Nilai Ekonomi Total Dampak

113  Sampah basah diolah dengan biodigester menghasilkan kompos metana digunakan untuk energi listrik.  Sampah kering di daur ulang menghasilkan material daur ulang.  Sisa sampah basah kering diolah menjadi Refuse Derive Fuel RDF. Kombinasi 3 : Komposter, daur ulang dan bahan bakar biomassa atau Refuse Derive Fuel RDF  Sampah basah diolah dengan komposter menghasilkan kompos.  Sampah kering di daur ulang menjadi material daur ulang.  Sisa sampah basah dan kering diolah menjadi Refuse Derive Fuel RDF. Kombinasi 4 : Komposter, daur ulang dan landfill  Sampah basah diolah dengan komposter menghasilkan kompos.  Sampah kering di daur ulang menjadi material daur ulang.  Sisa sampah basah kering dibuang ke landfill Kombinasi 5 : Biodigester, daur ulang dan landfill  Sampah basah diolah biodigester menghasilkan kompos, metana digunakan untuk pembangkit listrik menghasilkan energi listrik.  Sampah kering di daur ulang menjadi material daur ulang.  Sisa sampah basah kering dibuang ke landfill.

5.6.1 Aspek dan Kriteria

Aspek yang paling prioritas berdasarkan analisis gabungan pendapat responden Gambar 16 dalah aspek lingkungan nilai bobot 0,444, Aspek berikutnya yang perlu diperhatikan adalah aspek sosial nilai bobot 0,255, aspek teknis nilai bobot 0,214 dan aspek ekonomi nilai bobot 0,087 114 0.087 0.255 0.444 0.214 EKONOMI SOSIAL LINGKUNGAN TEKNIS Gambar 16. Aspek yang dipertimbangkan dalam menentukan teknologi pengolahan sampah terpadu Aspek lingkungan mencakup 4 empat kriteria yaitu : konservasi sumber daya alam dan energi, kesehatan masyarakat, pencemaran lingkungan dan pemanasan global. Dari keempat kriteria tersebut, faktor pencemaran lingkungan merupakan kriteria yang paling utama untuk dipenuhi dengan nilai bobot 0,461. Selanjutnya kriteria kesehatan masyarakat nilai bobot 0,344, kriteria pemanasan global nilai bobot 0,104 dan konservasi sumberdaya nilai bobot 0,092 pada Gambar 17. 0.092 0.344 0.461 0.104 Konservasi sumber daya alam dan energi Kesehatan masyarakat Pencemaran lingkungan Pemanasan global Gambar 17. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek lingkungan Aspek sosial mencakup 3 tiga kriteria yaitu : mengembangkan meningkatkan peran masyarakat dalam upaya mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA untuk memudahkan pengolahan sampah, pemerintah memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah serta pemasaran kompos dan produk daur ulang sampah serta mengembangkan kerjasama antar daerah dan kemitraan dalam pengelolaan sampah serta meniadakan potensi konflik dengan masyarakatpemulung. Dari ketiga kriteria tersebut, yang merupakan prioritas utama adalah mengembangkan kerjasama antar daerah dan kemitraan jejaring 115 dalam pengelolaan sampah serta meniadakan potensi konflik dengan masyarakatpemulung nilai bobot 0,375, pemerintah memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah serta pemasaran kompos dan produk daur ulang sampah nilai bobot 0,327, mengembangkan dan meningkatkan peran masyarakat dalam upaya mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA untuk memudahkan pengolahan sampah nilai bobot 0,298 pada Gambar 18. 0.298 0.327 0.375 Mengembangkan meningkatkan peran masyarakat dalam upaya mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA untuk memudahkan pengolahan sampah Pemerintah memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah serta pemasaran kompos dan produk daur ulang sampah Mengembangkan kerjasama antar daerah dan kemitraan jejaring dalam pengelolaan sampah serta meniadakan potensi konflik dengan masyarakatpemulung Gambar 18. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek sosial Aspek teknis mencakup 2 dua kriteria yaitu : ketersediaanketerbatasan lahan serta komposisi dan karakteristik sampah. Dari kedua kriteria tersebut, faktor komposisi dan karakteristik sampah merupakan kriteria yang paling utama untuk dipenuhi dengan nilai bobot 0,581 kemudian kriteria ketersediaanketerbatasan lahan nilai bobot 0,419 pada Gambar 19. 0.419 0.581 Ketersediaanketerbatasan lahan Komposisi dan karakteristik sampah Gambar 19. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek teknis Aspek ekonomi mencakup 4 empat kriteria yaitu : penyerapan tenaga kerja serta membuka peluang lapangan usaha dan peningkatan pendapatan, mengembangkan manfaat hasil pengelolaan sampah, biaya Investasi dan OM dapat ditanggung dari pendapatan TPA dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi. Dari keempat kriteria tersebut, faktor mengembangkan manfaat hasil 116 pengelolaan sampah merupakan kriteria yang paling utama untuk dipenuhi dengan nilai bobot 0,291, selanjutnya mengembangkan manfaat hasil pengelolaan sampah nilai bobot 0,291, penyerapan tenaga kerja serta membuka peluang lapangan usaha dan peningkatan pendapatan nilai bobot 0,274 dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi nilai bobot 0,147 pada Gambar 20. 0.274 0.291 0.289 0.147 Penyerapan tenaga kerja serta membuka peluang lapangan usaha dan peningkatan pendapatan Mengembangkan manfaat hasil pengelolaan sampah Biaya Investasi dan OM dapat ditanggung dari pendapatan TPA Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi Gambar 20. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek ekonomi

5.6.2 Skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi lainnya

Dari analisis, maka kombinasi 1 merupakan prioritas utama ditinjau dari aspek ekonomi, lingkungan dan teknis bila dibandingkan dengan kombinasi 2, kombinasi 3, kombinasi 4 dan kombinasi 5. Secara keseluruhan kombinasi 1 lebih prioritas dibandingkan kombinasi 2 dengan urutan aspek adalah aspek teknis, kemudian aspek lingkungan, aspek ekonomi dan aspek sosial. Kombinasi 1 sudah memenuhi cara pengelolaan sampah yang baik dengan tidak mencemari lingkungan dibandingkan kombinasi lainnya, dan secara teknis sudah memadai untuk dapat dioperasikan. Namun dari aspek sosial lebih diprioritaskan alternatif 2, alternatif 3 dan alternatif 5 dipengaruhi kurangnya keterlibatan masyarakat dan adanya potensi konflik dengan pemulung jika dipilih alternatif 1 seperti yang terlihat pada Gambar 21. 117 Gambar 21. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 2 berdasarkan setiap aspek Kombinasi 1 lebih prioritas bila dibandingkan dengan kombinasi 2 untuk aspek teknis, aspek lingkungan, dan aspek ekonomi. Kombinasi 1 lebih baik dari kombinasi 2 ditinjau dari kriteria teknis, namun kombinasi 2 lebih baik dari segi kriteria sosial, dapat dilihat pada Gambar 22. Gambar 22. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 3 berdasarkan setiap aspek Secara keseluruhan kombinasi 1 lebih prioritas bila dibandingkan dengan kombinasi 3, tetapi kombinasi 3 lebih prioritas dari kriteria sosial, dilihat pada Gambar 23. 118 Gambar 23. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 4 berdasarkan setiap aspek Kombinasi 1 lebih prioritas bila dibandingkan dengan kombinasi 4 untuk semua aspek, terutama aspek lingkungan, dilihat pada gambar dilihat pada Gambar 24. Gambar 24. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 5 berdasarkan setiap aspek Secara keseluruhan kombinasi 1 lebih prioritas bila dibandingkan dengan kombinasi 5, tetapi kombinasi 5 lebih prioritas untuk kriteria sosial, dilihat pada Gambar 24.

5.6.3 Skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi lainnya

Ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan teknis, kombinasi 2 merupakan prioritas utama dibandingkan kombinasi 3, kombinasi 4 dan kombinasi 5. Antara kombinasi 2 dengan kombinasi 3 dan kombinasi 4, aspek 119 lingkungan yang paling prioritas dibandingkan aspek lainnya. Sedangkan antara kombinasi 2 dengan kombinasi 5, aspek teknis yang paling prioritas dibandingkan aspek lainnya. Ini menunjukkan bahwa secara teknis kombinasi 5 tidak memadai dibandingkan kombinasi 2. Gambar 25. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 3 berdasarkan setiap aspek Aspek lingkungan, teknis dan ekonomi untuk kombinasi 2 lebih prioritas, sedangkan aspek sosial lebih prioritas untuk kombinasi 3. Penggunaan teknologi komposter dari aspek sosial lebih dapat dipenuhi dari pada biodigester, karena menggunakan lebih banyak tenaga kerja sehingga dapat menghindari konflik dengan masyarakat dan pemulung yang mendapat kesempatan mendapatkan penghasilan, dilihat pada Gambar 25. Gambar 26. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 4 berdasarkan setiap aspek Secara keseluruhan aspek, kombinasi 2 lebih prioritas dibandingkan dengan kombinasi 4, dilihat pada Gambar 26. 120 Gambar 27. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 5 berdasarkan setiap aspek Aspek lingkungan, teknis dan ekonomi untuk kombinasi 2 lebih prioritas, sedangkan aspek sosial lebih prioritas untuk kombinasi 5. Penggunaan teknologi landfill dari aspek sosial lebih dapat dipenuhi dari pada Refuse Derive Fuel RDF, karena menggunakan lebih banyak tenaga kerja sehingga dapat menghindari konflik dengan masyarakat dan pemulung yang mendapat kesempatan mendapatkan penghasilan. namun hasil akhir dari kombinasi Refuse Derive Fuel RDF lebih baik dengan kurang mencemari lingkungan Gambar 27.

5.6.4 Skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi lainnya

Ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan teknis, kombinasi 3 merupakan prioritas utama dibandingkan kombinasi 4 dan kombinasi 5. Gambar 28. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi 4 berdasarkan setiap aspek Kombinasi 3 lebih prioritas dibandingkan kombinasi 4, karena seluruh aspek paling prioritas, dilihat pada Gambar 28. 121 Gambar 29. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi 5 berdasarkan setiap aspek Kombinasi 3 lebih prioritas dibandingkan kombinasi 5, karena seluruh aspek paling prioritas, dilihat pada Gambar 29.

5.6.5 Skala prioritas antara kombinasi 4 dan kombinasi lainnya

Ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan teknis, kombinasi 4 lebih prioritas dibandingkan kombinasi 5. Ditinjau dari aspek lingkungan, teknologi biodigester lebih prioritas dibandingkan komposter dikarenakan biodigester dapat menghasilkan daya listrik dan kompos yang lebih baik, dilihat pada Gambar 30. Gambar 30. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 4 dan kombinasi 1 berdasarkan setiap aspek Dari hasil analisis tersebut disusun skenario pengembangan TPA Sampah Bantar Gebang dengan pilihan kombinasi 1 yang terdiri dari: Biodigester, daur ulang dan Pirolisys. 122

5.7. Skenario Pengembangan TPA Sampah Bantar Gebang ke Depan

Kebijakan penggunaan kombinasi 1 mempunyai 2 skenario yaitu skenario 1 menjadikan TPA Sampah Bantar Gebang sebagai tempat pengolahan sampah terpadu TPST, yang menghasilkan energi listrik sebesar 26 MW, sedangkan skenario 2 menjadikan TPST yang menghasilkan energi listrik sebesar 31 MW. Skenario 1 dari pengembangan TPA Sampah Bantar Gebang sebagai tempat pengolahan sampah terpadu TPST, adalah sesuai dengan rencana Pemerintah DKI Jakarta yang telah menunjuk Konsorsium perusahaan swasta yang akan menggunakan teknologi pengolahan sampah yang dapat menghasilkan energi listrik sebesar 26 MW. Skenario 2 dari pengembangan TPA Sampah Bantar Gebang sebagai tempat pengolahan sampah terpadu TPST, adalah optimalisasi pilihan teknologi memaksimalkan daur ulang sampah kering dan memaksimalkan potensi gas metana sampah basah yang dapat menghasilkan energi listrik sebesar 31 MW. Perbedaan produk dan treament Skenario 1 dan Skenario 2 pada Kombinasi 1 disajikan pada Tabel 78 dan diuraikan dalam pembahasan berikut. Tabel 78 Produk dan treatment skenario 1 dan 2 pada kombinasi 1: Uraian Satuan Skenario 1 Skenario 2 Produk Listrik MW 26 31 Kompos Ribu tontahun 380 380 Kertas daur ulang Ribu tontahun 211 211 Plastik daur ulang Ribu tontahun 182 182 Logam daur ulang Ribu tontahun 25 25 Refuse Derived Fuel Ribu tontahun 114 484 Treatment Gasifikasi Pyrolysis Unit 3 1 Anaerobic Digester Unit 3 9

5.7.1 TPST Bantar Gebang Skenario 1

Mulai tahun 2010 direncanakan dilakukan perubahan teknologi pengolahan sampah terpadu, dengan investasi modal sebesar 82.000.000 USD atau Rp 700.000.000.000 1 USD =Rp. 8.537. 123 Dari pembangunan TPST ini diperoleh manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung berupa tipping fee, dan manfaat tidak langsung berupa hasil penjualan energi listrik.

a. Manfaat langsung

Manfaat langsung diperoleh dari tipping fee sebesar Rp 107.800 per ton sampah dengan sampah yang akan dikelola sebesar 6.740 ton per hari. Tipping fee yang diterima sebesar 6.740 ton per hari x 365 hari x Rp 107.800 per ton = Rp 265.198.780.000 pada tahun 2010. Secara keseluruhan sampai dengan tahun 2025 diperoleh tipping fee sebesar Rp 10.863.909.664.475 seperti pada Tabel 79. Tabel 79. Pendapatan yang diterima dari Tipping Fee Skenario 1 Tahun Volume sampah tonhari Tipping fee per ton Rp Penerimaan tipping fee Rptahun NFV tipping fee tahun 2010 Rp 2010 6,740 107,800 265,198,780,000 265,198,780,000 2011 6,850 113,190 283,003,297,500 257,275,725,000 2012 7,000 124,509 318,120,495,000 262,909,500,000 2013 7,120 136,960 355,931,388,120 267,416,520,000 2014 7,250 150,656 398,673,148,913 272,299,125,000 2015 7,375 165,721 446,101,506,283 276,993,937,500 2016 7,500 182,294 499,028,803,639 281,688,750,000 2017 7,660 200,523 560,642,226,595 287,698,110,000 2018 7,800 220,575 627,977,846,499 292,956,300,000 2019 7,950 242,633 704,059,777,902 298,590,075,000 2020 8,100 266,896 789,078,317,120 304,223,850,000 2021 8,250 293,586 884,059,966,403 309,857,625,000 2022 8,400 322,944 990,147,162,371 315,491,400,000 2023 8,550 355,239 1,108,611,197,869 321,125,175,000 2024 8,700 390,763 1,240,866,568,843 326,758,950,000 2025 8,875 429,839 1,392,409,181,418 333,331,687,500 Jumlah 10,863,909,664,475 4,673,815,510,000

b. Manfaat tidak langsung

i Penjualan energi listrik Dengan teknologi pengolahan sampah ini akan dihasilkan energi listrik sebesar 26 MW yang akan dibangun dalam dua tahap dan diharapkan energi listrik ini dapat dijual dengan harga sebesar Rp 820 per kWH berdasarkan MOU antara Pengelola TPST Bantar Gebang dengan PLN Pembangkitan Jawa Barat. 124 Pada tahap 1, produksi energi listrik per hari = 14 MW, dengan membangun Jaringan Pengumpul Gas dari Landfill ke 8 unit 2MW Power Generator = 16 MW. Produksi efektif Tenaga listrik diperhitungkan sebesar 14 MW. Energi listrik yang digunakan sendiri sebesar 30 x 14.000 kW atau 4.200 kW per jam. Energi listrik yang dapat dijual sebesar 9.800 kW per jam. Harga jual listrik per tahun = 9.800 x 24 x 365 x Rp 820 = Rp 70.395.360.000 per tahun. Pada tahap 2, produksi energi listrik per hari = 26 MW, energi listrik yang digunakan sendiri sebesar 30 atau 7.800 kWh. Power generator menggunakan bahan bakar gas berasal dari: - 3 Unit Instalasi Gasifikasi Pyrolysis kapasitas 2,8 MW = 8,4 MW dengan kapasitas efektif 7 MW menggunakan bahan baku 3 x 190 tonhari = 570 ton sampah kering per hari.atau 208.050 ton per tahun. - 3 Unit Instalasi Anaerobic Digester kapasitas 2 MW = 6 MW dengan kapaitas efektif 5 MW. menggunakan bahan baku 3 x 267 tonhari = 801 ton sampah basah biowaste per hari. Atau 292.365 ton per tahun. Hasil penjualan listrik dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 diperoleh sebesar Rp 2.031.408.960.000,- lihat pada Tabel 80. Tabel 80. Hasil penjualan energi listrik Skenario 1 Tahun Produksi listrik kWh Durasi jam Harga satuan listrik RpkWh Harga jual listrik Rptahun PV penerimaan penjualan energi listrik tahun 2010 Rp 2010 9.800 8.760 820 70.395.360.000 70.395.360.000 2011 18.200 8.760 820 130.734.240.000 118.849.309.091 2012 18.200 8.760 820 130.734.240.000 108.044.826.446 2013 18.200 8.760 820 130.734.240.000 98.222.569.497 2014 18.200 8.760 820 130.734.240.000 89.293.244.997 2015 18.200 8.760 820 130.734.240.000 81.175.677.270 2016 18.200 8.760 820 130.734.240.000 73.796.070.245 2017 18.200 8.760 820 130.734.240.000 67.087.336.587 2018 18.200 8.760 820 130.734.240.000 60.988.487.806 2019 18.200 8.760 820 130.734.240.000 55.444.079.824 2020 18.200 8.760 820 130.734.240.000 50.403.708.931 2021 18.200 8.760 820 130.734.240.000 45.821.553.573 2022 18.200 8.760 820 130.734.240.000 41.655.957.794 2023 18.200 8.760 820 130.734.240.000 37.869.052.540 2024 18.200 8.760 820 130.734.240.000 34.426.411.400 2025 18.200 8.760 820 130.734.240.000 31.296.737.636 Jumlah 2.031.408.960.000 1.064.770.383.637