158
2010 sebesar 2.291.583 tontahun. Jumlah sampah basah sebesar 1.267.628 tontahun digunakan untuk bahan baku proses anerobic digestion sebesar 292.000
tontahun dan bahan baku proses komposting sebesar 975.628 tontahun. Jumlah sampah kering kertas dan plastik yang tidak di daur ulang sebesar 553.350
tontahun digunakan untuk bahan baku proses gasifikasi pyrolisis sebesar 69.350 tontahun dan di jual sebagai RDF sebesar 484.000 tontahun lihat Tabel 109.
Biaya operasional langsung selain untuk operasional kantor juga digunakan untuk biaya pembuangan sisa sampah yang tidak diolah dan dibuang ke landfill.
Biaya ini diperlukan untuk memindahkan sisa sampah ke landfill dan biaya penutupan lapisan landfill. Biaya untuk membuang dan mengolah sampah di
landfill memerlukan biaya sebesar Rp 60.000 per-ton dengan kenaikan biaya sebesar 10 setiap tahun. Dari volume sampah yang diolah di landfill diperlukan
biaya sebesar = 131.123 ton x Rp 60.000 per-ton = Rp 7.867.399.800,-. Total biaya pengolahan sampah landfill seperti pada Tabel 110.
5.7.3 Nilai Ekonomi Total TPST
Nilai ekonomi total TPST Bantar Gebang meliputi jumlah dari keseluruhan nilai manfaat langsung, nilai manfaat tidak langsung dan nilai biaya. Nilai manfaat
langsung meliputi nilai penerimaan dari tipping fee.. Nilai manfaat tidak langsung meliputi nilai ekonomi material daur ulang, energi listrik, konservasi sumberdaya
material sampah dengan asumsi dampak negatif operasional TPST Bantar Gebang
sudah sangat kecil. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 1 tanpa konservasi sumberdaya
diperoleh dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025
sebesar Rp 31.753.236.859.473,- dan nilai manfaat dengan konservasi sumberdaya Rp 159.656.627.814.298,-
rincian pada Tabel 111. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario 1
diperoleh dari tahun 2010 sampai dengan
tahun 2025 sebesar Rp 9.028.947.332.991,-dengan rincian pada Tabel 112. Nilai ekonomi total TPST Bantar Gebang Skenario 1 tanpa konservasi
sumberdaya
adalah nilai manfaat tanpa konservasi sumberdaya dikurangi nilai
biaya menjadi sebesar Rp 22.724.289.526.482,-. Rencana TPST Bantar Gebang
Skenario Skenario 1 positif memenuhi kelayakan. Nilai manfaat konservasi sumberdaya material sampah bersifat intangible namun penting untuk diketahui
besaran penghematannya penggunaan material, ruang dan energi bila dilakukan
159
daur ulang material sampah. Nilai manfaat konservasi material daur ulang sampah sebesar 127.903.390.954.825,-. Nilai konservasi atau penghematan penggunaan
material dan energi nilainya sangat besar, maka masuk akal China mengimpor sebagian besar produk daur ulang plastik dan kertas dari seluruh dunia, termasuk
dari bijih plastik daur ulang dari Indonesia. Produk daur ulang berupa bijih plastik dan kertas harganya jauh lebih murah dan menghemat pemakaian energi untuk
pengolahannya dibanding material original. Nilai ekonomi total TPST Bantar Gebang
Skenario 1
dengan konservasi
sumberdaya sebesar
Rp 150.627.680.481.307,-
Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 2 tanpa konservasi sumberdaya
diperoleh dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 sebesar Rp 32.277.342.825.557,-
dan nilai manfaat dengan konservasi sumberdaya Rp 160.180.733.825.557,-
rincian pada Tabel 113. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario 2
diperoleh dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 sebesar
Rp 9.114.503.640.683,- dengan rincian pada Tabel 114. Nilai ekonomi total
TPST Bantar Gebang Skenario 2 tanpa konservasi sumberdaya
adalah nilai
manfaat tanpa konservasi sumberdaya dikurangi nilai biaya menjadi sebesar Rp 23.162.839.184.874,-.
Nilai manfaat konservasi material daur ulang sampah
sebesar 127.903.390.954.825,-. Nilai ekonomi total TPST Bantar Gebang Skenario 2 dengan konservasi sumberdaya material sampah sebesar Rp
151.066.230.139.699,-
Rencana TPST Bantar Gebang Skenario Skenario 2 positif berarti memenuhi kelayakan.
Nilai manfaat total TPST Bantar Gebang Skenario 2 tanpa konservasi
sumberdaya sebesar Rp 23.162.839.184.874,- lebih besar dari pada nilai
manfaat total TPST Bantar Gebang Skenario 1 tanpa konservasi sumberdaya
sebesar Rp 22.724.289.526.482,-.
160
Tabel 109. Jumlah sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 2
Tahun Volume
sampah masuk
tonhari Volume
sampah masuk per tahun
tontahun Jumlah
sampah daur ulang
tontahun Sampah basah tontahun
Sampah kering
Gasifikasi tontahun
Jumlah sampah
B3 tontahun
Jumlah sampah dibuang ke
landfill tontahun
Bahan baku Anaerobic
Digestion Bahan baku
Kompos Jumlah
2010 6,740
2,460,100 470,605
292,000 975,628
1,267,628 69,350
37,394 131,123
2011 6,850
2,500,250 488,234
292,000 977,102
1,269,102 69,350
38,004 128,313
2012 7,000
2,555,000 509,092
292,000 985,257
1,277,257 69,350
38,836 126,064
2013 7,120
2,598,800 528,160
292,000 987,181
1,279,181 69,350
39,502 123,079
2014 7,250
2,646,250 548,333
292,000 990,201
1,282,201 69,350
40,223 120,087
2015 7,375
2,691,875 568,498
292,000 991,621
1,283,621 69,350
40,917 116,827
2016 7,500
2,737,500 589,026
292,000 992,339
1,284,339 69,350
41,610 113,387
2017 7,660
2,795,900 612,717
292,000 998,252
1,290,252 69,350
42,498 110,270
2018 7,800
2,847,000 635,244
292,000 999,954
1,291,954 69,350
43,274 106,649
2019 7,950
2,901,750 659,006
292,000 1,002,500
1,294,500 69,350
44,107 102,954
2020 8,100
2,956,500 683,204
292,000 1,004,204
1,296,204 69,350
44,939 99,043
2021 8,250
3,011,250 707,838
292,000 1,005,066
1,297,066 69,350
45,771 94,915
2022 8,400
3,066,000 732,907
292,000 1,005,087
1,297,087 69,350
46,603 90,570
2023 8,550
3,120,750 758,412
292,000 1,004,266
1,296,266 69,350
47,435 86,008
2024 8,700
3,175,500 784,353
292,000 1,002,604
1,294,604 69,350
48,268 81,229
2025 8,875
3,239,375 813,020
292,000 1,003,750
1,295,750 69,350
49,239 76,449
Jumlah 124,120
45,303,800 10,088,648 4,672,000
15,925,011 20,597,011
1,109,600 688,618
1,706,967
161
Tabel 110. Biaya pengolahan sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 2
Tahun Jumlah sampah
yang dibuang ke landfill
tontahun Biaya landfill
Rpton Total biaya
pengolahan sampah di
landfill Rp PV total biaya
pengolahan sampah di landfill
Rp 2010
131,123 60,000
7,867,399,800 7,867,399,800
2011 128,313
66,000 8,468,646,780
8,468,646,780 2012
126,064 72,600
9,152,224,620 9,152,224,620
2013 123,079
79,860 9,829,102,356
9,829,102,356 2014
120,087 87,846
10,549,147,229 10,549,147,229
2015 116,827
96,631 11,289,099,343
11,289,099,343 2016
113,387 106,294
12,052,345,800 12,052,345,800
2017 110,270
116,923 12,893,136,686
12,893,136,686 2018
106,649 128,615
13,716,647,306 13,716,647,306
2019 102,954
141,477 14,565,621,528
14,565,621,528 2020
99,043 155,625
15,413,483,162 15,413,483,162
2021 94,915
171,187 16,248,145,855
16,248,145,855 2022
90,570 188,306
17,054,779,695 17,054,779,695
2023 86,008
207,136 17,815,349,629
17,815,349,629 2024
81,229 227,850
18,508,085,616 18,508,085,616
2025 76,449
250,635 19,160,849,377
19,160,849,377 Jumlah
1,706,967 2,156,984
214,584,064,781 214,584,064,781
Tabel 111. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 1 tahun 2010 sampai
2025
Nilai manfaat langsung Rp
Nilai penerimaan dari tipping fee A 4.673.815.510.000
Total nilai manfaat langsung B = A 4.673.815.510.000
Nilai manfaat tidak langsung Rp
Nilai ekonomi energi listrik C 1.064.770.383.637
Nilai ekonomi material daur ulang D 26.014.650.965.836
Total nilai manfaat tidak langsung tanpa konservasi sumberdaya E = C + D 27.079.421.349.473
Nilai konservasi sumberdaya material sampah F 127.903.390.954.825
Total nilai manfaat tidak langsung dengan konservasi sumberdaya G = E + F
154.982.812.304.298
Nilai Manfaat Total tanpa konservasi sumberdaya H = B + E 31.753.236.859.473
Nilai Manfaat Total dengan konservasi sumberdaya I = B + G 159.656.627.814.298
162
Tabel 112. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario1 tahun 2010 sampai dengan tahun 2025
Tahun Biaya langsung Rp
Biaya tidak langsung Rp Total nilai biaya Rp
2010 716.967.399.800
394.256.471.499 1.111.223.871.299
2011 16.798.769.800
406.425.069.575 423.223.839.375
2012 16.663.822.000
421.233.469.622 437.897.291.622
2013 16.484.750.080
434.416.454.217 450.901.204.297
2014 16.305.209.500
448.426.422.375 464.731.631.875
2015 16.109.642.500
462.328.447.049 478.438.089.549
2016 15.903.235.000
476.434.170.589 492.337.405.589
2017 15.716.217.760
493.039.160.798 508.755.378.558
2018 15.498.917.200
508.576.836.614 524.075.753.814
2019 15.277.245.400
525.014.827.585 540.292.072.985
2020 15.042.565.000
541.697.257.194 556.739.822.194
2021 14.794.876.000
558.624.125.442 573.419.001.442
2022 14.534.178.400
575.795.432.328 590.329.610.728
2023 14.260.472.200
593.211.177.852 607.471.650.052
2024 13.973.757.400
610.871.362.016 624.845.119.416
2025 13.686.955.000
630.578.635.198 644.265.590.198
Jumlah 948.018.013.040
8.080.929.319.951 9.028.947.332.991
Tabel 113. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 2 tahun 2010 sampai 2025
Nilai manfaat langsung Rp
Nilai penerimaan dari tipping fee A 4.673.815.510.000
Total nilai manfaat langsung B = A 4.673.815.510.000
Nilai manfaat tidak langsung Rp
Nilai ekonomi energi listrik C 1.255.996.349.721
Nilai ekonomi material daur ulang D 26.347.530.965.836
Total nilai manfaat tidak langsung tanpa konservasi sumberdaya E = C + D 27.603.527.315.557
Nilai konservasi sumberdaya material sampah F 127.903.390.954.825
Total nilai manfaat tidak langsung dengan konservasi sumberdaya G = E + F 155.506.918.270.382
Nilai Manfaat Total tanpa konservasi sumberdaya H = B + E 32.277.342.825.557
Nilai Manfaat Total dengan konservasi sumberdaya I = B + G 160.180.733.780.382
163
Tabel 114. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario 2 tahun 2010 sampai dengan tahun 2025
Tahun Biaya langsung
Rp Biaya tidak langsung
Rp Total nilai biaya
Rp 2010
702.659.707.492 400.497.971.499
1.103.157.678.991 2011
16.798.769.800 412.666.569.575
429.465.339.375 2012
16.663.822.000 427.474.969.622
444.138.791.622 2013
16.484.750.080 440.657.954.217
457.142.704.297 2014
16.305.209.500 454.667.922.375
470.973.131.875 2015
16.109.642.500 468.569.947.049
484.679.589.549 2016
15.903.235.000 482.675.670.589
498.578.905.589 2017
15.716.217.760 499.280.660.798
514.996.878.558 2018
15.498.917.200 514.818.336.614
530.317.253.814 2019
15.277.245.400 531.256.327.585
546.533.572.985 2020
15.042.565.000 547.938.757.194
562.981.322.194 2021
14.794.876.000 564.865.625.442
579.660.501.442 2022
14.534.178.400 582.036.932.328
596.571.110.728 2023
14.260.472.200 599.452.677.852
613.713.150.052 2024
13.973.757.400 617.112.862.016
631.086.619.416 2025
13.686.955.000 636.820.135.198
650.507.090.198 Jumlah
933.710.320.732 8.180.793.319.951
9.114.503.640.683
Rekapitulasi nilai ekonomi dari 2 Skenario TPST Bantar Gebang dapat dilihat pada Tabel 115.
Tabel 115. Rekapitulasi nilai ekonomi Existing, Skenario 1 dan 2 TPST Bantar Gebang
Nilai Ekonomi Rp
Existing Rp
Setelah Pengembangan Rp
Konservasi Sumberdaya Alam dan
Energi Rp Biaya
1,70 Trilyun Skenario 1 : 9,03 Trilyun
Skenario 2 : 9,11 Trilyun Manfaat
2,19 Trilyun Skenario 1 : 31,75 Trilyun
127,90 Trilyun Skenario 2 : 32,28 Trilyun
Nilai Ekonomi Total
0,48 Trilyun Skenario 1 : 22,72 Trilyun
Skenario 2 : 23,16 Trilyun Tidak termasuk nilai konservasi
Produk yang dihasilkan Skenario 1 dan Skenario 2 ada yang sama yaitu
produksi kompos 380.288 tontahun, kertas daur ulang 211. 661 tontahun, plastik daur ulang 182.189 tontahun, logam daur ulang 25.708 tontahun.
Perbedaan Produk yang dihasilkan Skenario 1 dan Skenario 2 yaitu Skenario 1 menghasilkan tenaga listrik 26 MW, Bahan bakar biomassa RDF 114.701
tontahun sedang Skenario 2 menghasilkan tenaga listrik 31 MW dan bahan bakar biomassa RDF 484.000 tontahun. Jadi dapat dilihat Skenario 2 lebih
menguntungkan lebih banyak menghasilkan tenaga listrik dan lebih banyak
164
menghasilkan RDF. Pada saat ini tenaga listrik sangat diperlukan, karena masalah kekurangan tenaga listrik menjadi isu nasional. Sedangkan peran RDF sebagai
bahan bakar subtitusi batubara masih belum penting, kecuali ada kenaikan harga batubara yang sangat tinggi.
5.7.4 Nilai Benefit Cost Ratio TPST
Penggunaan Rasio Manfaat dan Biaya Benefit Cost Ratio, BCR yang paling cocok dari sudut pandang masyarakat serta menggunakan tingkat potongan
Discount Rate untuk pembangunan fasilitas publik biasanya diambil angka 10. Kriteria manfaat meliputi eksternalitas manfaat dalam hal ini manfaat konservasi
sumberdaya material sampah tidak diperhitungkan karena bersifat intangible, sedangkan yang termasuk biaya mencakup biaya esternalitas ditambah biaya
investasi.
Berdasarkan Tabel 111 dan Tabel 112, Benefit Cost Ratio BCR TPST Bantar Gebang Skenario 1
adalah 31.753.236.859.473 : 9.028.947.332.991,- =
3,52 berarti BCR Skenario 1 sebesar 3,52 1. Investasi pengelolaan TPST
Bantar Gebang pada Skenario 1 layak dilaksanakan.
Berdasarkan Tabel 113 dan Tabel 114, Benefit Cost Ratio BCR TPST Bantar Gebang Skenario 2
adalah 32.277.342.825.557 : 9.114.503.640.683=
3,54 berarti BCR= 3,54 1. Investasi pengelolaan TPST Bantar Gebang pada
Skenario 2 layak dilaksanakan. Investasi pengelolaan TPST Bantar Gebang pada Skenario 2 lebih baik dari
Skenario 1 dilihat dari perbandingan besarnya manfaat dengan biaya, walaupun biaya untuk Skenario 2 lebih besar dibanding Skenario 1 sebesar Rp
85.556.307.692 karena ada biaya pengolahan RDF yang jumlah lebih besar dan nilai jualnya kecil.
Berdasarkan kedua analisa yaitu Nilai Ekonomi Total NET dan BCR, untuk NET Skenario 2 lebih besar dibanding Skenario 1 dan hasil analisis BCR
Skenario 2 lebih baik dari Skenario 1 maka Skenario 2 direkomendasi untuk dilaksanakan yaitu energi listrik yang dihasilkan Skenario 2 sebesar 31 MW lebih
besar dibanding Skenario 1 sebesar 26 MW dan adanya prinsip untuk pengolahan sampah kering dengan memaksimalkan kegiatan daur ulang sampah sebagai
upaya konservasi sumberdaya alam dan energi; dan kegiatan pengolahan sampah
165
basah secara anaerobik digestion yang mengurangi emisi gas metana. Langkah ini sebagai upaya pengolahan sampah yang lebih ramah lingkungan.
5.7.5 Analisis Kelayakan Finansial TPST
Usaha sebagai operator pengelola TPST merupakan bisnis baru di Indonesia sedangkan di Amerika Serikat dan negara maju lainnya sudah biasa
dilakukan oleh perusahaan swasta misal Waste Management inc yang sudah go publik terdaftar pada New York Stock Exchange. Operator pengelola TPST dapat
menjalankan usaha dengan baik apabila pendapatan dari tipping fee memadai contohnya Pemerintah DKI JAKARTA membayar tipping fee Rp 107.800,- per
ton sampah disamping pendapatan dari penjualan kompos dan material daur ulang sampah. Usaha daur ulang sampah mempunyai resiko jatuhnya harga material
hasil daur ulang seperti plastik dan kertas pada waktu kondisi ekonomi melemah. Pengukuran potensi bisnis operator Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST
dilakukan dengan menyusun proyeksi pendapatan Income Statement Projection kemudian diestimasi kondisi kesehatan finansialnya dengan mengukur EBITDA
dan DCR Debt Coverage Ratio-nya. Asumsi yang dilakukan adalah pinjaman untuk mesin dan peralatan mendapat kredit ekspor dari negara asal barang sebesar
100 dari nilai barang dengan bunga pinjaman menggunakan angka yang besar yaitu sebesar 12 per tahun walaupun umumnya kredit besaran kredit ekspor
lebih rendah yaitu antara 3,5 - 8 per tahun dengan jangka waktu pengembalian selama 15 tahun.
Berdasarkan proyeksi pendapatan yang dapat dilihat pada Lampiran 2
untuk Skenario 1 dan Lampiran 3 untuk Skenario dapat dilihat bahwa proyeksi laba bersih
Skenario 1 terus meningkat mulai Tahun 2010 sebesar Rp 1.008 milyar sampai Tahun 2025 sebesar Rp 6.090 milyar dan Skenario 2 juga terus
meningkat mulai Tahun 2010 sebesar Rp1.020 milyar sampai Tahun 2025 sebesar Rp 6.165 milyar dengan asumsi pembangunan TPST berjalan baik dan pemasaran
produk kompos dan daur ulang sampah berjalan lancar. EBITDA adalah singkatan dari earnings before interest, taxes,
depreciation and amortization , kata-kata ini sering digunakan sebagai alat
166
pengukur nilai sebuah bisnis. EBITDA digunakan untuk menganalisis profitabilitas operasi sebuah perusahaan sebelum beban non operasi seperti bunga
dan beban lainnya dan depresiasi serta amortisasi. EBITDA dapat digunakan sebagai estimasi cash flow yang tersedia untuk membayarkan hutang pada asset
jangka panjang, seperti peralatan. Asumsi yang diambil disini adalah pinjaman untuk pembelian peralatan dari luar negeri menggunakan fasilitas kredit ekspor
dari negara asal barang dengan bunga sebesar 12 per tahun. Bunga sebesar 12 diambil sebagai angka aman karena biasanya bunga pinjaman untuk kredit ekspor
dari rendah antara 3,5 - 8 per tahun. Estimasi berdasarkan EBITDA akan lebih akurat. EBITDA juga dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan
dibandingkan lainya dan terhadap rata-rata industri serta EBITDA merupakan pengukuran terbaik bagi trend profit di masa akan datang. Berdasarkan proyeksi
pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 1 dapat dilihat pada Lampiran 2 Tabel Proyeksi Pendapatan Tahun 2010 sampai Tahun 2015 Skenario 1 besaran
EBITDA mulai dari Rp 1,20 trilyun sampai Rp 6,59 trilyun. Sedangkan untuk Skenario 2 berdasarkan Tabel Proyeksi Pendapatan Tahun 2010 sampai Tahun
2015 Skenario 2 yang dapat dilihat pada Lampiran 3 besaran EBITDA mulai dari Rp 1,2 trilyun pada Tahun 2010 sampai Rp 6,6 trilyun pada Tahun 2025. Besaran
EBITDA Rp 1,2 trilyun sampai Rp 6,6 trilyun dengan trend yang semakin meningkat dan asumsi penjualan dan pembayaran lancar menunjukkan prospek
bisnis operator TPST Bantar Gebang sangat baik dimana trend profit semakin meningkat di masa akan datang.
Debt Coverage Ratio DCR diukur dengan membagi EBITDA dengan
pembayaran hutang. DCR adalah rasio kas yang tersedia untuk pembayaran hutang untuk pembayaran bunga, pokok dan sewa. Ini adalah patokan yang
populer digunakan dalam pengukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan cukup uang untuk menutup utang termasuk sewa pembayaran.
Semakin tinggi rasio ini, semakin mudah untuk mendapatkan pinjaman. Ungkapan ini juga digunakan dalam perbankan komersial dan dapat dinyatakan sebagai rasio
minimum yang dapat diterima oleh pemberi pinjaman, mungkin kondisi pinjaman atau perjanjian. DCR lebih dari 1 berarti bahwa dalam teori, yang dihitung
dengan standar bank dan asumsi entitas menghasilkan arus kas yang cukup untuk
167
membayar kewajiban utangnya. DCR bawah 1,0 menunjukkan bahwa tidak ada arus kas yang cukup untuk menutupi pembayaran pinjaman. Berdasarkan proyeksi
pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 1 dapat dilihat pada Lampiran 2 Tabel Proyeksi Pendapatan Tahun 2010 sampai Tahun 2015 Skenario 1 besaran DCR
mulai dari 26,71 sampai 146,53. Sedangkan untuk Skenario 2 berdasarkan Tabel Proyeksi Pendapatan Tahun 2010 sampai Tahun 2015 Skenario 2 yang dapat
dilihat pada Lampiran 3 besaran DCR mulai dari 27,58 pada Tahun 2010 sampai 151,59 pada Tahun 2025. Besaran DCR sebesar 26,71 sampai 151,59 sampai Rp
6,6 trilyun menunjukkan arus kas perusahaan sangat mampu untuk menutupi pembayaran pinjaman.
Prospek bisnis operator Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST sangat baik berdasarkan proyeksi angka EBITDA dan DCR di atas dimana arus
kas perusahaan sangat kuat dengan trend yang semakin meningkat dan perusahaan sangat mampu untuk menutupi pembayaran pinjaman. Bisnis pengelolaan sampah
khususnya TPST patut didukung penuh oleh pemerintah dan pemerintah daerah karena bertujuan meningkatkan kualitas lingkungan di sekitar tempat pembuangan
akhir sampah dengan diolahnya seluruh sampah yang masuk dan sekaligus meningkatkan kegiatan ekonomi lokal dan menyerap banyak tenaga kerja.
5.7.6 Potensi Pendapatan dari Sertifikat Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca
Mekanisme Pembangunan Bersih CDM, adalah mekanisme di bawah Protokol Kyoto untuk mempromosikan transfer teknologi dan investasi dari
negara-negara industri ke negara berkembang untuk proyek-proyek difokuskan pada mitigasi emisi gas rumah kaca. Ini menyediakan bagi negara-negara industri
untuk berinvestasi dalam mengurangi emisi-proyek di negara berkembang dan menggunakan Certified Pengurangan Emisi yang dihasilkan CER kredit
terhadap kepatuhan mereka sendiri dengan pembatasan emisi target yang ditetapkan oleh Protokol Kyoto. Proyek energi terbarukan yang mendukung
transisi dari penggunaan bahan bakar konvensional menjadi penggunaan bahan bakar yang dapat mengurangi emisi Gas Rumah Kaca. Gas-gas penghasil efek
rumah kaca itu di antaranya adalah: karbon dioksida, metana, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC, dan PFC. Gas metana paling banyak dihasilkan dari sampah.
168
Gas metana termasuk golongan gas rumah kaca yang memiliki nilai global warming potential lebih kuat sebesar 21 kali lipat dibanding karbondioksida
CO
2
.Mereka yang menjalankan proyek CDM ini memperoleh sertifikat reduksi emisi certified emission reduction
–CER, yang dapat diperjualbelikan. Satu unit reduksi emisi gas rumah kaca sebanding dengan 1 metrik ton CO
2
menurut protokol Kyoto. Sertifikat itu kemudian dijual ke negara maju untuk membantu
mengurangi target pengurangan emisi gas rumah kaca di negaranya. CDM diharapkan menghasilkan 2,6 milyar CER hingga periode Protokol Kyoto
berakhir pada 2012. Harga CER di pasar spot dunia kini 10 euro hingga 12 euro per ton CO
2
. TPST Bantar Gebang diharapkan memperoleh pendapatan CER dari kegiatan pengurangan emisi GRK dimana gas metana dimanfaatkan untuk
menghasilkan listrik. Pendaftaran untuk mendapatkan CER memerlukan persyaratan yang ketat dan terbuka, proses penerbitannya dirancang untuk
memastikan pengurangan emisi nyata, terukur dan dapat diverifikasi dibandingkan tanpa adanya proyek ini. Mekanisme ini diawasi oleh Dewan Eksekutif CDM,
untuk pendaftaran proyek harus disetujui oleh Otoritas Nasional Ditunjuk DNA, di Indonesia oleh Komite Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih KNMPB.
Kompensasi insentif dari perdagangan karbon ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengelolaan sampah dari hulu sumber sampai hilir TPA.
Berdasarkan perhitungan ada potensi pendapatan sebesar Rp 333.023.707.731,- dengan harga CER 10 euro per ton ekivalen CO
2
apabila sampah yang masuk ke TPST Bantar Gebang diolah dapat dilihat pada Tabel 116.
Cara mendapatkan dana CER cukup berat yaitu tidak menjual hasil pengolahan sampah yang mempunyai potensi memcemarkan lingkungan.
Penjualan RDF pada pabrik pembuatan keramik,batu bata dan kapur mempunyai potensi mencemarkan lingkungan sekitar industri tersebut. Pilihan antara
mendapatkan dana CER dengan potensi penjualan RDF yang lebih besar hasilnya perlu pertimbangan yang matang. Pilihan tetap menjual RDF dari segi lingkungan
memang berpotensi menimbulkan pencemaran, namun ada sisi positifnya dari sudut pandang lingkungan yaitu pengurangan penggunaan kayu sebagai bahan
bakar tungku pemanasan industri tersebut. Penggunaan teknologi yang sedikit menimbulkan polusi udara pada industri pembuatan batu bata dan pembakaran
169
kapur perlu dilakukan untuk memanfaatkan RDF sebagai bahan bakar industri tersebut.
Tabel 116. Potensi Pendapatan dari Sertifikat Reduksi GRK
Tahun Jumlah
Sampah diolah
tontahun Potensi
Reduksi CH
4
tontahun Potensi
Reduksi CH
4
Setara CO
2
tontahun Nilai
CER Euro
Nilai CER
Rp PV
CER Rp
2010 2.291.583
11.457,92 240.616,22
2.406.162,15 34.426.622.132
34.426.622.132 2011
2.333.933 11.669,67
245.062,97 2.450.629,65
35.062.849.337 31.875.317.579
2012 2.390.100
11.950,50 250.960,50
2.509.605,00 35.906.650.362
29.674.917.655 2013
2.436.219 12.181,10
255.803,00 2.558.029,95
36.599.499.535 27.497.745.706
2014 2.485.940
12.429,70 261.023,70
2.610.237,00 37.346.461.823
25.508.135.935 2015
2.534.131 12.670,66
266.083,76 2.660.837,55
38.070.438.806 23.638.747.233
2016 2.582.503
12.912,52 271.162,82
2.711.628,15 38.797.134.965
21.899.971.249 2017
2.643.132 13.215,66
277.528,86 2.775.288,60
39.707.968.949 20.376.466.625
2018 2.697.077
13.485,39 283.193,09
2.831.930,85 40.518.388.703
18.902.127.364 2019
2.754.689 13.773,45
289.242,35 2.892.423,45
41.383.898.071 17.550.812.611
2020 2.812.518
14.062,59 295.314,39
2.953.143,90 42.252.667.447
16.290.232.395 2021
2.870.564 14.352,82
301.409,22 3.014.092,20
43.124.696.829 15.114.943.156
2022 2.928.827
14.644,14 307.526,84
3.075.268,35 43.999.986.219
14.019.751.588 2023
2.987.307 14.936,54
313.667,24 3.136.672,35
44.878.535.615 12.999.713.183
2024 3.046.003
15.230,02 319.830,32
3.198.303,15 45.760.329.996
12.050.125.095 2025
3.113.687 15.568,44
326.937,14 3.269.371,35
46.777.151.771 11.198.078.226
Jumlah 333.023.707.731
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kebijakan Tahun 1990 -2009 1. Kebijakan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang belum sepenuhnya sesuai
dengan petunjuk teknik operasional sanitary landfill. 2. Dampak-dampak yang terjadi di TPA Sampah Bantar Gebang:
a. Dampak negatif antara lain: pencemaran air tanah, pencemaran udara berupa bau busuk, penurunan kualitas udara dari emisi gas metana dan
penurunan nilai tanah. b. Dampak positif antara lain adanya kesempatan kerja dan usaha kegiatan
daur-ulang sampah dan adanya jalan akses menuju TPA Sampah Bantar Gebang
3. Nilai eksternalitas negatif mempunyai nilai sebesar Rp 1,7 trilyun sedangkan Eksternalitas positif mempunyai nilai sebesar Rp 2,19 trilyun.
4. Nilai Ekonomi Total dampak pengelolaan TPA sampah berupa eksternalitas positif sebesar Rp 482 miliar, yang berarti secara keseluruhan keberadaan TPA
Sampah Bantar Gebang mempunyai dampak positif terhadap masyarakat sekitar. Benefit cost ratio BCR sebesar 1,28.
5. Kebijakan dan strategi pengelolaan TPA sampah adalah menjadikan TPA Sampah Bantar Gebang sebagai TPST yang menghasilkan energi listrik dari
proses biodigester dan pirolisys serta memaksimalkan daur ulang sampah. Alternatif Kebijakan ke Depan
1. Kebijakan TPA menjadikan TPST yang menghasilkan energi listrik dan kompos.
2. Nilai Biaya Skenario 1 sebesar Rp 9,03 Trilyun dan Skenario 2 sebesar Rp 9,11 Trilyun.
3. Nilai Manfaat Skenario 1 sebesar Rp 31,75 Trilyun dan Skenario 2 sebesar Rp 32,28 Trilyun.
172
4. Nilai Ekonomi Total Nilai Manfaat dikurangi Nilai Biaya dari dampak pengelolaan TPST Bantar Gebang Skenario 1 sebesar Rp 22,72 Trilyun dan
Skenario 2 sebesar Rp 23,16 Trilyun 5. Benefit cost ratio BCR Skenario 1 sebesar 3,52 dan Skenario 2 sebesar 3,54
6. Nilai manfaat konservasi sumberdaya material sampah sebesar Rp 127,9 Trilyun merupakan nilai sangat besar. Nilai sebesar ini menunjukan bahwa
usaha daur ulang sampah sangat bermanfaat dalam rangka penghematan penggunaan sumberdaya dan energi serta mengurangi terjadinya degradasi
lingkungan.
6.2. Saran
1. TPA Sampah Bantar Gebang mengikuti aturan yang telah ditetapkan yaitu menyediakan lahan parkir, lahan bongkar muat sampah, tidak menggunakan air
tanah dalam proses pengolahan sampah, melakukan penutupan timbunan sampah dengan tanah penutup dan menetapkan zona penyangga.
2. Pengelola TPST disarankan menggunakan skenario 2 untuk memaksimalkan pemanfaatan TPAS Bantar Gebang.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang terkait dengan potensi sampah basah maupun kering sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi listrik
pengganti migas dan batubara. 4. Perlu ada penelitian yang mengkaji pengurangan subsidi pengelolaan sampah
secara keseluruhan, yaitu mulai dari pengumpulan di sumber sampah sampai dengan TPA.
173
DAFTAR PUSTAKA
Ahadis, MH. 2005. Pengaruh Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terhadap Lingkungan Perairan di Sekitarnya : Studi Kasus TPA Sampah Bantar
Gebang, Bekasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anwar, AS. 2007. Model Sentra Energi Berbasis Biomassa. Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Adrianto, L. 2006. Sinopsis Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi
Sumberdaya Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
. Bogor. Askari dan Wijayanti. 2004. Panduan Umum Valuasi Ekonomi Dampak
Lingkungan untuk Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan Hidup, Bapedal
, Jakarta. Barton, AMF. 1994. Resource Recovery and Recycling. John Wiley and Sons.
New York, Toronto, Brisbane, Chichester. Bramono, SE. 2004. Sampah Sebagai Sumber Energi: Tantangan Bagi Dunia
Persampahan Indonesia, Pokja AMPL. Percik. 5:16 – 17.
Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta, 1989. Laporan Akhir: Studi Andal Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang
Bekasi, PT. Munidia Daya Konsultants.Jakarta. Brisson, I. Pearce, D. 1995. Benefit Transfer for Dissamenity from Waste
Disposal. Working Paper WM 95-06 CSERGE. London.
BSN. 2004. Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik. Jakarta Defra
, Department for Environment, Food and Rural Affairs. 2004. Valuation Of The External Costs And Benefits To Health And Environment Of Waste
Management Options, Defra, London.
Dinas Kebersihan DKI Jakarta. 2005. Laporan Akhir WJEMP IBRD Loan 4612- INDIDA Credit 3519-IND Solid Waste Management for Jakarta: Master
Plan Review and Program Development TA Package No. DKI 3-11. Jakarta.
Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Kota Bekasi. 2008. Valuasi Ekonomi Kerusakan Lingkungan Akibat Keberadaan TPA. Jakarta
Ditjen Penataan Ruang, 2008, Pedoman Pemanfaatan Kawasan Sekitar TPA Sampah