Lampung, karena tanpa adanya dukungan kebijakan maka pengelolaan kebersihan lingkungan tidak akan berhasil. Kriteria kedua yang harus diperhatikan adalah
dibentuknya organisasi dan kelembagaan pengelolaan sampah, mengingat dengan adanya organisasi kemasyarakatan akan dapat memberikan masukan kepada
pengambil keputusan dalam pengelolaan persampahan kota serta melakukan pengawasan. Disamping itu, banyak juga hal positif lainnya jika dibentuk
organisasi dan kelembagaan pengelolaan kebersihan lingkungan. Kriteria selanjutnya yang harus diperhatikan adalah ketersediaan sistem pembuangan dan
pengelolaan sampah, dan kriteria terakhir yang tak kalah pentingnya adalah aspek sarana dan prasarana pengelolaan sampah.
Alternatif pengelolaan kebersihan lingkungan yang pertama harus diperhatikan adalah melakukan pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan
dengan pola kemitraan antara pemerintah kota, swasta dan masyarakat. Alternatif kedua adalah implementasi kebijakan dan penegakan hukum, karena rencana atau
kebijakan apapun tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak langsung diimplementasikan di lapangan. Alternatif ketiga adalah pengelolaan dengan
teknik sanitary landfill mengingat TPA Bakung saat ini masih menjadi penyebab terjadinya pencemaran lingkungan sehingga perlu dilengkapi dengan teknologi
yang ramah lingkungan. Adapun alternatif keempat adalah ketersediaan sarana dan prasarana karena program yang dibuat hanya akan sia-sia dan tidak akan
membantu terlaksananya implementasi kebijakan dan penegakan hukum dalam pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan tanpa dukungan sarana dan
prasarana yang memadai. Menyadari hal tersebut, diperlukan visi pengelolaan kebersihan lingkungan, khususnya sampah menuju pengelolaan zero waste
sampah tanpa sisa. Hal ini sejalan dengan Conference of the Parties COP tahun 1997 yang menghasilkan kesepakatan internasional untuk mengelola
perubahan iklim global, salahsatunya program mekanisme pembangunan bersih clean development mechanism.
7.2. Transformasi TPA Menuju Pusat Daur Ulang Terpadu PDUT
Pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan, khususnya sampah
perkotaan di Bandar Lampung memerlukan perubahan secara adaptif dengan mempertimbangkan aspek karakteristik masyarakat, kondisi sosial dan budaya
masyarakat Bandar Lampung yang pluralistik, aspek lingkungan sekitar, volume sampah, dan jenis sampah yang dihasilkan. Untuk perubahan ini memerlukan
waktu dan cara pandang terhadap sampah. Mengubah mind set dari sampah tidak berguna bahkan mengganggu menjadi sampah sebagai renewable resource
melalui pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang melibatkan seluruh stakeholders pemerintah, masyarakat perguruan tinggi, masyarakat
wirausahapihak swasta, masyarakat yang tergabung dalam LSM lingkungan, dan warga masyarakat lainnya. Perubahan cara pandang tersebut melalui proses
pendidikan, pelatihan dan proses sosialisasi secara intensif kepada seluruh lapisan masyarakat tentang kebersihan lingkungan dan pemanfaatan sampah yang
didukung oleh regulasi dan atau peraturan daerah tentang kebersihan lingkungan yang tegas, akan dapat mengurangi volume sampah, dan dapat menambah
pendapatan masyarakat, sekaligus dapat mewujudkan zero waste management menuju kebersihan lingkungan berkelanjutan.
Sebagai contoh, Pemerintah Jepang Cohen dan Uphoft 1997 m
emerluk
an waktu 10 tahun untuk membiasakan masyarakatnya memilah sampah. Pendekatan
sistem reduce mengurangi, reuse penggunaan kembali dan recycling daur ulang adalah suatu model relatif aplikatif yang dianjurkan dan bernilai ekonomis.
Sistem ini diterapkan pada skala kawasan sehingga memperkecil kuantitas dan kompleksitas sampah
Program “Ayo Bersih-Bersih” kota Bandar Lampung secara konsep belum memenuhi mekanisme pengelolaan sampah seperti di Bangalore India, Hanoi,
Surabaya, dan di Rawasari Jakarta. Hal ini, disebabkan di Bandar Lampung belum menerapkan pola kemitraan dengan masyarakat. Pola kemitraan dalam
pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan dengan memberdayakan masyarakat secara terpadu dan holistik dari berbagai kalangan stakeholders
pemerintah, para pengusahaswasta, para akademisi di perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, dan seluruh warga masyarakat yang terkait untuk
membentuk lingkungan yang bersih, aman, sehat, asri, dan lestari. Undang-Undang tentang pengelolaan sampah telah menegaskan berbagai
larangan seperti membuang sampah tidak pada tempatnya, membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis, dan melakukan pengelolan sampah
dengan cara pembuangan terbuka di TPA. Penutupan TPA dengan pembuangan terbuka harus dihentikan dalam waktu lima tahun setelah berlakunya Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2008, termasuk TPA Bakung. Visi ke depan pemberdayaan masyarakat, adalah mendorong lahirnya
konsep pengelolaan sampah yang tidak mengenal adanya Tempat Pembuangan Sementara
TPS
dan Tempat Pembuangan Akhir
TPA
tetapi adanya Tempat Pengolahan Sampah terpadu TPST dalam rangka
menuju konsep Manajemen
SampahTerpadu MST. Dengan demikian transformasi Tempat Pembuangan Akhir TPA Bakung menuju Pusat Daur Ulang Terpadu Bakung PDUT
memerlukan peranserta dari seluruh pemangku kepentingan dan dukungan secara nyata dari wakil rakyat di lembaga legislatif. Dalam proses transformasi tersebut,
juga
menyangkut konsep transformasi
pengelolaan keanekaragaman sampah. Dalam perkembangannya, sampah akan beragam, tidak hanya sampah organik dan
anorganik, tetapi juga sampah bahan-bahan elektronik dan sampah lainnya. Selain itu, dalam perkembangannya akan terjadi proses transformasi mekanisme
pembiayaan dalam pengelolaan sampah. Terwujudnya pusat daur ulang terpadu Bakung, diperlukan langkah-langkah perencanaan jangka panjang sekitar 10 – 15
tahun yang terpadu dengan beberapa tahapan rencana strategis lima tahunan. Proses tranformasi TPA menuju Pusat Daur Ulang Terpadu
PDUT
Bakung dapat digambarkan sebagai berikut.
TPA Bakung
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST
Manajemen SampahTerpadu MST
Pusat Daur Ulang Terpadu Bakung
PDUT Gambar 22. Transformasi TPA menuju pusat daur ulang terpadu
PDUT Bakung kota Bandar Lampung
Rencana strategis Renstra lima tahun pertama
Langkah awal yang diperlukan adalah regulasi yang berupa peraturan daerah tentang kemitraan, meliputi ketentuan pola kerjasama dengan masyarakat
seperti pihak swasta, perguruan tinggi, LSM, dan pihak-pihak lain yang terkait. Perencanaan program pemberdayaan masyarakat lebih dititikberatkan pada upaya
peningkatan peranserta masyarakat sejak awal, dari perencanaan sampai pelaksanaan program pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan melalui
berbagai cara, seperti pembentukan forum-forum kebersihan lingkungan, konsultasi publik, sosialisasi dan komunikasi, pendampingan, pendidikan dan
pelatihan, dan lain-lain. Upaya ini harus diterapkan secara konsisten, terus menerus, terintegrasi dengan sektor lain yang sejenis dan kelompok masyarakat
sebagai stakeholders diberi kepercayaan untuk mengambil peran dalam pengambilan keputusan. Kunci pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan,
khususnya sampah perkotaan sebenarnya terletak pada tahap proses sosialisasi, pengembangan opini, sehingga menjadi perilaku dan kebiasaan, yang akhirnya
akan membudaya di tingkat rumahtangga dan di tingkat lingkungan kelurahan untuk memisahkan sampah organik dan anorganik serta kegiatan 4 R lainnya.
Dengan demikian dalam kurun lima tahun pertama ini TPA Bakung menjadi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST.
Rencana strategis Renstra lima tahun kedua
Selanjutnya penerapan peraturan daerah yang didahului dengan proses sosialisasi dan uji coba di kawasan tertentu yang secara bertahap dikembangkan
ke kawasan lain serta mempersiapkan program law of enforcement. Perancangan aspek kemitraan yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan
sampah terutama yang mempunyai nilai investasi tinggi dan membutuhkan penanganan yang lebih profesional meliputi pemilihan kegiatan yang secara teknis
dan ekonomis layak dilakukan oleh pihak swasta dan kalangan masyarakat lainnya dengan pola kemitraan yang jelas dan terukur serta bersifat win-win
solution. Dalam kurun waktu lima tahun kedua ini, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST Bakung akan berkembang menuju Manajemen Sampah Terpadu
MST kota Bandar Lampung.
Rencana strategis Renstra lima tahun ketiga
Implementasi konsep pemberdayaan masyarakat sebagai mitra pemerintah daerah dalam kebersihan lingkungan berkelanjutan, tergantung dari perubahan
sikap dan perilaku seluruh masyarakat yang terlibat langsung dalam memperlakukan sampah dengan metode 4 R recycle, reuse, reduce, dan replace.
Untuk
itu, peran pemerintah kota Bandar Lampung dan didukung stakeholders lainnya secara sinergis dalam suatu wadahmanajemen sampah terpadu untuk
mengimplementasikan konsep pemberdayaan masyarakat secara intensif dan berlanjut serta dilengkapi dengan penerapan peraturan perundang-undangan yang
lebih tegas, ketersediaan sarana-prasarana, dan jumlah petugas kebersihan lingkungan yang mencukupi, serta penggunaan teknologi daur ulang yang adaptif
dengan lingkungan; pada
akhirnya TPA Bakung
akan menjadi Pusat Daur Ulang Terpadu PDUT Bakung kota Bandar Lampung.
VIII. SIMPULAN DAN REKOMENDASI