6.5. Simpulan
Strategi kebijakan pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan kota
Bandar Lampung
yang dapat dikembangkan berdasarkan hasil analisis
AHP
adalah sebagai
berikut.
a. Pemerintah kota merupakan aktor yang
paling berkepentingan
dalam penentuan kebijakan pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan dengan alternatif
pola kemitraan antara pemerintah kota, pihak swasta, dan masyarakat. Kerjasama antarstakeholders dalam bentuk kemitraan akan mengatasi masalah
sampah yang selama ini dihadapi pemerintah kota Bandar Lampung. b. Adanya implementasi terhadap kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah
kota Bandar Lampung dapat mengatur tata cara pengelolaan sampah, mulai dari sumber sampah sampai ke TPA, meletakkan posisi, hak dan kewajiban
masing-masing stakeholders serta mengatur sanksi jika terjadi pelanggaran peraturan dalam pengelolaan sampah. Penegakan hukum terhadap pelanggaran
pengelolaan kebersihan lingkungan tersebut diharapkan akan membentuk masyarakat yang teratur, tertib dan berbudaya disiplin.
c. Ketersediaan sarana dan prasarana dalam pengelolaan sampah diperlukan untuk menghindari laju penimbulan sampah di kota Bandar Lampung yang
semakin meningkat. d. Kemitraan antara pemerintah kota, swasta, perguruan tinggi, lembaga swadaya
masyarakat, dan warga masyarakat lainnya merupakan konsep pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kebersihan lingkungan berkelanjutan kota
Bandar Lampung.
VII. PEMBAHASAN UMUM
7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan
TPA Bakung kota Bandar Lampung masih belum memenuhi persyaratan yang ditentukan, karena belum adanya salahsatu komponen dari TPA yaitu sistem
liner berlapis yang berfungsi untuk meminimumkan migrasi lindi ke air tanah. Persyaratan tersebut pada dasarnya sesuai dengan harapan para stakeholders yang
menginginkan TPA Bakung mendekati kondisi ideal Jika pembuatan TPA tidak dilakukan dengan hati-hati, pada akhirnya
akan mengakibatkan terjadinya kebocoran sehingga air lindi akan keluar dan mencemari lingkungan. Sesuai dengan pendapat Tchobanoglous et al 1993 yang
menyatakan bahwa lindi merupakan pencemar yang akan mencemari lingkungan dalam jangka waktu yang lama. Dampak dari pencemaran yang berasal dari
sampah dan lindi sekitar TPA yang berupa bau busuk gas amoniak dan gas H
2
S dirasakan masyarakar sekitar TPA. Lindi harus dikelola dengan sangat baik,
mengingat keberadaan lindi dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran pada perairan di sekitar TPA. Selain gas amoniak dan gas H
2
S, TPA Bakung juga menghasilkan gas metana yang jumlahnya dapat mencapai 50 persen dari gas
yang ada di TPA. Gas metana ini selanjutnya akan masuk ke atmosfir dan menyumbangkan 2 - 4 persen dari pemanasan global gas rumah kaca.
Hasil pengamatan di lapangan memerlihatkan bahwa sebagian besar sampah yang masuk ke TPA Bakung kota Bandar Lampung adalah sampah
organik, yakni sampah-sampah basah sisa kegiatan domestik yang mudah diuraikan. Untuk itu, pengelolaan sampah di kota Bandar Lampung yang ideal,
adalah sampah tidak dibuang ke TPA Bakung, tetapi sampah basahnya dijadikan kompos dan sampah keringnya dimanfaatkan untuk bahan baku kerajinan tangan.
Kondisi ini dapat diimplementasikan di lapangan, apabila pemerintah kota Bandar Lampung melakukan sosialisasi ke masyarakat secara intensif.
Tanpa pemberdayaan masyarakat, TPA Bakung harus ditutup tahun 2012 karena sudah akan melampaui batas kapasitas daya dukung. Namun demikian,
apabila pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan secara optimal, umur TPA Bakung yang didasarkan pada volume sampah kota Bandar Lampung adalah
sekitar 15-20 tahun sampai tahun 2020 – 2025. Pemberdayaan masyarakat dapat