menurut stakeholders PT, LSM, petugas, warga masyarakat dan pihak swasta pentingnya peran dan fungsi struktur organisasi pengelola kebersihan di kota
Bandar Lampung, yaitu: 1 sebagai fungsi kontrol bagi institusi kebersihan lingkungan perkotaan, 2 sebagai institusi yang bertanggung jawab terhadap
kebersihan lingkungan kota Bandar Lampung, 3 agar sampah kota dapat dikelola secara efisien dan efektif, dan 4 adanya organisasi tersebut dan berfungsi
sebagaimana mestinya akan dapat mengelola kebersihan lingkungan perkotaan secara berkelanjutan. Hasil analisis statistik koefisien kontingensi uji Fisher menggunakan
SPSS 15 for Windows, menunjukkan adanya peran yang signifikan stakeholders terhadap pemberdayaan masyarakat.
Hasil analisis AHP terhadap strategi kebijakan dalam pengelolaan kebersihan lingkungan yang menjadi prioritas pertama adalah pola kemitraan antara pemerintah
kota, swasta dan masyarakat, prioritas kedua implementasi kebijakan dan penegakan hukum, prioritas ketiga pengelolaan dengan teknik sanitary landfill dan prioritas yang
keempat adalah peningkatan sarana dan prasarana. Implementasi terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kota Bandar Lampung dapat mengatur tata cara
pengelolaan sampah secara terpadu dan holistik mulai dari sumber sampai ke TPA, mengatur posisi, hak dan kewajiban masing-masing stakeholders dan mengatur sanksi
jika terjadi pelanggaran dalam pengelolaan sampah. Penegakan hukum terhadap pelanggaran pengelolaan kebersihan lingkungan tersebut diharapkan akan membentuk
masyarakat yang teratur, tertib dan berbudaya disiplin. Strategi kebijakan
dan program
pengelolaan kebersihan lingkungan kota Bandar Lampung yang dapat dikembangkan adalah pemberdayaan masyarakat melalui pola kemitraan antarstakeholders, yaitu
antara pemerintah kota, swasta dan masyarakat termasuk masyarakat perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, dan warga masyarakat dalam bentuk suatu
Komisi atau Dewan Kebersihan Lingkungan Kota. . Program kebersihan lingkungan berkelanjutan akan dapat dicapai jika terjalinnya
kerjasama
yang
sinergis antarstakeholders. Dengan
adanya kemitraa
n antarstakeholders, permasalahan sampah yang selama ini dihadapi oleh pemerintah kota Bandar Lampung
dapat diatasi dengan melalui pemberdayaan masyarakat sebagai mitra dalam pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan, khususnya pengelolaan sampah.
Rekomendasi yang diusulkan dari hasil penelitian ini adalah: 1 perlu segera diimplementasikan konsep pemberdayaan masyarakat dengan pola kemitraan antara
pemerintah kota Bandar Lampung, pihak swasta, dan masyarakat termasuk masyarakat perguruan tinggi danlembaga swadaya masyarakat dalam bentuk suatu
Komisi atau Dewan Kebersihan Lingkungan Kota., 2 perlu ditingkatkan kuantitas dan kualitas ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung pengelolaan
kebersihan lingkungan berkelanjutan di kota Bandar Lampung serta pemantauan pelaksanaan kegiatan pengelolaan kebersihan lingkungan dengan melibatkan seluruh
stakeholders, 3 tumbuhkembangkan keberdayaan masyarakat melalui sosialisasi program 4R reduce, reuse, recycling, dan replace mulai dari tingkat rumahtanggga
dengan diikuti mekanisme imbalan bagi mereka yang melaksanakan dan sanksi bagi yang tidak melaksanakannya, 4 visi ke depan dari pemberdayaan masyarakat adalah
mendorong lahirnya konsep pengelolaan sampah yang tidak mengenal adanya TPS dan TPA tetapi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST dalam rangka menuju
Manajemen Sampah Terpadu MST sehingga terjadi proses transformasi Tempat Pembuangan Akhir TPA Bakung akan menjadi Pusat Daur Ulang Terpadu PDUT
Bakung Bandar Lampung.
©Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan wajar Institut Pertanian Bogor.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin dari Institut Pertanian Bogor.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEBAGAI MITRA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN
KEBERSIHAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN
Studi Kasus Kota Bandar Lampung
M. Thoha B. Sampurna Jaya P062050594