Nilai kerugian dari dampak bau busuk dari TPA Sampah

53 eksternalitas positif atau benefitmanfaat eksternalitas yang menguntungkan pihak lain diluar Pengelola TPA Sampah. Eksternalitas positif tersebut berupa:

a. Nilai manfaat adanya kesempatan kerja bagi pemulung, buruh, lapak dan

bandar kegiatan usaha daur ulang sampah dengan rumus: Keterangan JPM = Jumlah orang yang kerja dalam orang; ICM = Jumlah pendapatan dalam Rupiahorangtahun. Asumsi adanya pengaruh berganda dari kegiatan daur ulang sampah sebesar 25 dari total pendapatan para pelaku usaha daur ulang sampah.

b. Nilai manfaat keberadaan jalan akses ke TPA dengan rumus:

NMJL = PJA x LBR x HTN Keterangan PJA = panjang jalan dalam meter; LBR = lebar wilayah pengaruh jalan dalam meter: dan HTN = nilai tambah peningkatan harga tanah dalam Rpm 2 adanya jalan akses tahun 2009. Nilai tambah adanya jalan akses dari semula Rp 150.000m 2 menjadi Rp 300.000m 2 adalah sebesar Rp 150.000 m 2 . Sehingga dengan demikian Nilai Manfaat NM dapat dirumuskan berikut ini: NM = NMKJ + NMJL. Peningkatan harga tanah karena adanya akses jalan.

3.3.5 Nilai Ekonomi Total Dampak

Perhitungan Nilai Ekonomi Total NET dampak pengelolaan TPA sampah Bantar Gebang dapat dinyatakan dalam rumus: NET = NM – NR Keterangan NET = Nilai Ekonomi Total dalam Rupiah; NM = Nilai Manfaat atau Eksternalitas Positif atau Manfaat Eksternalitas dalam Rupiah; NR = Nilai kerugian atau Eksternalitas Negatif atau Biaya Eksternalitas dalam Rupiah. 54

3.3.6 Perumusan Kebijakan

Perumusan kebijakan dianalisis dengan Analytical Hierarchy Process AHP. AHP merupakan metoda analisis yang dapat digunakan secara luas yang memungkinkan pengambilan keputusan dengan mengkombinasikan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis sehingga dapat ditentukan skala prioritas dalam pengambilan keputusan. Beberapa tahapan yang harus dilakukan dengan pendekatan AHP yaitu : 1. Mendefinisikan masalah identifikasi sistem yaitu untuk mengindentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan: Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, SwastaInvestor, PakarAhli, NGO dan masyarakat. 2. Penyusunan struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, kriteria, dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat diatasnya. Perbandingan berdasarkan “judgement” dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya.